Senin, 05 September 2011

Siklus Perjalanan Jiwa

Siklus Perjalanan Jiwa

oleh Henky


Oleh : Ellen A. Mogensen

Sebagai jiwa, kita abadi. Sebagian besar dari kita pergi melalui sebuah siklus dari keberadaan jiwa di alam semesta yang dapat disebut sebagai “Sebelum Kehidupan”, “Kehidupan”, “Antar Kehidupan”, dan “Setelah Kehidupan”. Semua siklus dari Keberadaan jiwa kita berpengaruh kepada perjalanan kehidupan kita.

“Sebelum kehidupan“: Keberadaan kita dimulai sebagai sesuatu yang murni, kesadaran yang belum terwujud di Samudera Cinta dari mana semuanya berasal. Kebanyakan mereka memilih untuk mempercepat kemajuan sebagai jiwa dengan meninggalkan Samudra melalui perjalanan ke alam semesta. Beberapa memilih untuk tetap “murni” tinggal sepenuhnya terhubung dengan samudra dan menawarkan bantuan kepada mereka yang menjalani pengalaman hidup yang terpisah dengan diri mereka sesungguhnya. Kebanyakan malaikat yang ada berada dalam kondisi “sebelum kehidupan” , mereka tidak pernah memiliki tubuh fisik.

“Kehidupan” : Adalah keberadaan fisik kita sebagai makhluk – untuk pengalaman ini kita diberikan unit waktu dimana kita dilahirkan, dewasa, dan mati untuk mendapatkan pengalaman dari sudut pandang yang berbeda – yang mengarahkan kehidupan kita. Kita biasanya lupa tentang kehidupan kita yang telah kita jalani sebelum (kehidupan lampau kita), dan terputus dari kehidupan yang akan datang (kehidupan kita di masa depan), sehingga kita dapat memfokuskan perhatian kita pada pengalaman yang kita telah pilih untuk diri kita sendiri dalam kehidupan kita sekarang, saat ini.

“Antar kehidupan”: Adalah keberadaan kita di antara dua inkarnasi fisik – di mana kita meninggal sebelumnya dan mempersiapkan untuk kehidupan selanjutnya – adalah situasi antar kehidupan. Dalam antar-kehidupan, kita tertuju pada perkembangan kita sendiri sebagai jiwa didalam keberadaan cinta kasih yang lebih besar. Sebagai hasilnya, kita menuju kesadaran dunia batin yang akan kita gunakan untuk membantu kita mempersiapkan diri untuk kehidupan kita berikutnya. Dalam Inter-Life, kita berkembang untuk mempersiapkan kehidupan yang lain lagi dalam tubuh fisik (yang biasanya disebut sebagai alam bardo).

“Setelah kehidupan”: adalah keberadaan kita setelah siklus kehidupan fisik kita selesai disebut kondisi Setelah Kehidupan. Setelah Kehidupan, kita terfokus untuk membantu pihak lain dalam perkembangan mereka sebagai jiwa ke tingkat yang lebih tinggi dari kasih dan kesadaran. Sebagai hasilnya, kita memperluas pengetahuan tentang dunia roh, pergi kemana saja yang diperlukan untuk membantu orang lain di sepanjang perjalanan pribadi mereka. Setelah Kehidupan, kita tumbuh sejalan dengan orang-orang yang kita bantu untuk tumbuh.

Antar Kehidupan dan Perlunya penyembuhan kehidupan lampau

Jiwa yang berada dalam tingkat keberadaan “Sebelum kehidupan” dan “Setelah kehidupan” telah jelas dengan kehidupan masa lalu. Jiwa yang berada dalam tingkat “Sebelum kehidupan” tidak memiliki kehidupan lampau. Bagian dari proses yang memerlukan perjalanan panjang untuk pencapaian kondisi “Setelah Kehidupan” akan bisa melihat ke masa lalu dengan melihat semua sebab dan akibat dari kehidupan sebelumnya.

Jiwa yang berada dalam “Antar Kehidupan” dan jiwa yang berada di “Kehidupan” tidak ingat kehidupan kehidupan mereka sebelumnya. Di keberadaan ‘Antar Kehidupan”, kehidupan baru akan “dibentuk” dari “pelajaran yang gagal ” dari kehidupan terakhir. Sedangkan “kehidupan fisik”, sebagai individu berada dalam proses membereskan karma kehidupan lampau atau menambah karma kehidupan masa depan hingga mencapai inkarnasi fisik terakhir.

Sebagian besar waktu, kita berada pada antara kehidupan atau kehidupan. Meskipun beberapa karma masa lalu dapat dibersihkan dan hilang selama Antar-kehidupan, tetapi sebagian besar masalah yang telah kita alami dari masa lalu akan terbawa ke kehidupan berikutnya.

Bagaimana Antar-kehidupan kita Membantu dan Tidak dalam permainan kehidupan

Hal ini dapat dijelaskan oleh contoh. Kehidupan adalah seperti permainan sepak bola dan antar-kehidupan adalah seperti waktu istirahat antara permainan ketika tim mereview kesalahan mereka dalam permainan terakhir, dan membuat strategi baru untuk permainan berikutnya, dan menyembuhkan luka yang terjadi di sepanjang permainan. Semua hal-hal yang menjadi penyokong Anda (Spirit Guide dan Karma) adalah bertugas memberi petunjuk bagaimana cara melakukannya di alam roh diluar kehidupan fisik. Dan meski apa yang anda lakukan di Antar kehidupan tersebut sangat membantu, ia biasanya agak “akan keluar jendela” ketika menjalani kehidupan fisik lagi dan terperangkap pada gairah dan intensitas drama kehidupan Anda.

Seperti permainan sepak bola , setelah permainan dimulai kembali, anda ingat waktu tim lain mengolok-olok anda. Mungkin Anda memilih untuk membalasnya atau mungkin anda memilih untuk memaafkan itu. Apapun yang Anda putuskan, pilihan harus dilakukan dalam waktu singkat saat Anda sedang berada dalam permainan kehidupan dengan tingkat emosi yang anda miliki. Anda tidak akan mendapatkan keistimewaan jeda di ruang ganti Antar kehidupan oleh Tim atau pelatih untuk menentukan tujuan terbaik yang mungkin berguna untuk jangka panjang pada saat itu.

Di sinilah bagaimana Anda mengalaminya dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya …

# 1: Keluar dari tubuh fisik

Meninggalkan tubuh fisik adalah hal yang biasa dari kehidupan. Seringkali ketika kita tidur kita keluar dari tubuh fisik dan memiliki pengalaman lainnya di dunia roh. Melalui praktik meditasi dan latihan spiritual, beberapa memilih untuk meninggalkan tubuh mereka dan mengunjungi alam roh dalam kesadaran penuh ( “Out of Body Experiences”). Atau ketika tubuh fisik berada pada titik di dekat kematian, dengan kesadaran masing-masing akan melepaskan diri dari badan. Orang akan melihat sendiri tubuhnya seperti “melayang di atasnya” dan bisa “melihat” lebih dari biasa. Mereka dapat mendengar pikiran orang lain atau tahu semuanya terjadi di sekitar mereka sampai detail terkecil.

# 2: Kontak dengan Spirit Guide

Setelah keluar dari tubuh fisik, sebagian besar kita akan mengetahui bahwa ada sesuatu yang “tidak biasa” dan mereka akan “menjelajahi sekitar” mencoba untuk “menyadari” apa yang terjadi kepada mereka. Sering rasa ini adalah kebingungan dan keputusasaan yang membutuhkan panduan untuk memberitahu keberadaan mereka. Panduan ini biasanya akan muncul dalam bentuk salah satu orang yang menjadi simbol dari agama yang dianutnya (mis. Kristen melihat Yesus dan Islam melihat Nabi Mohammad, dll). Pemandu tersebut muncul untuk memberi kenyamanan dan keyakinan bahwa semua akan baik baik saja dan membimbing mereka dalam mewujudkan “keseriusan” dari situasi mereka.

# 3: Melepaskan Kepribadian individual

Tugas pertama dari pemandu adalah untuk melepaskan diri dari kepribadian individual mereka sebelumnya. Ketika seseorang datang ke Bumi mereka sepakat untuk melupakan bahwa mereka adalah jiwa yang mendiami tubuh dan pikiran untuk memiliki beberapa pengalaman mereka yang lebih besar untuk pertumbuhan dan kemajuan spiritual. Masing masing Individu dengan hati-hati akan dibawa kembali dengan kesadaran sendiri terhubung dengan keseluruhan dan identitasnya sebagai Jiwa.

# 4: Meninjau ulang inkarnasi sebelumnya

” Dannion Brinkley ( “Saved by the Light”), yang kembali dari kematian akibat terkena petir, menjelaskan proses ini dengan baik: “Ketika tubuh saya tergeletak mati pada usungan, saya telah mereview setiap saat dalam kehidupan saya, termasuk emosi saya, motivasi, dan sikap saya. Kedalaman emosi yang saya alami selama peninjauan kehidupan sangat luar biasa. Tidak hanya saya bisa merasakan baik saya atau perasaan orang lain yang terkena ketika sebuah peristiwa terjadi, saya juga dapat merasakan perasaan orang lain yang ikut bereaksi atas kejadian tersebut. Saya berada dalam rantai reaksi dari emosi, yang menunjukkan bagaimana kita sangat mempengaruhi satu sama lain. “

# 5: Melupakan Inkarnasi sebelumnya

Sejauh kita memusatkan pada kehidupan “saat ini” , adalah merupakan titik yang tidak berulang. Mereka yang mengalami Near Death Experiences (NDEs) harus kembali ke tubuh fisik mereka sebelumnya. Semua yang bergerak ke realitas alam roh harus melepaskan diri dari tubuh fisik. Seringkali kematian terjadi mendadak atau sangat menyakitkan, individu akan meninggalkan “rasa takut dan penasaran yang membekas” di belakang mereka (lebih sering dikenal sebagai hantu). Mereka akan berusaha untuk mengatasi rasa sakit dari kepergian mereka dengan beberapa bentuk “Intervensi Setelah Kehidupan ” untuk membantu orang-orang terkasih untuk bergerak maju dalam kehidupan tanpa mereka.

# 6: Pengalaman Transpersonal

Pernahkah Anda berkeinginan bertemu dengan Yesus, Ibrahim, Buddha, Krishna, Mohammed, Lao Tse, Confucius, atau tokoh sejarah lainnya ? Sekarang adalah kesempatan anda. Atau memiliki fantasi yang belum terpenuhi dalam kehidupan? Disini adalah tempat untuk merealisasikannya. Dalam dunia roh , semua mimpi dapat menjadi kenyataan bahkan jika mereka adalah “tidak nyata”. Sering kali, jiwa memilih untuk “mengambil beberapa waktu jeda” dari perjalanan pribadi dan ingin menuju pengalaman “transpersonal” di dunia roh terlebih dahulu.

# 7: Penilaian dan Evaluasi dari perkembangan jiwa

Kelompok roh pembimbing individual dan kelompok jiwa akan bekerja sama dengan mereka untuk menentukan tempat di mana mereka berada dalam skema yang lebih besar dari mereka sebagai evolusi jiwa. Kesepakatan akan dicapai mengenai apa yang berhasil dicapai pada inkarnasi dan apa yang masih perlu ditingkatkan. Sebagai individu yang berkembang dalam kesadaran jiwa, mereka akan memainkan peran yang lebih besar dalam menilai kemajuan jiwa mereka dan dalam mengevaluasi apa yang perlu dilakukan di kehidupan berikutnya.

# 8: Perbaikan Pelajaran

Kadang-kadang mereka semua setuju bahwa ini adalah kepentingan terbaik bagi mereka untuk bekerja melalui isu-isu tertentu di dalam sekolah karma di dunia roh sebelum kembali ke tubuh fisik. Ini semacam “pendidikan perbaikan jiwa” dan sering sangat tidak nyaman seperti kursus musim panas di mana orang akan memilih bermain di dunia sebagai ganti waktu untuk melayani di surga (atau apa yang terlihat oleh mereka sebagai Neraka). Biasanya ini jenis perbaikan pendidikan individu ini membantu mengurangi karma yang berat tanpa secara drastis mengejutkan para pemain di kehidupan fisik.

# 9: Menyembuhkan dan Membangun kembali medan energi dalam tubuh

Seringkali inti tubuh dari seorang individu mengalami keterkejutan sebelum mereka meninggalkan dunia fisik. Jiwa jiwa yang sangat sensitif meluangkan waktu yang diperlukan antara inkarnasi untuk menyembuhkan dan membangun kembali medan energi mereka di alam batin. Mereka yang tidak ingin melakukanya sering terlihat nyata pada tanda lahir atau cacat lahir yang terkait langsung dengan luka yang belum tersembuhkan dari kehidupan masa lalu.

# 10: Mereview tujuan dan rencana inkarnasi berikutnya

Di beberapa titik, individu akan “lelah” berada di alam roh dan merasa jiwanya terpanggil untuk sekali lagi kembali ke wujud fisik. Waktu antar kehidupan bervariasi luas antara jiwa. Beberapa memilih untuk kembali ke dunia fisik dengan segera sedangkan yang lain akan “mengambil waktu mereka” sebelum lahir kembali. Ketika keputusan telah dibuat untuk kembali, tim pemandu dalam hubungannya dengan Yang Lebih Tinggi akan menentukan apa yang terbaik bagi jiwa untuk dialami dalam hidup mereka selanjutnya. Bagi Jiwa yang lebih maju, akan semakin besar pula jumlah masalah yang biasanya dipilih. Cakupan tujuan dan rencana yang dibentuk sampai kemudian tercapai kesepakatan diantara semua pihak yang terlibat.

# 11: merumuskan kontrak untuk Inkarnasi berikutnya

Berdasarkan pada cakupan tujuan dan rencana, kontrak kehidupan tertentu ini kemudian disepakati “rinciannya”. Perjanjian ini meliputi antara lain di mana dan bagaimana mereka akan dilahirkan, dan apa keterkaitan yang muncul dari kehidupan masa lalu akan tertanam dalam tubuh-pikiran mereka yang menciptakan kondisi kelahirannya, dan apa peristiwa besar kehidupan akan dialami oleh individu untuk pertumbuhan mereka ketika mereka bekerja melalui keterkaitan tersebut. Ini juga akan berhubungan pada orang-orang yang signifikan selama kehidupan baru mereka seperti kelahiran keluarga dekat, teman, pacar, anak-anak, rekan kerja, dll

#12: Pelaksanaan kontrak kehidupan dalam tubuh dan pikiran

Sebelum individu terlahir kembali ke dalam tubuh yang baru, mereka dibawa ke suatu tempat khusus di dunia roh untuk mempersiapkan kehidupan baru mereka. Dalam tempat ini, akan ditampilkan berbagai potensi yang ada dalam kehidupan baru mereka. Mereka juga tertanam oleh data ketidaksadaran yang diperlukan yang memungkinkan mereka untuk mengalami hal signifikan lain yang akan mereka hadapi dalam perjalanan kehidupan mereka. Setelah nasihat terakhir dari tim pemandu mereka, mereka akan dikirim ke petualangan kehidupan baru mereka.

7 Tahap Perjalanan Jiwa

Perjalanan 7 Tingkat Kesadaran Jiwa:

Tingkat Pertama : “Pemurnian Budi – Kerinduan terdalam”

Tingkat Kedua : “Pemurnian Rasa”. Jiwa selalu berada dalam hubungan dengan yang lainnya. Dalam hubungan itu lah…Jiwa mengalami sisi terang dan bayang – bayangnya, Antara mimpi dan kenyataan. Antara dendam dan pengampunan
Antara Cinta dan Kehilangan. Semua dirasakan jiwa sebagai letupan – letupan rasa hanyalah sebagian dari dirinya…
Jiwa lebih besar dari perasaannya…

Tingkat Ketiga : “Pemurnian Hati”. Jauhilah segala penyakit hati.

Tingkat Keempat : “Keheningan Jiwa”. Dalam tingkatan keempat kita diajak untuk melepaskan EGO(segala asumsi2) - takut/kuatir/serakah untuk masuk dlm suatu kekosongan diri(Hening). Jiwa menjadi hening ketika melepaskan egonya… Dan membiarkan hidupnya diarahkan oleh makna…Buah dari Keheningan Jiwa adalah Doa.

Tingkat Kelima : “Kebebasan batin”. Kemerdekaan batin tercapai ketika jiwa mampu berkata : “Aku bebas dari rasa dendam, penderitaan, kemarahan dan rasa bersalah.”
“Aku bebas dari rasa diriku adalah yang terpenting’ “Aku bebas dari rasa mengasihani diri”
“Aku bisa menertawakan diriku sendiri”
Aku melihat kejenakaan kehidupan…

Tingkat Keenam : Pengorbanan diri karena Cinta adalah jalan Jiwa untuk menemukan Kedamaian Sejati.

Jiwa tidak akan kehilangan apa – apa. Akan tetapi justru akan mulai melihat KehadiranNya dalam segala sesuatu.

Jiwa menari dengan irama alam semesta…
Dia tidak lagi berada di dalam dunia…
Dunia berada dalam dirinya..

Tingkat Ketujuh : “Pencerahan” Inilah tingkat tertinggi dari kesadaran Jiwa. Ketika Jiwa bersatu dengan Yang Ilahi.
Ketika mata Jiwa dibuka dan menemukan bahwa dirinya mengatasi kehidupan, maut dan kematian…
Karena dirinya adalah Roh Murni, dari awal dan akan senantiasa demikian

Jiwa dan Kedudukannya Dalam Pndangan Islam

JIWA DAN KEDUDUKANNYA DALAM PANDANGAN ISLAM



Oleh : Tajudin





Pendahuluan

Setiap ciptaan Allah memiliki ciri masing-masing dari yang bersifat sederhana hingga yang bertingkat tinggi. Dalam kitab Tafsir al-Maraghi Allah menciptakan makhlukNya terbagai bertingkat-tingkat. Ada yang bersifat Jamadi, Nabati, Hayawani dan yang terkahir bersifat Inasni.

Ciptaan yang berbentuk Jamadi adalah bebatuan. Sifat-sifat batu diam, ia tidak dapat bergerak dengan sendirinya tanpa kejadian yang lain. Bebatuan akan bergerak apabila ada faktor lain yang dominan seperti bencana alam atau ulah manusia yang menginginkan adanya perubahan. Nabati adalah tetumbuhan, ia dapat bergerak, dari biji-bijian berubah menjadi tunas, berubah menjadi berdaun, memiliki batang tangkai, ranting dan lain sebagainya. Hayawani ia dapat bergerak dari tempat yang satu ke tempat yang lain, bahkan ia mampu berpindah-pindah dari pulau ke pulau yang lain. Insani tidak hanya dapat berubah, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Insani memiliki persaan rasa kasih sayang dengan sesama, lebih dari ia mempunyai perhatian terhadap makhluk yang lain. Dalam firman Allah manusia adalah makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan yang lainnya. Karena ia memiliki akal pikiran yang mampu merubah keadaan alam raya ini.

Manusia diciptakan oleh Allah memiliki daya sebagai berikut:

1. daya kemampuan, sehingga Allah menyerahkan kekuasaan ini pengelolaan alam raya ini kepada manusia. Allah menyebut manusia sebagai khalifah
2. manusia memiliki Iradah keinginan-keinginan. Manusia diciptakan oleh Allah dalam mengarungi kehidupan ini mempunyai pilihan-pilihan. Manusia dari zaman nabi Adam a.s. hingga nabi Muhammad s.a.w., berneka dalam mencari nafkah, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbeda dengan makhluk yang lain, monoton tidak mengalami perubahan
3. manusia memperoleh ilmu pngetahuan langsung dari Allah dalam firman Allah yang artinya: ... Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam a.s. semuanya ... (al-Baqarah 31)

Semua itu karena manusia memiliki nafsu, yang sering diartikan jiwa. Nafsu laksana api, tidak boleh dipadamkan, dengan kata lain ditiadakan, akan tetapi ia harus diatur untuk menodorong dalam mengadakan kegiatan demi terwujudnya cita-cita..

Namun demikian nafsu tidak selalu berada dalam jalan positif. Nafsu bisa jadi berada dalam jalan yang positif seperti yang telah digambarkan di atas, ia juga bisa berada pada pada posisi yang mengenaskan dan bahkan lebih hina dari yang tidak mempunyai akal pikiran. Dalam firman Allah disebutkan yang artinya: Maka pernakah kamu lihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya (al-Jasiyah 22)

Dari uraian terebut dapat diambil kesimpulan begitu peliknya nafsu, suatu waktu berada di jalan yang diridhai, dan tidak menutup kemungkinan dimurkai oleh Allah. Dengan demikian penulis tertarik ingin mengetahui bagaimana nafsu dan kedudukannya dalam ajaran Islam?



Pengertian Nafsu

Nafsu ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, Nafsun (kata mufrad) jama’nya, anfus atau Nufusun dapat diartikkan ruh, nyawa, tubuh dari seseorang, darah, niat, orang dan kehendak[2]. Dalam bahasa Inggris Psycho diartikan jiwa atau mental[3] jiwa menurut bahasa Indonesia adalah: roh manusia yang ada di tubuh dan menyebabkan hidup, atau seluruh kehidupan batin manusia yang terjadi dari perasaan, pikiran angan-angan dan sebagainya[4]

Dalam tinjauan kebahasaan jiwa dalam bahasa Arab mengandung arti lebih luas dibandingkan dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Arab ruh sebagai tanda adanya kehidupan, atau nyawa. Atau diartikan tubuh/jasad manusia, atau keinginan-keinginan manusia. Dalam bahasa Inggris hanya mengandung arti jiwa dan mental, dalam arti lain sikap atau keadaan seseorang.

Istilah nafsu sering diartikan pada hal yang serba negatif yang sesungguhnya tidak selamanya nafsu berarti buruk. Nafsu, dapat juga diartikan jiwa seperti dalam tinjauan kedua bahasa tersebut di atas. Jiwa dalam pandangan filsafat dapat digambarkan ”tidak dapat menentang dorongan naluri, sehingga ia tetap pada suasana naluri, sehingga orang terhindarlah dari rasa kurang harga diri yang sangat menyedihkan. Ia tahu bagaimana seharusnya, tetapi tidak bisa melaksanakannya.”[5] jiwa sering diidentikan dengan ide, karena ide itu kekal maka jiwapun kekal. Setelah jasad seseorang meninggal, nafsulah yang akan diadili untuk sampai kepada pulau-pulau bahagia[6]. Klasifikasi yang tepat dalam tinjauan filsafat adalah sebagai berikut:

a. teori yang memandang jiwa sebagai subtansi yang berjenis khusus, yang dilawankan misalnya dengan subtansi material

b. teori-teori yang memandang jiwa sebagai jenis kemampuan artinya semacam pelaku atau pengaruh dalam kegiatan-kegiatan

c. teori-teori yang memandang jiwa semata-mata sebagai sejenis proses yang tampak pada organisme-organisme hidup

d. teori-teori yang menumbuhkan penegertian jiwa dengan pengertian tingkah laku[7]

Pada tinjauan filsafat jiwa bukan sekedar materi atau sesuatu yang ada walaupun dalam bentuk konsepsi, dalam filsafat sesuatu yang ada tidak hanya yang dapat disaksikan oleh panca indera, tetapi segala sesuatu yang ada baik yang dijangkau oleh panca indera maupun ada dalam angan-angan. Nafs dapat dilihat gejala-gejalanya seperti tanda-tanda kehidupan dan lain-lain Pandangan ini menunjukan bahwa jiwa akan dimintai pertanggung jawaban nanti pada pulau-pulau bahagia. Jiwa eksis di materi. Apabila ia pada manusia berarti ia berada di balik kehidupan manusia itu sendiri. Hal ini dapat ditinjau pada fenomena diri manusia itu sendiri, seperti kemampuan

Jiwa pada manusia sebagai tanda adanya kehidupan, oleh karena itu jiwa dapat diartikan roh. Roh itu juga dapat diartikan semangat, maka muncul istilah roh lemah atau kuat. Dengan demikian roh atau jiwa diartikan:

a. Kekuatan yang menyebabkan hidupnya manusia

b. Serta menyebabkan manusia dapat berfikir, berperasaan dan berkehendak

c. Lagi pula yang menyebabkan manusia mengerti atau insyaf akan segala geraknya[8]

Pada tinjauan umum jiwa dapat disejajarkan dengan roh. Roh diartikan sebagai semanagat atau ciri khas sesuatu yang hidup. Dapat diartikan sebagai faktor adanya kehidupan dan dapat diartikan sebagai kesadaran segala apa yang telah, sedang dan akan diperbuat

Pada sisi lain dalam pembagian jiwa, jiwa dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: bagian rasional terdapat pada kepala, bagian keberanian dalam dada dan bagian terakhir bagian keinginan yang berada di bawah sekat rongga badan[9]

Pada pembagian posisi ini, sesuai dengan asal kejadian manusia. Apabila ia mengikuti bagian rasio berarti mencoba memposisikan dirinya pada tempat yang tertinggi. Apabila ia memposisikan dada berarti ia berada dalam pertengahan, keberanian berada diantara pengecut dan nekat, arti pertengahan di sini adalah penuh dengan pertanggung jawaban dan seterusnya



Nafsu dan Ruh dalam Ajaran Islam

Seperti apa telah dipaparkan di atas, nafsu sering berkonotasi buruk, seperti yang diungkapkan oleh kalangan sufi ”nafs adalah sesuatu yang tercela dalam sifat-sifat hamba, akhlak dan perbuatannya”.[10] Sedangkan Ruh adalah kehidupan, kenyataan yang ada dalam hati bernuansa lembut. Ia dapat naik ketika ia dalam keadaan tidur dan akan kembali ketika manusia itu terbangun[11]

Sebelum membahas tentang asal-mula nafs dan ruh, penulis menyikapi pendapat kalangan sufi yang mengartikan nafs serba negatif, hal ini kurang tepat sebab dalam ayat-ayat al-Qur’an kata nafs tidak hanya yang berhubungan dengan sesuatu yang serba ma’shiyat kepada Allah seperti ketika Allah memanggil nafsu yang tenang dengan panggilan: Ya ayyatuhannafsul muthma’innah irji’i ila Rabbiki radhiyatan mardiyyah fadkhuli fi’ibadi, wadkhuli jannaty (hai jiwa yang tenang kembalilah engkau kepada Tuhanmu ...) Untuk kembali kepada Allah adalah mereka yang telah suci, mereka yang telah diridhai berarti telah diampuni segala dosa-dosanya, dan iapun telah dikelompokan dalam hamba Allah berarti pengankuan, yang mengandung arti diangkat kekudukannya, begitu juga mamsuk dalam sorga berarti tidak berdosa lagi.

Setiap ciptaan Allah memiliki asalnya masing-masing. Manusia berasal dari tanah. Malaikat diciptakan oleh Allah berasal dari cahaya dan syaithan diciptakan berasal dari api Nafs digambarkan sebagi ciptaan Allah yang paling egois, egois memiliki kesamaan dengan perilaku syaithan. Maka kejadian nafsu dapat disimpulkan berasal dari api.

Berbeda dengan keberadaan ruh. Digambarkan oleh Allah ketika meniupkan ruhNya kepada manusia dengan pernyataan yang artinya: ”dan saya tiupkan ruh bagi manusia dariKu”. Ruh tidak mungkin dapat diketahui oleh manusia secara detail. Hal ini telah Allah nyatakan dalam firmanNya yang artinya: mereka bertanya kepadamu tentang ruh dijawab oleh Allah, katakanlah bahwa ruh itu urusan Allah. Dan tidak Aku beri ilmu kecuali kecuali hanya sedikit artinya serba terbatas

Pembagian nafsu

Nafsu yang terdapat dalam diri manusia terdiri dari:

1. Nafsu Ammaroh, yaitu jiwa yang belum mampu membedakan mana perbuatan baik dan mana perbuatan tercela. Ia sering berkhianat dan iapun harus menerima dengan apa yang telah diperbuat dalam firman Allah yang berbunyi: Innan nafsa la’ammarotun bissu’
2. Nafsu laawwamah, adalah jiwa apabila telah melaksanakan suatu perbuatan dosa, ia menyesal, ia tidak berani berbuat secara terang-terangan
3. Nafsu Musawalah; adalah jiwa yang telah mampu membedakan, namun ia tetap melaksanakan perbuatan baik dan buruk
4. Nafsu Muthma’inah adalah: jiwa yang telah memperoleh tuntunan dan pemelihraan yang baik
5. Nafsu Mulhamah jiwa yang telah memperoleh ilham dari Allah, ia memperoleh ilmu dihiasi akhlak mahmudah dan menjadi sumber sabar, syukur, tabah dan ulet
6. Nafsu Radhiyah adalah jiwa yang ridha memperoleh kesejahteraan, mensyukuri nikmat Allah dan qana’ah dengan apa yang telah diperoleh
7. Nafsu Mardhiyah adalah jiwa yang diridhai dalam dirinya selalu berzikir, ikhlas dan memperoleh kemuliaan
8. Nafsu Kamilah adalah jiwa yang sempurna[12]

Secara garis besarnya bahwa nafsu dibagi menjadi dua yaitu: Nafsu yang taat melaksanakan perintah-perintah Allah meninggalkan semua larangan-laranganNya. Kedua adalah nafsu yang cenderung melawan ketentuan-ketentuan Allah, keinginan-kkeinginannya selalu yang berlawanan

Nafsu Ammarah adalah bius akal, apabila tentara akal lemah maka tentara syaitan menyerang dan apabila manusia sedang marah syetan mempermainkannya laksana anak kecil mempermainkan bola[13]

Untuk mewujudkan jiwa yang baqa, dan berada pada tempat yang mulia harus mampu menjaga kebersihannya seperti dalam firman Allah dinyatakan Qad aflaha man tazakka sungguh memperoleh kemenangan orang-orang yang selalu menjaga kebersihannya. Untuk menjaga agar jiwa tetap bersih perlu adanya latihan. Setidaknya kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah pada semua umat manusia seperti shalat lima waktu, zakat bagi yang mampu, puasa pada bulan ramadhan dan pergi menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.

Dalam menjaga nafs agar tetap pada fitrahnya secara terperinci sebagai berikut:

1. Mengendalikan lidah, lebih baik diam dari pada berkata-kata yang tidak baik. Pada mulut terdapat keutamaan dan bahaya. Keutamaan misal dengan berbicara memperololeh keuntungan, seperti: memberi nasihat kepada yang lebih muda, memberi peringatan kepada sesama dan lain-lain. Bahaya dengan mulut ia akan menuai kemarahan orang disekitar seperti berbicara berlebihan, melibatkan diri dalam perkara yang batil, menggunjing dan lain-lain. Ada perumpamaan terpelesetnya kaki tidak akan lebih berbahaya dibandingkan dengan terpelesetnya mulut akan menjadikan kematian

2. Adab berbagai hubungan. Hubungan dengan keluarga, hubungan dengan tetangga dan hubungan dengan sasama muslim. Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa untuk menjaga keselamatan diutamakan dalam pada diri sendiri, keluarganya dari api neraka, kedua siapa yang ingin masuk sorga maka hormatilah tetangganya dan mewujudkan adanya persaudaraan

3. Hubungan dengan beragam manusia. Islam tidak hanya mengatur intern ummat bahkan antar umat beragama. Dalam urusan mu’amalah tidak ada batas selagi tidak ada larangan kecuali dalam masalah ritual, Islam tegas-tegas tidak ada kerja sama. Sebagai muslim tidak dipekenankan mengikuti tata peribadatan non Islam dan tidak diperbolehkan mengganggu mereka



Kesimpulan

Dari uraian dai atas dapat disimpulkan bahwa antara Nafsu dan Ruh seolah sama seperti nafsu dan ruh sebagai tanda kehidupan, ia juga yang akan mempertanggungjawabkan segala apa yang telah diperbuat nanti di akhirat. Nafs dan ruh pun memiliki kekekalan dengan kata lain baqa.

Namun apabila diteliti secara cermat antara ruh dan nafs mempunyai perbedaan asal-mula kedua. Nafs adalah ciptaan Allah sedangkan ruh merupakan bagian dari Allah. Pada ruh Allah menyatakan ia adalah bagian dariKu sedangkan nafs dipanggil oleh Allah kembalilah engkau dan masuklah dalam sorgaKu.

Allah memnciptakan segala sesuatu mengandung manfaat bagi manusia sekecil apapun apabila manusia mampu memahaminya. Lebih dari itu nafs melekat pada diri manusia. Tidak diperbolehkan dihilang dari diri manusia, ia harus tetap eksis keberadaannya. Nafs laksana api bagi kehidupan alam raya ini, bagi manusia sebagai motor penggerak dalam memenuhi kebutuhan manusia





DAFTAR PUSTAKA



An-Naisabury, Abul Qasim al-Qusyairy, Risalah Qusyairiyah, Risalah Gusti, Surabaya, 1996

Bertens K., Sejarah Fiksafat Yunani, Kanisius, 1999.,

Chaplin, J.P.., Kamus Lengkap Psikologi, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1990

Hawwa, Sa’id., Mensucikan Jiwa, Robban Press, Jakarta, 2001

Kattsoff. Louis, O, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992

Langeveld.MJ, Menuju ke Pemikirian Filsafat, Pembangunan cet. ke I

Umary, Barmei , Materi Akhlak, Ramadhani, Solo, 1991

Walgito. Bimo, Pengantar Psikologi Umum, cet ke III., Andi Offset Yogyakarta, 1993

Yunus Mahmud, Kamus Bahasa Arab Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta, 1989.