Jumat, 28 September 2012

Wah, Minum Sebotol Air Bisa Tingkatkan Nilai Ujian?


Ada kemungkinan juga bahwa minum sebotol air bisa mengurangi kecemasan selama ujian berlangsung.
Sebelum ujian, coba deh minum sebotol air dulu./ Foto: IstimewaSebelum ujian, coba deh minum sebotol air dulu./ Foto: IstimewaKabar baik nih buat Anda yang sering menghadapi ujian atau tes; di sekolah, kampus atawa di tempat kerja.
Bawalah, dan minumlah sebotol air saat ujian berikutnya, dan Anda mungkin bisa meningkatkan nilai tes Anda secara signifikan, begitu menurut sebuah penelitian terbaru dari University of East London. Siswa yang membawa dan meminum sebotol air sesaat sebelum ujian dapat melakukan ujian tersebut dengan lebih baik, daripada mereka yang nggak sempat minum sebelumnya.
Seperti dilansir dari Lifehacker, para peneliti memperhitungkan nilai sebelumnya dari 447 orang siswa, sehingga ini bukan semata soal kecerdasan saja lho, jika sebagian murid yang memiliki nilai tinggi ternyata membawa (dan meminum) sebotol air sebelum ujian.
Jangan sampai stres kayak begini saat ujian lho./ Foto: IstimewaJangan sampai stres kayak begini saat ujian lho./ Foto: IstimewaPemimpin penelitian tersebut, Dr Chris Pawson menjelaskan kemungkinan ada beberapa alasan dalam hubungan antara membawa sebotol air (dan meminumnya) dengan pencapaian nilai ujian yang lebih baik.
Dr Pawson mengatakan bahwa minum sebotol air memiliki efek fisiologis pada fungsi kognitif otak. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tingkat dehidrasi sebesar 1% saja dari berat tubuh, akan mengurangi fungsi dan kemampuan berpikir Anda, sehingga masuk akal bahwa tercukupinya cairan tubuh sangatlah penting bagi kinerja mental Anda.
Ayo, jangan lupa minum air kaka!/ Foto: IstimewaAyo, jangan lupa minum air kaka!/ Foto: IstimewaAda kemungkinan juga bahwa minum sebotol air bisa mengurangi kecemasan selama ujian berlangsung. Psychology Today menjelaskan:"Dengan menawarkan pengalihan pikiran sesaat (saat menyeruput air minum), dapat memutuskan rantai kecemasan dan membebaskan pikiran untuk fokus pada tugas, sehingga pada akhirnya menimbulkan kinerja otak yang lebih baik."
Psychology Today juga berpendapat bahwa minum sebotol air mungkin akan mengaktifkan efekplasebo. Artinya nih, jika Anda meyakini sebotol air bakal meningkatkan kinerja otak Anda, keyakinan itu sendiri saja bisa meningkatkan kinerja Anda lho!
Jadi, jangan lupa bawa dan minum sebotol air pada ujian Anda berikutnya! **MS

Mendidik Itu Ibarat Memasak Makanan Atau Membangun Rumah



 

    Secara rinci, masing-masing kegiatan itu mempunyai:1. Tujuan yang spesifik;2. Didasarkan pada suatu rencana;3. Memerlukan alat untuk memproses;4. Memerlukan tempat memproses;5. Proses pelaksanaan rencana dilakukan oleh orang yang terlatih;6. Dievaluasi sebelum disajikan sebagai produk yang siap dimanfaatkan.
    Dalam memasak makanan, tujuan itu adalah menghasilkan makanan yang enak dimakan.  Secara spesifik, tujuan itu bisa berupa bakso, soto ayam, atau gado-gado.  Dalam membangun rumah atau gedung, tujuan itu adalah menghasilkan rumah atau gedung yang enak dihuni.  Secara spesifik, tujuan itu bisa berupa rumah mungil, rumah gadang, apartemen, gedung pertemuan.  Dalam mendidik, tujuan itu adalah menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat.  Secara spesifik, tujuan itu bisa berupa lulusan yang lancar berbahasa Arab, hafal Qur’an, ahli di bidang matematika, ahli di bidang pesawat terbang, atau dokter.
    Dalam masing-masing kegiatan, tujuan menempati posisi yang amat penting.  Tujuan ini akan menentukan rencana yang harus dibuat, proses, dan peralatan yang diperlukan.  Sebagai contoh, cara membuat dan alat untuk membuat bakso tentu saja berbeda dari cara membuat dan alat untuk membuat gado-gado.  Demikian pula, cara dan peralatan untuk membuat rumah gedung tentu berbeda dari cara dan peralatan untuk membuat rumah dari kayu.  Cara dan peralatan yang diperlukan untuk mendidik seorang sarjana teknik tentu berbeda dari cara dan peralatan yang diperlukan untuk mendidik ahli sastra atau ahli fiqh.
    Dalam kegiatan membuat makanan, rencana atau prosedur itu disebut resep.  Dalam pembuatan rumah atau gedung, rencana itu disebut sebagai blue-print. Dan, dalam kegiatan mendidik, rencana itu disebut sebagai kurikulum, silabus, atau rencana pelajaran.  Seperti dikatakan di atas, bentuk rencana ini amat ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai.  Tanpa tujuan yang jelas dan spesifik, sulit kiranya untuk membuat rencana yang tepat.
    Dalam rencana kegiatan ini biasanya disebutkan bahan (input) apa yang dibutuhkan, berapa jumlahnya, bagaimana spesifikasinya, kondisi idealnya, dsb.  Juga disebutkan bagaimana memproses input tersebut sehingga menjadi produk yang diharapkan, serta peralatan apa yang digunakan dan bagaimana cara menggunakannya.  Kejelasan rencana ini penting terutama kalau rencana itu harus dilaksanakan oleh orang lain (bukan pembuat rencana atau desainer).  Apalagi kalau yang melaksanakan itu orang banyak, seperti halnya di restoran besar, proyek perumahan, atau di perguruan tinggi/sekolah.
    Setelah rencana dibuat, maka ditentukan peralatan apa yang diperlukan untuk melaksanakan rencana tersebut.  Dalam kegiatan masak-memasak, peralatan ini bisa berupa kompor, alat penggoreng, panci, dlsb.  Dalam kegiatan membuat rumah, peralatan ini bisa berupa bulldozer, cangkul, sekop, dlsb.  Dalam kegiatan belajar mengajar, peralatan ini bisa berupa komputer, papan tulis, meja belajar, dlsb.
    Di samping peralatan, diperlukan juga tempat untuk melakukan kegiatan tersebut.  Dalam kegiatan memasak, tempat kegiatan itu biasanya adalah dapur.  Dalam pembangunan rumah atau gedung, tempat kegiatan ini bisa berupa lahan tempat gedung itu akan dibangun.  Dalam kegiatan pendidikan, tempat kegiatan itu biasanya disebut kampus atau sekolah.
    Setelah peralatan dan tempat kegiatan itu ditentukan dan diperoleh, maka ditentukan siapa yang harus melaksanakan rencana tersebut.  Dalam proses memasak, pelaksana rencana tersebut biasanya adalah tukang masak.  Di restoran yang besar, tukang masak ini jumlahnya bisa besar dan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya.  Ada yang bagian memotong daging, menggoreng, mencampur bumbu, sampai ke bagian menguji kesempurnaan makanan (tukang cicip).  Dalam kegiatan pembangunan gedung atau rumah, pelaksana rencana ini adalah para tukang.  Ada tukang kayu, tukang besi, tukang tembok, tukang cat, dsb.  Demikian juga dalam dunia pendidikan.  Para pelaksana rencana ini biasanya disebut guru, dosen, atau pelatih dengan keahlian masing-masing.
    Di restoran besar, para tukang masak ini biasanya dikordinasi oleh seorang Koki Kepala.  Dialah yang bertanggung jawab atas kualitas makanan yang dihasilkan oleh para tukang masak itu.  Dalam pembangunan gedung yang besar, kordinasi terhadap para tukang ini biasanya dilakukan oleh seorang Kepala Proyek.  Dialah yang bertanggung jawab atas selesainya proyek tepat pada waktunya, sesuai dengan rencana (blue print) yang telah disepakati, dan dengan kualitas yang telah disepakati pula.  Di dunia pendidikan, fungsi kordinasi ini dipegang oleh Kepala Sekolah, Rektor, Dekan, atau Ketua Jurusan (sesuai tingkatan tanggung jawab masing-masing).  Dialah yang bertanggung jawab atas selesainya pendidikan siswa/mahasiswa tepat waktu, sesuai dengan kurikulum (rencana pendidikan) yang telah disepakati, dan dengan kualitas lulusan yang telah disepakati di sekolah, jurusan, fakultas, atau universitas tersebut.
    Yang tak kalah pentingnya adalah evaluasi.  Evaluasi adalah alat kontol kualitas berdasarkan standar kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya.  Evaluasi produk ini penting terutama kalau makanan, rumah/gedung, dan jasa pendidikan itu ingin dijual ke masyarakat.  Dalam proses masak memasak, evaluasi ini dilakukan dengan cara mencicipi masakan.  Dalam pembangunan gedung/rumah, evaluasi ini dilakukan dengan cara menguji kekuatan bangunan tersebut.  Dalam bidang pendidikan, evaluasi ini dilakukan melalui ujian akhir sebelum lulus.  
    Kualitas produk akan sangat ditentukan apakah komponen-komponen tersebut berkualitas baik atau tidak.  Apabila salah satu komponen tersebut tidak berkualitas baik, kemungkinan kualitas produknya tidak akan sebaik yang diharapkan.  Misalnya rencana yang tidak bagus akan sulit untuk menghasilkan produk yang bagus.  Tetapi, rencana yang bagus dan berkualitas belum tentu menghasilkan produk yang bagus kalau proses pelaksanaannya, tenaga pelaksananya, peralatannya, ataupun cara mengevaluasinya atau orang yang mengevaluasinya tidak bagus kualitasnya.  Semua komponen itu berinteraksi saling mempengaruhi dalam suatu sistem.
    Kepala sekolah, ketua jurusan, dekan, ataupun rektor adalah ibarat kepala proyek atau kepala Koki yang bertanggung jawab atas kualitas produk tersebut.  Tugas utama mereka adalah untuk memastikan setiap komponen tersebut berkualitas baik sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik pula.  


    Apa persamaan antara mendidik dan memasak makanan atau membangun rumah?  Dilihat dari suatu sisi, persamaan itu banyak.  Secara umum di masing-masing kegiatan itu ada input, proses, dan produk.  Dalam memasak makanan, inputnya adalah bahan mentah (sayur, daging, beras) yang kemudian diproses (dimasak) sehingga menghasilkan produk (makanan yang enak dimakan).  Dalam membangun rumah, inputnya adalah bahan bangunan (pasir, batu bata, dsb.) yang kemudian diproses (dicampur dan dibangun) sehingga menghasilkan produk (rumah yang indah).  Dalam mendidik, inputnya adalah peserta didik yang belum terdidik, yang kemudian diproses (dilatih, dididik, diajar) sehingga menjadi produk (lulusan yang berpendidikan dengan kualitas tinggi).

Sekilas Model Pendidikan Di Amerika Serikat


E-LEARNING DI AMERIKA

                                        

        Standar pendidikan di AS ada sebagian kemiripan dengan di Indonesia seperti SOL (Standards of Learning) yang berisi pernyataan tentang pengetahuan, proses, dan ketrampilan yang harus dimiliki siswa agar sukses, serta harapan yang jelas dan singkat tentang standar minimal yang harus diajarkan oleh guru dan yang harus dipelajari oleh siswa. Namun ada juga bedanya, misalnya dalam menentukan batas nilai kelulusan. Di negara bagian Virginia misalnya, batas nilai kelulusan ditetapkan oleh panitia yang terdiri dari orang tua, pendidik, dan perwakilan orang-orang bisnis. Sertifikasi guru yang dikenal melalui lisensi guru tetap dipertahankan untuk jangka waktu selama 5 tahun. Jika dalam jangka waktu tersebut ternyata lisensi tidak dapat diperpanjang lantaran kualitas guru, maka guru yang bersangkutan istirahat. Untuk mengantisipasi jumlah guru, terdapat 37 perguruan tinggi dan universitas di Virginia yang menawarkan program persiapan guru.



Teknologi Pendidikan: E-Learning
        Dr. Tommy White, Vice President dari Institute for Public-Private Partnerships menyatakan bahwa ada perbedaan antara diklat jarak jauh dengan E-Learning. Arti dari E-learning adalah penggunaan teknologi internet untuk memperluas solusi yang dapat mengembangkan pengetahuan dan kinerja. Pengguna E-learning adalah para pelaku bisnis, pemerintah, dan sekolah dari tingkat TK sampai universitas. Pelaku utama dalam E-learning adalah provider Learning Management System, provider isi, provider alat teknologi, pengisi pelajaran online, provider pengarang, para ahli materi pendidikan, dan sumber dana.
Keuntungan E-learning adalah: (1)menambah cara baru untuk menyampaikan pendidikan dibandingkan cara tradisional dengan belajar di kelas, (2)menurunkan biaya diklat, (3)isinya konsisten, sesuai, mudah diperbarui, dan tepat waktu, (4)waktu belajar tak terbatas, yaitu 24 jam sehari, 7 hari seminggu, (5)pengguna dari 10 sampai 1.000, bahkan sejuta orang, (6)universal, dan (7)membangun komunitas. Jenis pendidikan online ada 2, yaitu asynchronous classroom (di mana saja dan kapan saja), dan synchronous classroom (di mana saja, namun dalam waktu bersamaan).
        Keterbatasn E-learning adalah (1) rendahnya tingkat perembesan, di beberapa negara ternyata kurang dari 1% dapat mengakses komputer, terutama di daerah pedesaan, dan (2) rendahnya pengetahuan tentang komputer dan internet, (3) keterbatasan penyambungan dan bandwitdh rendah, (4) keterbatasan manajemen senior yang mengetahui teknologi informasi, (5) keterbatasan teknologi informasi yang dapat difahami dan ahli desain kurikulum e-learning, dan (6) dana.
        Vice President dari Institute for Public-Private Partnerships tersebut melihat ada kemungkinan pengembangan e-learning di Departemen Agama dari 2 segi, yaitu: (a)pengembangan sistem e-learning untuk pejabat, pimpinan, dan staf di Departemen Agama, dan (b)kemampuan menciptakan penelitian internet dan penggunaan kurikulum e-leaning di kelas. Tahapan yang dapat dilakukan dalam rencana aksi adalah: (1)penilaian lingkungan untuk kemampuan teknologi informasi, (2)penilaian lingkungan untuk e-learning, (3)identifikasi sistem manajemen e-learning di Departemen Agama dan strategi e-learning secara komprehensif guna pengembangan ketrampilan komputer, penelitian internet, dan perencanaan & pengembangan kurikulum dari tingkat TK sampai SMU, (4)identifikasi persyaratan sumber daya, (5)finalisasi rencana aksi dan implementasi strategi untuk pilot proyek, dan (6)melaksanakan pilot proyek.
        Keterbatasan di bidang bandwitdh misalnya pada tahun 2001 di negara berkembang 14-28 KB/detik. Padahal saluran telepon di AS sudah 56 KB/detik, bahkan di perusahaan kecil 400-600 KB/detik karena menggunakan DSL atau kabel, dan perusahaan besar kecepatannya 1.5-3 MB/detik dengan alat T-1. Saat ini, ketika keterbatasan di engara berkembang sudah teratasi, namun tetap lebih rendah dibandingkan dengan negara maju. Hal ini antara lain disebabkan setiap negara akan berusaha meningkatan kecepatan bandwitdh masing-masing, selain beban yang dimuat dalam internet lebih berat.

9 Langkah Menghadapi Ujian Nasional



Kalau ada peristiwa yang berulang setiap tahun dan membuat stress banyak siswa (bahkan orang tua dan gurunya) adalah Ujian Nasional, baik itu untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Menengah Umum dan Kejuruan.  Beberapa kisah horror terkait dengan Unas ini kadang-kadang (walau tidak banyak) juga ditayangkan di televisi.  Apalagi kalau kita mau melihat beberapa blog yang ditulis para siswa itu.  Isinya kebanyakan adalah keluhan dan kesalah-fahaman.

 
Sebenarnya Unas tidaklah perlu dihebohkan dan ditakuti seperti hantu.  Rasa ketakutan yang berlebihan bahkan membuat siswa stress dan tidak dapat berkonsentrasi.  Ujian itu sebenarnya sama saja, apakah itu nasional atau sekolah.  Kalau Anda tidak dapat mengerjakannya dengan baik, ya tidak lulus.  Oleh karena itu, sebaiknya Anda menghadapi Ujian Nasional itu dengan wajar saja, tidak perlu cemas berlebihan.  Yang penting, persiapkan diri Anda dengan baik.  Bagaimana caranya?  Ikuti petunjuk berikut ini.

1. Anda harus tenang menghadapi ujian.  Ibarat pertandingan silat kungfu, ketenangan itu perlu agar Anda dapat berfikir jernih sehingga dapat mengatasi segala kemungkinan yang terjadi.  Jangan terlalu meremehkan lawan tetapi jangan pula terlalu membesar-besarkan dia sehingga Anda merasa diri kecil dan kalah sebelum bertanding.  Seperti itulah sikap Anda seharusnya dalam menghadapi Ujian Nasional (atau ujian apa saja).  Tenang, penuh persiapan, dan waspada, jangan panik.

2. Kenali siapa atau apakah yang sedang Anda hadapi.  Seorang pawang binatang selalu mempunyai strategi yang berbeda ketika menghadapi biantang yang berbeda.  Cara menghadapi harimau tentunya berbeda dengan cara menghadapi ular atau buaya.  Demikian pula ketika Anda menghadapi ujian.  Anda harus mengenal jenis ujian yang Anda hadapi sehingga Anda dapat memilih strategi yang tepat untuk menghadapinya.  Pada dasarnya ada dua macam jenis ujian atau tes, yaitu obyektif dan subyektif. Masing-masing jenis itu mempunyai cirri-ciri yang berbeda sehingga strategi untuk menghadapinya pun berbeda pula.  Ujian Nasional, karena sifatnya, adalah tes obyektif dan untuk itu ada strategi khusus untuk menghadapinya.  Kebetulan situs ini juga sudah menulis artikel tentang itu.  Anda dapat membacanya di sini. 

Untuk lebih menenangkan Anda bahwa Ujian Nasional itu dapat Anda ‘taklukkan’, lihatlah beberapa kenyataan ini:
* Berbeda dengan pertandingan silat di mana hanya ada paling banyak lima pemenang (termasuk dua juara harapan), dalam ujian nasional, pemenangnya lebih besar daripada yang kalah (berdasarkan statistik tahun-tahun sebelumnya, yang lulus Ujian Nasional lebih dari 85%).  Jadi, peluang Anda untuk lulus lebih besar daripada peluang untuk tidak lulus.
* Materi Ujian Nasional didasarkan pada Standar Kompetensi Nasional yang juga menjadi dasar bagi kurikulum sekolah.  Jadi, logikanya, materi kurikulum sekolah dan Ujian Nasional itu sama.  Artinya, jika Anda menguasai materi kurikulum sekolah dengan baik, berarti Anda sudah menguasai materi Ujian Nasional dengan baik pula.  Ujian Nasional adalah tes untuk mengetahui apakah Anda sudah mencapai standar kompetensi nasional itu atau belum, sementara kurikulum sekolah adalah rencana atau progam sekolah untuk membantu Anda mencapai standar tersebut.  Pencapaian standar minimal nasional ini penting bagi masa depan Anda dan kemajuan bangsa kita di masa depan (ketika Anda sudah dapat menyumbangkan tenaga dan fikiran Anda untuk kemajuan bangsa kita).
* Anda mempunyai waktu tiga tahun (setidaknya dua setengah tahun) untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional itu.  Kepanikan dan kecemasan yang terjadi di beberapa siswa mungkin disebabkan karena mereka mempersiapkan diri ketika ujian itu sudah mendekat sehingga mereka merasa kekurangan waktu dan merasa tidak siap.  Bayangkan seorang petinju seperti Chris John yang jadi juara dunia itu.  Ia mempersiapkan diri jauh-jauh hari dan dengan tekun pula.

3. Anda harus berfikir positif.  Anda harus merasa bahwa Anda dapat mengerjakan soal-soal ujian nasional itu dengan baik, bahkan amat baik.  Tentunya ini karena Anda merasa sudah mempersiapkan diri dengan baik.  Sikap mental positif ini akan sangat menentukan keberhasilan usaha Anda.  Intinya, Anda harus percaya diri, dan mengatakan pada diri Anda “Saya pasti bisa.”
4. Jangan bermental ‘kalah sebelum perang.’  Artinya, sudah menyerah sebelum mencoba dan berusaha.  Anda harus bermental juara.  Lihatlah petinju juara dunia kita, Chris John.  Ia tahu bahwa untuk berhasil menjadi juara tinju itu tidak mudah dan memerlukan kerja keras, keuletan, mental baja, dan tidak pernah putus asa.  Ia mempersiapkan diri jauh-jauh hari, berlatih keras, dan menempuh tangga kejuaraan yang diperlukan, mulai dari tingkat local, nasional, sampai dunia.  Ia mungkin pernah kalah, tetapi kekalahan itu mungkin dianggapnya sebagai pengalaman belajar yang memang harus dilalui.  Ia tidak langsung berhenti bertinju karena kalah, ia bangkit kembali dan berusaha lebih baik.
5. Persiapkan diri Anda menghadapi Ujian Nasional sejak dini.  Anda mempunyai waktu dua tahun lebih untuk itu.  Jangan persingkat waktu persiapan itu hanya menjadi tiga bulan menjelang ujian saja, karena ini hanya akan membuat Anda merasa kekurangan waktu, tidak siap, dan panik sehingga membuyarkan konsentrasi Anda.
6. Sesuaikan strategi belajar Anda dengan karakteristik mata ujian yang akan Anda hadapai.  Sebagai contoh, Bahasa Inggris adalah ketrampilan, bukan ilmu.  Oleh karena itu, cara mempelajarinya berbeda dari mempelajari ilmu.  Anda tidak perlu menghafal kata-kata atau tata bahasa Inggris.  Usahakan saja sering menggunakan bahasa Inggris, untuk memahami bacaan atau bercakap-cakap.  Kunci pokok penguasaan bahasa adalah kosakata.  Semakin banyak Anda mempunyai kosakata bahasa Inggris, semakin mudah pula Anda akan memahami soal bahasa Inggris yang Anda hadapi.  Belilah kamus yang baik dan bawalah ke mana saja Anda pergi.  Kalau Anda melihat kata-kata dalam bahasa Inggris yang Anda tidak ketahui artinya (di iklan atau di majalah, misalnya), bukalah kamus Anda.  Dengan demikian, Anda menambah lagi kosakata bahasa Inggris Anda.  Baca artikel saya berikutnya tentang strategi belajar bahasa Inggris.
7. Perbanyaklah berlatih mengerjakan soal-soal Ujian Nasional tahun-tahun sebelumnya.  Karena Ujian Nasional itu didasarkan standar kompetensi nasional, maka kisi-kisi soal setiap tahunnya adalah sama, hanya susunan kalimat dan fakta/datanya saja yang berbeda.  Tentu saja, Anda tidak boleh hanya menghafalkan soal dan jawaban itu saja.  Anda harus memahami konsep yang ada di balik soal itu sehingga, bagaimanapun susunan kalimat dan data itu diubah,  Anda akan tetap mengetahui jawaban yang benar.  Latihan mengerjakan soal bermanfaat untuk memberikan pengalaman kepada Anda untuk merasakan suasana ujian.  Usahakan mengerjakan soal latihan itu dalam waktu yang terbatas pula.
8. Jaga kesehatan Anda.  Berolah ragalah yang cukup dan jaga makanan Anda.  Kondisi tubuh yang sehat akan mempengaruhi kejernihan berfikir Anda.  Kalau Anda merasa kurang sehat pada waktu menjelang atau mengerjakan ujian, tentunya hal itu akan mengganggu konsentrasi fikiran Anda.
9. Yang tak kalah pentingnya adalah berdoa dan bertawakkal.  Mintalah bantuan kepada Allah yang Maha Kuasa untuk memudahkan Anda dalam mengerjakan soal-soal Ujian Nasional.  Tentunya setelah Anda mempersiapkan diri dengan baik.  Setelah berikhtia dengan sungguh-sunggu dan berdoa, kemudian bertawakallah kepada Allah.  Serahkan hasilnya kepadaNya dan terimalah hasilnya dengan ikhlas, apapun itu.  Kesadaran akan pertolongan Tuhan serta penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah ini akan membuat hati Anda tenang, dan ketenangan itu secara psikologis akan membuat Anda berhasil mengerjakan soal-soal dengan baik.

MENULIS ARTIKEL ILMIAH UNTUK JURNAL


Menulis artikel ilmiah (berbasis penelitian) di jurnal terakrediasi kini merupakan salah satu syarat bagi para dosen yang ingin mengajukan kenaikan pangkat ke jenjang guru besar.  Ini merupakan salah satu cara yang digunakan para ilmuwan untuk memajukan ilmu pengetahuan adalah mengomunikasikan hasil penelitian mereka kepada masyarakt ilmiah dan umum.  Cara yang lain adalah laporan penelitian, skripsi, thesis, disertasi, makalah dalam seminar/diskusi, atau artikel ilmiah popular. 
 
 
      Karena keterbatasan halaman dan banyaknya informasi yang ingin dan perlu diketahui pembaca dari laporan penelitian itu, biasanya setiap jurnal ilmiah menetapkan format baku bagi para penulis yang ingin melaporkan hasil penelitiannya.  Tujuannya adalah untuk mendapatkan artikel ilmiah yang ringkas, padat, dan memuat informasi yang diperlukan untuk memahami proses dan hasil penelitian tersebut, disamping untuk memudahkan pengindeksan artikel tersebut.

      Berikut ini adalah tulisan yang membicarakan bagaimana menyajikan hasil penelitian itu dalam bentuk artikel di jurnal ilmiah.  Format ini didasarkan pada Publication Manual of the American Psychological Association (Panduan Penerbitan dari Asosiasi Psikologi Amerika).  Karena apa yang ditulis dalam artikel ini bersifat generik, Anda tentunya harus memeriksa ketentuan yang diberlakukan oleh jurnal teakreditasi yang Anda tuju dan menyesuaikannya.

Judul

      Yang pertama harus Anda tulis adalah judul artikel Anda.  Judul ini harus mencerminkan isi pokok artikel Anda.  Tulislah judul itu dengan sederhana tetapi menarik, jangan bombastis seperti judul artikel di surat kabar atau majalah populer.  Judul ini harus merupakan peernyataan ringkas tentang topik utama dan menyebutkan variabel sebenarnya atau isu teoretis yang diteliti serta hubungan di antara variabel atau isu-isu terseut.  Contoh judul yang baik adalah ”Pengaruh bentuk huruf terhadap kecepatan membaca.”
Nama Pengarang dan Lembaga Tempat Bekerja
      Sesudah judul, Anda menyebutkan nama Anda (penulisnya) dan lembaga atau perguruan tinggi tempat Anda bekerja atau tempat penelitian itu dilakukan.
Abstrak 
     Bagian berikutnya adalah abstrak.  Abstrak adalah suatu rangkuman singkat tetapi lengkap mengenai isi artikel tersebut.  Abstrak ini ditulis untuk memudahkan pembaca mengetahui secara cepat isi artikel tesebut dan, seperti halnya judul, abstrak ini digunakan untuk mengindeks artikel tersebut.  Abstrak yang baik harus akurat, lengkap, ringkas, spesifik, tidak evaluatif, padu, dan mudah difahami.
      Abstrak artikel berbasis penelitian empiris harus dapat menjelaskan hal-hal berikut dalam 100 sampai 120 kata.
  • persoalan yang diteliti, kalau mungkin dalam satu kalimat saja;
  • subyek yang diteliti, dengan menyebutkan ciri-cirinya yang relevan, seperti jumlahnya, jenisnya, usianya, jenis kelaminnya, dsb.;
  • metode eksperimen yang digunakan, temasuk peralatannya, prosedur pengumpulan datanya, nama tes yang digunakan, nama generik dan dosis obat yang digunakan (kalau menggunakan);
  • temuan penelitian, termasuk tingkat signifikansi statistiknya;
  • kesimpuland an implikasi penerapannya.
Bagian pendahuluan.
      Bagian pendahuluan mengawali batang tubuh artikel tersebut.  Bagian pendahuluan ini membicarakan masalah spesifik yang sedang diteliti dan menjelaskan strategi penelitiannya.  Suatu pendahuluan yang jelas harus:
  • menjelaskan masalah yang diteliti;
  • menjelaskan bagaimana kaitan hipotesis dan desain eksperimen itu dengan masalah tersebut;
  • menjelaskan implikasi teoretis penelitian tersebut dan bagaimana kaitannya dengan penelitian-penelitian sebelumnya di bidang itu.
      Bagian pendahuluan ini harus membahas tulisan-tulisan atau penelitian-penelitian yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya tetapi tidak harus lengkap dan rinci.  Asumsikan pembaca telah memiliki pengetahuan di bidang yang sedang Anda tulis dan tidak memerlukan ringkasan yang lengkap.  Tinjauan tulisan dan penelitian sebelumnya ini akan memberikan gambaran konteks dan sejarah masalah yang Anda teliti itu.  Kutipan dan pengakuan tulisan atau hasil penelitian sebelumnya merupakan tanggung jawab ilmiah penulis.
      Di akhir bagian pendahuluan ini, Anda perlu menyatakan secara eksplisit tujuan dan alasan dilakukannya penelitian tersebut.  Anda perlu memberikan definisi variabel-variabel yang ada dalam penelitian tersebut serta menyebutkan secara formal hipotesis penelitian Anda.  Untuk semakin memperjelas uraian Anda selanjutnya dalam artikel tersebut, seyogyanya Anda memberikan garis besar logika penelitian Anda di bagian ini.
Metode.  
      Bagian metode ini menjelaskan secara rinci bagaimana penelitian itu dilakukan.  Penjelasan semacam itu diperlukan untuk memungkinkan pembaca mengevaluasi ketepatan metode, reliabilitas, dan validitas hasil penelitian Anda.  Penjelasan rinci itu juga memungkinkan peneliti yang sudah berpengalaman untuk mengulang penelitian Anda kalau mereka ingin melakukannya.
      Ada baiknya kalau bagian Metode ini dibagi menjadi beberapa sub-bagian yang diberi judul.  Biasanya ini meliputi deskripsi tentang partisipan dalam penelitian itu, peralatan (atau bahan) yang digunakan dalam penelitian itu, dan prosedur penelitiannya.
Partisipan.  Penjelasan secukupnya tentang partisipan penelitian ini penting, terutama untuk menilai hasil-hasil penelitiannya (membandingkan berbagai kelompok), menggeneralisasi hasil-hasil penelitian, dan membuat perbandingan dalam studi pengulangan, tinjauan literatur, atau analisa data sekunder.  Sampel dalam penelitian trsebut harus dijelaskan secara memadai dan sampel itu harus mewakili (representative).  Kesimpulan dan interpretasi tidak boleh melebihi apa yang ditemukan dalam sampel.
      Ciri-ciri demografis yang penting seperti jenis kelamin dan usia harus dilaporkan.  Kalau ciri demogafis tertentu merupakan variabel eksperimen atau penting untuk penafsiran hasil penelitian, jelaskan kelompok tersebut secara spesifik.  Misalnya, berdasarkan ciri ras dan etnis, asal kebangsaan, tingkat pendidikan, status kesehatan, atau penggunaan bahasa.
Peralatan.  Sub bagian tentang peralatan ini secara singkat menjelaskan peralatan atau bahan yang digunakan serta fungsinya dalam eksperimen.  Sebutkan peralatan khusus yang diperoleh dari penyalur komersial dengan menyebutkan nomor model peralatan itu dan nama pemasok serta lokasinya.  Peralatan yang rumit dan buatan sendiri dapat digambarkan dengan lukisan atau foto.
Prosedur.  Sub bagian tentang prosedur ini merangkum setiap langkah dalam pelaksanaan penelitian.  Masukkan ke dalamnya petunjuk untuk para partisipan, pembentukan kelompok dan manipulasi eksperimental yang spesifik.  Jelaskan cara mengacak, penyeimbangan, dan pengendalian lainnya yang ada dalam desain penelitian.
Hasil penelitian.  
      Bagian Hasil Penelitian ini merangkum data yang dikumpulkan dan penerapan statistik terhadap data tersebut.  Pertama, secara ringkas kemukakan hasil-hasil penelitian yang penting.  Kemudian laporkan datanya secara cukup rinci untuk mendukung kesimpulan itu.  Bagian ini bukan tempat untuk membicarakan implikasi hasil-hasil penelitian tersebut.  Sebutkan semua hasil yang relevan, termasuk hasil-hasil yang bertentangan dengan hipotesis.  Jangan memasukkan skor-skor individual atau data mentah kecuali, misalnya, desain satu kasus atau contoh-contoh ilustratif.
Pembahasan Hasil Penelitian.   
     Sesudah menyajikan hasil-hasil penelitian, Anda kini berada pada posisi yang tepat untuk mengevaluasi dan menafsirkan implikasi hasil-hasil tersebut, terutama dalam kaitannya dengan hipotesis aslinya.  Anda bebas untuk memeriksa, menafsirkan, dan menjelaskan keterbatasan hasil-hasil tersebut, serta menarik kesimpulan dari hasil-hasil tersebut.  Tekankan konsekuensi teoretis hasil-hasil tersebut dan validitas kesimpulan Anda.
      Awali pembahasan ini dengan suatu pernyataan jelas yang mendukung atau menolak hipotesis asli Anda.  Kesamaan dan perbedaan antara hasil-hasil penelitian Anda dengan hasil penelitian orang lain akan memperjelas dan menguatkan kesimpulan Anda.  Akan tetapi, jangan hanya mengulang atau merumuskan kembali hal-hal yang telah Anda kemukakan.  Setiap pernyataan baru harus memperkuat posisi Anda dan menambah pemahaman pembaca tentang masalah tersebut.  Hasil-hasil yang negatif harus diterima apa adanya tanpa berusaha menjelaskan mengapa terjadi hasil yang negatif seperti itu.  Hindari polemik, hal-hal yang remeh, dan perbandingan teoretis yang lemah dalam pembahasan Anda.  Secara umum, pertanyaan-pertanyaan berikut dapat Anda jadikan sebagai pedoman:
  • Sumbangan apakah yang telah saya berikan di sini?
  • Bagaimana penelitian saya ini telah membantu memecahkan persoalan yang diteliti?
  • Kesimpulan dan implikasi teoretis apakah yang dapat saya tarik dari penelitian saya ini?
Referensi:
      Semua kutipan dalam artikel Anda harus dimasukkan ke dalam daftar rujukan, dan semua rujukan harus dikutip di dalam teks.

MENGELOLA WAKTU

 

Mengapa kita perlu belajar mengelola (manajemen) waktu?
Karena kita ini hanya mempunyai waktu yang terbatas dalam hidup ini.  Hanya 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, dan seterusnya.  Kita tidak bisa memperoleh 25 jam sehari.  Sementara itu, begitu banyak tugas yang harus kita selesaikan sebagai mahasiswa, atau pegawai.  Kalau kita tidak pamdai-pandai mengelola waktu, bisa-bisa tidak selesai semua tugas yang dberikan dosen (atau atasan) kepada kita.
Apakah yang dimaksud dengan manajemen waktu itu?
Bagi mahasiswa seperti Anda, manajemen waktu adalah upaya untuk membuat dan mengikuti jadwal belajar guna menata dan memprioritaskan belajar Anda dalam konteks kegiatan yang saling berebut meminta perhatian Anda: kerja, keluarga, dsb.
Bagaimana cara mengelola waktu?
  • Pantaulah penggunaan waktu Anda
  • Renungkan bagaimana Anda menggunakan waktu Anda
  • Sadarilah ketika Anda membuang-buang waktu Anda
  • Ketahuilah kapan Anda produktif
Mengapa kita perlu mempelajari bagaimana kita menghabiskan waktu kita?  Dan bagaimana caranya?
Mengetahui bagaimana Anda menggunakan waktu Anda akan membantu Anda dalam merencanakan dan memprediksi penyelesaian tugas Anda:
  • Buatlah daftar tugas (to do list).  Tulislah hal-hal yang harus Anda kerjakan, kemudian putuskan apa yang akan Anda lakukan saat ini, apa yang harus dijadwalkan nanti, apa yang harus dikerjakan oleh orang lain, dan apa yang harus ditunda untuk waktu nanti.
  • Buatlah buku rencana kegiatan harian/mingguan.  Tulislah perjanjian, kelas, dan pertemuan-pertemuan dalam buku catatan secara kronologis atau tabel.  Usahakan selalu mengetahui sebelumnya apa yang harus Anda lakukan pada hari itu, selalu tidurlah dengan mengetahui bahwa Anda siap untuk hari besok.
  • Buatlah buku rencana jangka panjang.  Gunakan tabel bulanan sehingga Anda dapat selalu merencanakan sebelumnya.  Buku rencana jangka panjang juga berfungsi untuk mengingatkan Anda untuk merencanakan penggunaan waktu luang Anda secara konstruktif.
Bagaomana caranya merencana jadwal belajar yang efektif?
  • Sediakan waktu yang cukup untuk tidur, makan yang seimbang, dan kegiatan-kegiatan santai.
  • Prioritaskan tugas-tugas Anda.
  • Persiapkan diri untuk kegiatan diskusi/presentasi di depan kelas sebelumnya.
  • Jadwalkan waktu untuk mempelajari ulang materi kuliah segera sesudah kelas selesai.  Ingatlah bahwa lupa itu paling banyak terjadi dalam waktu 24 jam kalau tanpa pembelajaran ulang.
  • Jadwalkan pembagian waktu belajar masing-masing selama 50 menit.
  • Carilah tempat belajar yang bebas dari gangguan.
  • Buatlah rencana untuk menggunakan “waktu mati” (misalnya ketika Anda sedang menunggu bus, kereta, atau kedatangan dosen,)
  • Sejauh mungkin jadwalkan waktu belajar di siang hari.
  • Jadwalkan waktu untuk mempelajari ulang setiap minggu.
  • Usahakan untuk tidak menjadi budak jadwal Anda.
Coretlah tugas yang telah Anda selesaikan.  Pencoretan ini akan menimbulkan kepuasan tersendiri dan dapat memberikan perasaan berhasil, bahkan sedikit rasa memperoleh penghargaan!

KIAT MENINGKATKAN KONSENTRASI MEMBACA


Membaca tapi tak mengerti

Pernahkah Anda mempelajari suatu buku teks dan, sesudah membacanya kalimat demi kalimat, Anda merasa tetap tidak mengerti?  Ada dua kemungkinan penyebabnya. Yang pertama, mungkin pengarang buku itu kurang begitu mampu menyajikan isi fikirannya dalam tulisan yang tertata urut, logis dan mudah difahami pembaca.  Yang ke dua, fikiran Anda melayang kemana-mana ketika membacanya alias tidak terkonsentrasi pada apa yang Anda baca.  Untuk penyebab yang pertama, kesalahan bukan pada Anda dan Anda hampir tidak bisa berbuat apa-apa untuk memperbaikinya.  Itu tugas penulis buku itu.  Untuk penyebab yang ke dua, masalahnya ada pada diri Anda dan Anda bisa memperbaikinya.  Mungkin cara Anda membaca buku teks tersebut adalah sama seperti Anda membaca buku cerita atau novel, santai dan menikmati jalan ceritannya. 
Membaca buku teks tanpa konsentrasi adalah membuang-buang waktu saja dan sebaiknya, sedapat mungkin, jangan melakukan hal itu.  Penulisan buku teks memang berbeda dari buku cerita.  Berbeda daro buku cerita atau novel yang bertujuan untuk menceritakan sesuatu, biasanya dengan memainkan emoasi pembaca, buku teks biasanya bersifat akademis dan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca. Kalau Anda membaca buku teks dengan santai, informasi yang diberikan buku teks tersebut akan hanya berlalu begitu saja, tidak masuk ke dalam ingatan Anda karena tidak Anda kaitkan dengan pemahaman Anda atau pengetahuan Anda sebelumnya,  Akibatnya, Anda tidak dapat memahami apa yang ingin disampaikan pengarang kepada Anda.
Rahasia Konsentrasi
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, konsentrasi memang sangat diperlukan dalam mengerjakan sesuatu.  Banyak buku yang mengajarkan cara meningkatkan konsentrasi, misalnya dengan cara meditasi dan sebagainya.  Tetapi, berdasarkan pengalaman, ada teknik sederhana yang dapat meningkatkan konsentrasi, terutama dalam belajar atau membaca buku.  Rahasia konsentrasi terletak pada kemampuan untuk membangkitkan minat terhadap apa yang Anda baca, pelajari, atau kerjakan.  Kalau Anda tertarik pada bacaan, pelajaran, apa sesuatu yang Anda kerjakan, insya Allah Anda akan dapat mengonsentrasikan perhatian Anda pada apa yang Anda baca, pelajari, atau kerjakan.  Bacaan atau pelajaran itu akan mudah Anda mengerti.
Cara Menimbulkan minat terhadap apa yang kita baca
Lalu bagaimana caranya untuk membangkitkan minat terhadap buku yang harus kita baca atau pelajaran yang harus kita pelajari?  Bukankah kebanyakan buku pelajaran itu membosankan dan seperti obat tidur, begitu dibuka membuat mata mengantuk?  Memang, buku pelajaran di sekolah atau perguruan tinggi itu terasa membosankan dan tidak menarik bagi kebanyakan siswa/mahasiswa.  Mereka terpaksa membaca buku itu karena diharuskan oleh guru atau dosennya, bukan karena mereka tertarik pada atau ingin tahu isi buku itu.  Dalam teori ilmu jiwa, ini disebut motivasi ekstrinsik atau motivasi eksternal.  Artinya, motivasi yang datangnya dari luar diri siswa/mahasiswa.  Lawannya adalah motivasi intrinsik, atau motivasi internal, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri siswa/mahasiswa itu sendiri.  Motivasi intrinsik ini, tentu saja, lebih kuat daripada motivasi ekstrinsik,
Di samping itu, buku teks umumnya berisi informasi, bukan cerita (kecuali, barangkali, buku teks sejarah) sehingga membuatnya membosankan.  Tapi informasi akan menjadi menarik kalau Anda bisa menemukan konsep atau sesuatu yang menarik terkait dengan informasi itu.  Misalnya, Anda tidak menyukai pelajaran/mata kuliah sosiolgi dan Anda terpaksa mempelajarinya karena pelajaran/mata kuliah tersebut ada di dalam kurikulum.  Daripada ‘tersiksa’ seperti itu, lebih baik Anda berusaha mencari konsep atau sesuatu yang menarik dalam pelajaran/mata kuliah atau buku sosiologi itu.  Toh, bagaimanapun juga, suka atau tidak suka, Anda harus mempelajarinya juga.
Jadi, kalau Anda ingin membuat jam-jam belajar Anda menyenangkan, cobalah menemukan konsep atau sesuatu yang menarik dalam apa yang Anda pelajari itu.  Artinya, Anda berusaha mengubah motivasi ekstrinsik Anda menjadi motivasi intrinsik.  Anda mengubah posisi Anda dari terpaksa mempelajarinya menjadi mempelajarinya karena Anda ingin tahu bagaimana sebenarnya.  Jangan terima mentah-mentah apa yang dikatakan pengarang buku itu.  Ragukanlah, bertanyalah tentang kebenaran informasi itu dan carilah jawabannya, di dalam buku itu atau di tempat (buku) lain.  Insya Allah, dengan cara begitu, belajar Anda akan menjadi mengasyikkan.
Beberapa tip belajar
Berikut ini adalah beberapa tip untuk membuat Anda lebih mudah memahami dan mengingat pelajaran atau isi buku yang Anda pelajari.
  1. Buatlah sebuah buku catatan tersendiri untuk setiap pelajaran/mata kuliah yang Anda pelajari.
  2. Setiap kali Anda duduk untuk mempelajari suatu pelajaran/mata kuliah, jangan lupa menyiapkan buku catatan Anda tersebut dan pena (setidaknya 2 warna yang berbeda).
  3. Untuk setiap paragraf yang Anda baca dari buku itu, buatlah pertanyaan tentang isi paragraf itu, seolah-olah Anda adalah guru/dosen yang akan menguji pemahaman siswa/mahasiswanya tentang paragraf itu.  Ini akan memaksa Anda untuk berkonsentrasi terhadap masalah tersebut.
  4. Tulislah pertanyaan itu dengan satu warna dan jawabannya dengan warna yang lain.  Tulislah jawaban itu berdasarkan pemahaman Anda terhadap paragraf tersebut, dengan kata-kata Anda sendiri.  Jangan hanya menulis ulang kata-kata dari buku tersebut.
  5. Semakin sulit pertanyaan yang Anda buat, akan semakin baik Anda berkonsentrasi dan akan semakin lama Anda mengingat apa yang telah Anda pelajari dari paragraf tersebut.
  6. Yang paling penting adalah ini: BACALAH ULANG catatan Anda.  Ini mungkin hanya akan memerlukan waktu 5 menit untuk setiap jam yang Anda gunakan dalam membuat pertanyaan dan jawaban itu.  Kalau Anda tidak mau membaca ulang catatan Anda, maka usaha Anda untuk membuat catatan itu akan terbuang sia-sia.  Setiap kali Anda membaca ulang catatan Anda, manfaatnya setidaknya 10 kali lipat dari waktu yang telah Anda gunakan untuk membaca catatan itu.
  7. Kerjakan soal-soal contoh dan latihan.  Anda akan terheran-heran melihat bahwa Anda mampu menyelesaikan sebagian besar soal-soal tersebut.
Beberapa tip dalam membaca ulang 
  1. Tulislah semua yang ingin Anda pelajari ulang dalam suatu jam belajar tertentu.
  2. Tetapkan waktu yang dapat Anda sediakan untuk setiap topik yang ingin Anda pelajari ulang.
  3. Bukalah buku catatan Anda tetapi jangan hanya membaca semua yang telah Anda tulis di situ karena fikiran Anda akan segera melayang kemana=mana, melamun, dan sebagainya.
  4. Bacalah pertanyaannya saja.  Tutupi jawabannya.  Cobalah untuk mengingat jawaban yang telah Anda tulis.  Periksalah kebenaran ingatan Anda.
  5. Kalau Anda dapat memikirkan beberapa pertanyaan dan jawaban baru, tambahkan itu ke dalam catatan Anda.
Kapan membaca ulang buku catatan Anda?
  1. Setiap malam, sebelum tidur, bacalah ulang semua yang telah Anda tulis di buku itu pada hari itu.
  2. Setiap akhir minggu, bacalah ulang semua yang telah Anda tulis di minggu itu.
  3. Sebelum ujian, bacalah ulang semua yang diperlukan untuk ujian tersebut.
Kalau Anda benar-benar telah mengikuti saran-saran di atas, insya Allah Anda akan berhasil dalam belajar Anda.  Anda telah mempersiapkan keberhasilan Anda dan, sebelum ujian, ketika siswa/mahasiswa yang lain sibuk ‘ngebut belajar’, Anda hanya akan membaca ulang buku catatan Anda.  Anda akan merasakan bahwa mencapai keberhasilan itu menyenangkan.

Penghayatan Ilmu Sebagai Sistem


Oleh: Slamet Soeseno

    Pada kesempatan berceramah tentang teknik penulisan ilmiah popular di kampus Bulaksumur Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, bulan Oktober yang lalu, penulis ditanya oleh seorang mahasiswa “bagian atasan” (ia seorang pemimpin organisasi): “Bagaimana cara bapak menguasai macam-macam pengetahuan tentang kehidupan binatang dan tumbuh-tumbuhan itu, sampai dapat menyajikannya sebagai tulisan ilmiah popular?  Apakah dulu belajar di Fakultas Biologi?”

    Agak membuat terkesiap juga pertanyaan itu!
 

     Agar dapat menguasai macam-macam pengetahuan (dari kepustakaan), perlu suatu sistem penggarapan.  Sistem ini diajarkan sebagai ilmu (“ngelmu” kata Pak Notoboto) di setiap akademi dan perguruan tinggi (PT).  Di sana kita dididik menguasai ketrampilan macam-macam, yang diperlukan untuk melakukan penelitian, pengkajian dan pemecahan masalah secara ilmiah, dengan “ngelmu” sebagai sistem.  Atau dengan kata-kata yang tidak bergurau: dengan metoda ilmiah.

    Di samping “ngelmu” ini, kita memang diberi pengetahuan oleh Bapak Dosen dari bidang keilmuan tertentu.  Sial sekali, pengetahuan ini sering disebut “ilmu” juga, tetapi sebenarnya bukan “ngelmu”, melainkan pengetahuan.  Atau, agar tetap dapat memakai istilah ilmu juga: “ilmu sebagai produk.”

    Ketrampilan apa saja yang diajarkan, agar seseorang mampu mengolah informasi (alias menerapkan ilmu sebagai sistem), untuk mencari tahu “pengetahuan” (atau ilmu sebagai produk) itu?  Pengetahuan yang kemudian ditulis menjadi reading material yang bisa bergaya ilmiah tetapi boleh juga ilmia yang ngepop.

Mendengarkan dan membaca

    Pertama-tama, seorang mahasiswa dilatih menjadi pendengar yang baik.  Ia harus mendengarkan kuliah seorang dosen.  Tentu tidak sekedar mendengarkan, tetapi menyerap pengetahuan, agar memperoleh gambaran yang tajam dan pengertian yang mendalam.  Kalau pada kuliah itu ia tidak menyadari tugasnya, melainkan bergurau saja seperti di SMA dulu, maka ia telah kehilangan sebagian dari kesempatan melatih diri menjadi pendengar yang akademis.  Padahal sang waktu terbang terus, sedang umur makin tua.

    Tugas mendengarkan kuliah ini disertai tugas membuat resume, yang pokoknya mencatat pokok pemikiran saja, dengan kata-kata sendiri.Tidak mungkin mencatat semua kalimat penjelasan yang dikuliahkan seorang dosen, bukan?

    Di rumah, catatan ini dibenahi lagi dan disusun menjadi “reading material” yang lebih sistematis, agar mudah difahami, sambil dicek sekali lagi kebenarannya dengan materi yang sama, yang terdapat dalam textbook, buku standar, handbook atau treatise.  Kalau buku ini tertulis dalam bahasa asing, mahasiswa itu belajar lebih keras lagi, untuk menguasai bahasa asing itu.  Ia tidak mundur di tengah perjoangan menuntut ilmu, lalu hanya mengandalkan diktat Bapak Dosen saja.

    Membenahi catatan hasil kuliah ini dengan sendirinya sudah memaksa seseorang untuk membaca buku secara baik.  Yaitu mengerti benar apa yang dibacanya itu, dengan tafsiran yang benar pula.

Meringkas bahan dan berbicara

    Ketrampilan kedua yang diperlukan agar dapat menerapkan ilmu sebagai sistem ialah, menampung sari dan meringkas bahan informasi.  Lazimnya, latihan berupa pembuatan referat (tulisan singkat berbentuk intisari, dari reference atau tulisan lain yang menjadi acuan).  Tentu dengan kata-kata sendiri.  Tidak hanya satu-dua referat saja, yang mesti dibuat, tetapi belasan (mestinya) agar mahasiswa trampil meringkas bahan bacaan, dan menulisnya kembali dengan ata-kata sendiri.

    Referat yang penulisannya acak-acakan atau kalimat Indonesianya berantakan, sudah jelas akan diminta diberulkan oleh dosen yang bersangkutan.  Dosen, yang tidak dipandang aneh, bahwa ia mengurusi bahasa Indonesia, di luar bidang keilmuannya.

    Untuk menguji apakah isi referat itu sudah betul, dosen itu minta mahasiswa yang bersangkutan  untuk menyajikannya di depan kelas.  Dalam keadaan normal, kelas di PT tidak ramai seperti rapat raksasa.  Jadi penyajian referat juga berjalan dengan baik.

    Menyajikan referat itu sudah tentu tidak boleh sekedar membaca kata demi kata seperti seorang pembesar membaca paper buatan staf pembantunya.  Ia harus mampu menyajikan pokok bahasan yang ada, kemudian memberi penjelasan dan kejelasan bagi orang-orang yang bertanya: mengapa?  Penyajian itu harus memberikedalaman pada cerita yang dikemukakan.

    Semuanya dibawakan dengan sikap dan tutur kata yang baik, tentunya.  Cara menyajikan yang belum meyakinkan, atau yang masih overacting, memang tidak ditegur, tetapi semua peserta acara penyajian referat itu juga merasa, biasanya, bila ada seseorang yang masih belum berhasil menyajikan referat di depan orang banyak.  Tetapi makin sering seseorang mengalami acara yang demikian, makin mahir ia berbicara dan bersikap di mimbar akademik.

    Siapa yang mengajar berbicara akademik itu?  Jelas para dosen, yang selama ini memberi kuliah dan menjadi contoh sehari-hari.  Tanpa dididik secara khusus (terlalu naïf untuk mengadakan matakuliah “cara berbicara akademis”), para mahasiswa sebenarnya juga sudah tahu bagaimana harus bersikap waktu berbicara.

    Mula-mula jelas ada yang masih “mbulet”, berputar-putar dengan berbasa-basi dulu, sebelum sampai pada inti persoalan.  Ada pula yang cara berbicaranya selalu menggunakan kalimat yang tidak lengkap.  Putus di tengah dan tidak diselesaikan (Harap pndengar mengerti sendiri apa yang dimaksud).  Belum selesai kalimat yang satu, sudah disusul dengankalimat baru yang tidak selesai lagi (Harap pendengar melanjutkan sendiri kalimat sepotong itu).

    Teapi makin mahir berbicara akademis, seseorang akan makin terasa berbicara “straight to the point”, tetapi jelas dan lengkap.  Tidak terlalu rendah hati.  Tetapi juga tidak sok serem.  Ia pun mantap dan toleran menghadapi pertanyaan, kritik dan koreksi.

    Tidak hanya orang yang ditunjuk menyajikan referat itu saja yang berbicara, tetapi semua mahasiswa peserta acara itu harus bisa, berani dan mampu berbicara, bertanya dan mengoreksi, dengan sikap dan tutur kata yang “kepenak”, tidak menyinggung perasaan.  Kalau sesudah lulus ia ternyata belum mahir menyatakan pendapat dan koreksi atas sesuatu yang kurang benar, maka itu berarti, ia kurang memanfaatkan kesempatan berlatih berbicara menyatakan pendapat, pada acara membawakan referat berikut diskusi yang menyusulnya.  Dari seorang sarjana lulusan PT sudah tentu kita harapkan, agar ia dapat berbicara akademik setiap kali ia mengemukakan masalah dan menyajikan usul alternatif pemecahannya.
Menulis makalah berbobot

    Ketrampilan ketiga, agar seseorang diakui sebagai akademikus yang tahu menerapkan ilmu sebagai sistem, ialah menulis.  Kemampuan menulis yang merupakan ciri khas seseorang yang berbudaya, bagi seorang sarjana (dan para calonnya) merupakan syarat mutlak.  Bukankah mereka nyata-nyata seorang yang berbudaya?

    Latihan menulis pun, pada setiap PT yang mana un, sudah diberikan secara melimpah sebenarnya.  Mulai dari membuat resume kuliah, referat dan term paper (research paper), sampai laporan praktek dan skripsi atau tesis.  PT yang normal tidak hanya menugaskan penulisan satu term paper saja atau satu jenis skripsi, tetapi lebih.  Ada beberapa laporan praktek.  Beberapa laporan studi kasus.  Beberapa minor tesis dan major tesis.  PT yang normal idak akan hanya membebani mahasiswanya dengan tugas mendengarkan kuliah terus-menerus saja.

    Menulis paper atau makalah sudah tentu tidak boleh hanya sekedar menulis, tetapi mesti akademis atau ilmiah.  Untuk menguji apakah bahan yang ditulis itu benar-benar sudah berbobot ilmiah, mahasiswa yang bersangkutan diminta menyajikan hasil karya tulisnya lagi, seperi pada acara pembuatan referat sebelumnya.  Tetapi sekarang tidak hanya di depan kelas sendiri saja, melainkan di depan seminar, sebuah forum yang lebih luas.

    Biasanya, sebelum disajikan, paper itu dikonsultasikan dulu dengan dosen pembimbing yang bersangkutan.  Kalau pada konsutasi itu mahasiswa tersebut memang mau menfaatkan bimbingan itu baik-baik (cepat tanggap dan cepat pula menyempurnakan paper, sesuai pengarahan), maka karya tulis itu pun berbobot ilmiah.

    Sebaliknya, karya tulis akan tetap kurang sempurna, kalau mahasiswa yang bersangkutan lamban tanggap, dan baru memperbaikinya pada hari-hari terakhir menjelang batas waktu saja.  Lalu sang dosen dipojokkan untuk memeriksanya buru-buru juga, karena didesak waktu.  Maka di masyarakat pun kita kemudian menjumpai campuran arya tulis yang berbobot dan karya tulis yang “lumayan” saja.

Menganalisa dengan penalaran

    Ketrapilan keempat, agar seseorang diakui sebagai akademikus yang berbobot, ialah daya menganalisa informasi dengan penalaran yang benar, agar dapat menarik kesimpulan yang benar pula.  Hal ini diajarkan dengan latihan pemecahan soal, setelah diberi input data dan informasi, baik yang relevan maupun yang tidak.  Mahasiswa yang bersangkutan dilatih untuk mengidentifikasi (mengenal) masalah, yang biasanya terselubung.  Lalu mengkaji informasi, mana yang relevan dan mana yang tidak, untuk meneliti kebenarannya dengan penalaran yang sehat, agar dapat memakainya sebagai evidensi (hal yang mendukung), yang membantu membenarkan anggapan, meskipun tidak dapat membuktikan.  Semuanya itu untuk melatih mengembangkan penalaran yang sehat.

    Kesimpulan yang ditarik salah, karena penalaran yang salah (atau tidak sehat), sudah tentu perlu dibetulkan oleh dosen pembimbing yang bersangkutan.  Mungkin kesalahannya disebabkan oleh analisa informasi yang kurang obyektif, atau memang sengaja dibuat demi kepentingan sesuatu fihak.

    Analisa ini paling sedikit dilakukan dengan mengajukan pertanyaan analitis sendiri, mengapa sesuatu fakta, hal atau masalah itu terjadi?  Jawaban yang ditemukan setelah penelitian, pengkajian dan uji coba, merupakan hasil analisa yang dapat dicatat sebagai unsur pendukung kebenaran suatu anggapan.  Atau pendukung ketidak-benaran suatu dugaan.

    Kemudian dengan pertanyaan: bagaimana duduknya perkara sampai terjadi hal, fakta atau masalah itu?  Jawaban yang ditemukan merupakan pendukung pula, apakah sesuatu anggapan itu benar atau tidak.

    Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan: di mana dan kapan masalah itu timbul?  Kadang-kadang sudah kedaluarsa, dan sudah pernah dipecahkan masalahnya oleh orang lain.

Intinya

    Keempat ketrampilan itu bukannya diajarkan secara terpisah sendiri-sendiri, melainkan terpadu, selama masa pendidikan akademis berlangsung.  Sayang, tidak setiap (semua) mahasiswa merasa bahwa ia tidak semata-mata diminta untuk menghafal diktat, supaya lulus ujian cepat-cepat (“pokoknya, kalau tidak sama dengan diktat, mesti berabe”), tetapi juga melatih diri agar mahir menguasai keempat ketrampilan yang diperlukan untuk menerapkan ilmu sebagai sistem itu.

    Hal lain, seperti berolah raga dalam POR-POR 9demi kesegaran jasmani dalam rangka memenuhi “mens sana in corpore sano”), berekreasi (demi kesegaran rohani) dan mengabdi pada masyarakat (mengajarkan sekolah sore atau aktif dalam organisasi selimut), hanya merupakan kegiatan penunjang saja sebetulnya, agar nanti setelah lulus menjadi sarjana, mahasiswa itu di samping “tahu tentang ilmu yang dipelajarinya sebagai produk” dan “mampu menerapkan ilmu sebagai sistem”, masih tetap mampu juga bertindak sebagai warga masyarakat yang normal.  Warga yang cepat tanggap terhadap setiap kejadian di sekelilingnya, cepat mengenali masalah dengan jelas, sejelas-jelasnya, dan cepat menemukan alternatif pemecahannya yang jelas, sejelas-jelasnya pula, karena langsung menembak intinya.

Catatan:  artikel ini dikutip dari Harian Kompas, terbitan tahun 1982 (tanggalnya sudah hilang).  Administrator tidak mengubah apapun, termasuk istilah bahasa asing yang tidak dicetak miring, kecuali kesalahan ketik.  Artikel ini dimuat ulang di situs ini karena relevan dengan misi situs ini.



Mengurangi Kecemasan


M


cemas menghadapi ujian? :D memang apa sih yang perlu dicemaskan? :D sebenarnya kita cemas karena kita tidak siap :D. kita siap secara lahir atau kita tidak siap secara batin bahkan yang parah ada juga yang tidak siap secara lahir batin :p.

apa itu tidak siap secara lahir? :D tidak siap secara lahir, kita tidak mengerti pelajaran tersebut :D. sebabnya yah banyak :D, misalnya karena kita hanya mencatat saja di kelas atau kita ngobrol di kelas atau lainnya :D. tidak siap secara lahir bukan hanya ada di dalam kelas ketika kita menerima pelajaran saja :D. tapi di rumah dan di tempat les kita juga tidak mau mempersiapkan lahir kita :D.

itu semua karena kita lebih berfokus pada kesenangan kita saja dan lupa akan tujuan kita bersekolah :D. padahal kalo itu mau mencoba mengerti apa yang diajarkan di kelas, maka kita akan lebih mudah memahaminya ketika mengulangnya sekali lagi :D. bahkan pelajaran seperti matematika kita tidak perlu lagi belajar dalam menghadapi ujian :D.

tapi memang waktu di sekolah itu tidak cukup, karena harus berganti-ganti pelajaran setiap harinya :D. dengan berganti-ganti pelajaran maka banyak juga yang perlu dipahami :D. oleh karena itulah terkadang kita perlu waktu tambahan di rumah untuk mengulang hingga kita benar-benar paham :D. nah setelah mengulang di rumah dan ada yang benar-benar tidak dipahami, ada baiknya pergi ke Bim-Bel sibawel untuk mendapatkan bimbingan lebih lanjut :D.

fungsi Bim-Bel sibawel di sini adalah untuk membantu pemecahan masalah yang tidak dipecahkan sendiri :D. selain itu tentunya adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang pendidikan, agar nantinya bisa mengambil manfaat dari pembelajaran di sekolah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari :D.

kembali ke topik lagi :D. itulah manfaatnya kalo kita berusaha untuk mengerti :D. karena dengan mengerti apa yang dipelajari, maka tidak akan ada lagi kecemasan :D. jangan takut belajar :D. belajar itu banyak manfaatnya :D. dan belajar juga tidak identik dengan menghabiskan waktu kok :D. asal mau mencoba mengerti selama 1 sampai 2 jam sehari diluar jam sekolah kita tidak perlu lagi menghabiskan waktu berjam-jam bahkan 24 jam untuk belajar menjelang ujian :D. jadi cobalah sisihkan waktu 1-2 jam sehari untuk belajar, karena kita hidup itu tidak ada yang instan :D. seperti kata pepatah ‘perjalanan seribu langkah dimulai dari langkah pertama’ :D.

nah itu baru yang kesiapan kita secara lahir :D. tapi terkadang walau lahirnya sudah siap, batinnya tidak siap, hingga rasa cemas tiba-tiba saja muncul :D. kenapa rasa cemas itu bisa muncul, karena pada dasarnya kita kurang percaya diri :D. karena kurang percaya diri, maka pikiran kita akan muncul banyak sekali pertanyaan :D. pertanyaan-pertanyaan itu pada dasarnya tidak berhubungan dengan ujian itu sendiri :D.

ada beberapa tips untuk mengatasi kecemasan itu, misalnya dengan membuat daftar hal-hal yang kita butuhkan, misalnya alat tulis yang berfungsi, kartu ujian, seragam atau lainnya, hingga kita bisa menyiapkan segalanya tanpa tertinggal 1 pun juga :D.

tips lainnya adalah kita harus cukup tidur atau beristirahat :D. dengan cukup tidur, kita hanya berfokus pada ujian itu sendiri, sedangkan kalo kita kurang tidur maka banyak hal-hal yang tidak penting tapi kita anggap penting sehingga kita tidak pernah merasa siap-siap :D.

tips lainnya lagi adalah lebih sering berlatih dengan mengunakan waktu :D. dengan menggunakan waktu atau alarm kita akan terbiasa dengan suasana ujian :D. dengan terbiasa dengan suasanya ujian kita tidak akan pernah panik lagi, walaupun harus menghadapi ujian mendadak :D.

nah itu semua adalah sedikit tips dari saya :D. ingat sekali lagi kemampuan yang kita punya itu tidak datang secara ajaib :D. perlu usaha dan tentunya waktu untuk mengasahnya :D. oleh karena itulah sedini mungkin kita harus menyiapkan diri untuk menjalani hal-hal penunjang :D.

dan untuk hal terakhir yang ingin saya sampaikan adalah jagalah kesehatan :D. kesehatan adalah hal paling berharga dalam hidup, jauh melebihi kekayaan :D. oke... sekian dulu yah :D. sampai jumpa di lain kesempatan :D. jangan lupa juga, kunjungi juga Bim-Bel si bawel yah :D.

Mengatasi Kecemasan Waktu Ujian


Apakah yang dimaksud dengan kecemasan ujian itu?
 
Kecemasan ujian adalah rasa cemas yang berlebihan ketika menghadapi ujian.  Merasa sedikit cemas ketika menghadapi ujian sebenarnya adalah normal.  Bahkan sedikit rasa cemas dapat mendorong semangat belajar Anda dan menjaga Anda tetap termotivasi.  Akan tetapi, rasa cemas yang berlebihan dapat mengganggu belajar Anda.  Anda mungkin akan sulit belajar dan mengingat materi kuliah yang akan diujikan.  Di samping itu, rasa cemas yang berlebihan juga mungkin akan menghambat kinerja Anda dalam ujian.  Anda mungkin sulit menunjukkan apa yang telah Anda ketahui dalam ujian itu.
 Bagaimana Anda tahu kalau rasa cemas Anda berlebihan?
Anda mungkin mempunyai rasa cemas yang berlebihan jika Anda menjawab YA pada empat atau lebih dari pertanyaan berikut ini:
  1. Saya merasa sulit memulai belajar untuk ujian.
  2. Ketika belajar untuk menghadapi ujian, saya menemukan banyak hal yang mengganggu perhatian saya.
  3. Saya merasa akan mendapat nilai jelek dalam ujian itu, tidak peduli seberapa keras saya belajar.
  4. Ketika mengikuti ujian, saya merasa tidak sehat secara fisik: saya merasa tangan saya berkeringat, sakit perut, pusing, sulit bernafas, dan otot terasa tegang.
  5. Ketika mengerjakan ujian, saya merasa sulit memahami petunjuk dan pertanyaannya.
  6. Ketika mengerjakan ujian, saya sulit menata fikiran saya.
  7. Ketika mengerjakan soal ujian, saya sering merasakan  “fikiran kosong.”
  8. Ketika mengerjakan ujian, saya merasa fikiran saya melayang ke hal-hal lain.
  9. Saya biasanya dapat nilai lebih jelek pada ujian daripada nilai saya pada tugas dan makalah.
  10. Sesudah ujian selesai, saya dapat mengingat informasi yang tidak dapat saya ingat ketika mengerjakan soal ujian.

Bagaiman cara mengatasi kecemasan ujian?
 Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan sebelum, selama, dan sesudahujian untuk mengurangi kecemasan menghadapi ujian.
  1. Gunakan teknik belajar untuk dapat menguasai materi kuliah yang akan diujikan secara kognitif.  Penguasan ihni akan membantu Anda mendekati ujian dengan rasa percaya diri, dan bukan rasa cemas yang berlebihan.  Kembangkan kebiasaan belajar yang baik.
  2. Tetaplah bersikap positif ketika Anda belajar.  Fikirkan keberhasilan, bukan kegagalan. Anggaplah ujian itu sebagai suatu kesempatan untuk menunjukkan seberapa jauh Anda telah belajar.
  3. Masuklah ke ruang ujian dengan kondisi cukup istirahat dan makan cukup.  Tidurlah dengan cukup di malam menjelang ujian.  Makanlah makanan ringan dan bergizi sebelum ujian.  Hindari makanan yang kurang bergizi.
  4. Tetaplah santai selama ujian berlangsung.  Menarik nafas pelan-pelan dan dalam-dalam.  Ini bisa membantu.  Pusatkan perhatian pada pernyataan positif seperti “Saya dapat mengerjakan ini.”
  5. Ikuti rencana belajar yang sudah Anda buat untuk menghadapi ujian tersebut.  Jangan panic meskipun seandainya ujian itu ternyata sulit.  Tetaplah dengan rencana belajar Anda.
  6. Jangan mempedulikan mahasiswa lain yang menyelesaikan ujian lebih dulu daripada Anda.  Gunakan waktu yang Anda perlukan untuk berusaha sebaik mungkin.
  7. Sesudah menyelesaikan ujian itu dan menyerahkan jawaban Anda, lupakanlah ujian itu untuk sementara.  Tak ada lagi yang dapat Anda lakukan sampai hasil ujian itu dikembalikan kepada Anda.  Alihkan perhatian dan usaha Anda pada tugas dan ujian baru yang akan datang.
  8. Ketika hasil ujian itu dikembalikan kepada Anda, analisalah hasil itu untuk mengetahui di mana kekurangan dan kelebihan Anda dalam ujian tersebut.  Belajarlah dari kesalahan dan keberhasilan Anda.  Trapkan pengetahuan ini ketika Anda mengikuti ujian berikutnya.

Untuk berhasil dalam ujian, Anda harus menguasai materi ujian itu.  Untuk dapat menunjukkan apa yang Anda kuasai, Anda perlu mengendalikan rasa cemas Anda yang berlebihan.