Jumat, 26 Oktober 2012

7 Kebiasaan Orang-orang yang Bahagia

7 Kebiasaan Orang-orang yang Bahagia

bahagia
Orang-orang yang bahagia akan memiliki kebiasaan yang membahagiakan pula; sesederhana itu. Orang-orang paling bahagia yang saya kenal memiliki 7 kebiasaan yang terlihat jelas dalam diri mereka. Jika anda ingin membuat hidup anda lebih bahagia, anda mungkin dapat mempertimbangkan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan berikut ini dalam kehidupan anda.
“Sebagian orang merasa bahagia sesuai dengan apa yang mereka pikirkan”.
- Abraham Lincoln -
1. Ikut Ambil Bagian dalam Sesuatu yang Anda Minati – Anda bisa mengikuti kegiatan apapun. Anda bisa ikut ambil bagian dalam kegiatan yang bersifat religius, bergabung dengan kelompok yang mendukung tujuan tertentu, atau menapaki karir anda dengan tekun. Dalam setiap kegiatan yang anda pilih, hasil psikologis yang diraih mempunyai sifat sama. Anda ikut ambil bagian sepenuhnya dalam kegiatan yang anda minati. Kegiatan semacam ini akan memberikan kebahagiaan dan makna dalam kehidupan anda.
2. Habiskan Waktu Bersama Teman-Teman dan Keluarga – Kehidupan yang bahagia adalah kehidupan yang anda lalui bersama teman-teman dan keluarga. Semakin kuat hubungan pribadi yang anda miliki serta semakin kerap interaksi bersama teman-teman dan keluarga, maka semakin bahagia pula anda.
3. Pikirkan Hal-hal yang Positif – Seringkali orang terlalu berkonsentrasi pada hal-hal negatif dan tidak menyisakan waktu untuk merefleksikan hal-hal yang berhasil mereka raih secara positif. Merupakan hal yang alami bagi seseorang untuk mengkoreksi keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka dan memfokuskan diri mereka pada hal tersebut, namun harus terdapat keseimbangan dalam menempatkan diri anda. Sangatlah penting untuk merefleksikan hal-hal baik yang anda peroleh sementara anda mengkoreksi hal-hal yang buruk. Mengingatkan diri anda terus menerus terhadap kesuksesan pribadi yang anda raih setiap harinya akan memiliki dampak positif yang sangat berarti dalam kebahagiaan emosional anda.
4. Gunakan Sumber Daya yang Anda Miliki – Orang rata-rata biasanya merasa kagum ketika mereka melihat seseorang yang memiliki kekurangan fisik memperlihatkan tanda-tanda kebahagiaan secara emosional. Bagaimana mungkin seseorang yang berada dalam kondisi fisik seperti itu bisa terlihat begitu bahagia? Jawabannya terletak pada bagaimana mereka menggunakan sumber daya yang mereka miliki. Stevie Wonder tak bisa melihat, jadi ia menggunakan kemampuan mendengarnya dalam dunia musik, dan ia sekarang memiliki 25 piala Grammy sebagai bukti.
5. Ciptakan Akhir yang Bahagia Setiap Waktu – Kekuatan dari akhir merupakan sesuatu yang mengagumkan. Akhir dari sebuah pengalaman yang dialami seseorang dapat mengubah persepsi keseluruhan orang tersebut. Bayangkan anda sedang membaca sebuah novel yang memprovokasi pikiran anda. Sekarang bayangkan bagian akhir dari novel tersebut ternyata sangat buruk. Meskipun cerita nya sangat menegangkan hingga saat-saat menjelang akhir, apakah anda akan tetap merekomendasikan novel tersebut pada orang lain? Orang selalu mengingat bagian akhirnya. Jika bagian akhir tersebut berakhir bahagia, maka pengalaman tersebut juga menciptakan perasaan bahagia. Selesaikan apa yang sedang anda kerjakan, selesaikan dalam keadaan baik, dan ciptakan akhir yang bahagia dalam kehidupan anda jika memungkinkan.
6. Gunakan Kekuatan Pribadi Untuk Menyelesaikan Sesuatu – Setiap orang memiliki kekuatan pribadi yang unik. Kita memiliki bakat dan keahlian yang berbeda. Kebahagiaan emosi akan datang secara alami pada mereka yang menggunakan kekuatan pribadinya untuk menyelesaikan sesuatu. Ketika anda berhasil mencapai sesuatu karena keahlian anda sendiri, maka penghargaan psikologis yang anda peroleh sangatlah bernilai.
7. Nikmati Setiap Kebahagiaan yang Anda Raih – Hal-hal terbaik yang bisa anda nikmati di dunia ini sifatnya gratis. Hal-hal tersebut muncul dalam bentuk yang sederhana dan muncul di hadapan anda pada waktu dan tempat yang tidak bisa anda duga. Kebahagiaan semacam ini diatur oleh alam dalam situasi tertentu dan ditangkap oleh panca indera kita. Momen semacam ini mungkin saja muncul saat anda sedang melihat pantulan sinar matahari terbenam dari sebuah kolam ketika anda sedang menggenggam tangan orang yang anda sayangi. Menyadari kemunculan momen-momen semacam ini akan menimbulkan kebahagiaan tak terduga dalam kehidupan anda.

TIPS UNTUK BAHAGIA

9 Tips Untuk Hidup Lebih Bahagia

senyum bahagia
Foto oleh Swamibu
1. Jangan Takut dan Khawatir
    Perasaan takut dan khawatir merupakan pikiran kita yang paling tidak produktif. Sebagian besar hal-hal yang kita khawatirkan atau takutkan tidak pernah terjadi. Jadi untuk apa kita khawatir dan takut?
2. Jangan Pernah Menyimpan Dendam
    Dendam adalah hal terbesar dan akan menjadi beban terberat jika kita menyimpannya di dalam hati. Maukah anda membawanya sepanjang hidup? …. Saya rasa tidak. Jangan sia-siakan energi kita dengan menyimpan dendam, sudah pasti tidak ada gunanya. Gunakanlah energi kita tersebut untuk hal-hal yang positif.
3. Fokus Pada Satu Masalah
    Jika kita memiliki beberapa masalah, selesaikanlah masalah kita satu per satu. Jangan terpikirkan untuk menyelesaikan masalah secara sekaligus karena justru akan membuat kita semakin stress.
4. Jangan Membawa Tidur Masalah Anda
    Masalah adalah hal yang sangat buruk untuk kesehatan tidur kita. Pikiran bawah sadar kita adalah hal yang luar biasa yang dapat membuat kita gelisah dan tidur kita menjadi tidak nyenyak.
5. Jangan Mengambil Masalah Orang Lain Untuk Anda Selesaikan
    Membantu orang lain yang sedang dalam masalah adalah hal yang mulia, tetapi jika kita mengambil porsi terbesar untuk menyelesaikan masalah orang lain tersebut justru itulah kesalahan terbesar. Biarkanlah orang tersebut yang menyelesaikan masalahnya sendiri dengan porsi terbesar.
6. Jangan Hidup di Masa Lalu
    Mungkin terasa nyaman bagi kita mengingat hal-hal yang menyenangkan di masa lalu tetapi jangan anda terlena didalamnya. Konsentrasilah dengan apa yang terjadi saat ini, karena kita pun akan bisa merasakan banyak kebahagiaan di saat ini. Saya yakin kita akan mempunyai perasaan yang jauh lebih berbahagia jika kita merayakan apa yang terjadi saat ini dibanding dengan mengingat-ngingat kebahagiaan di masa lalu.
7. Jadilah Pendengar yang Baik
    Mungkin sebagian besar orang termasuk saya :) susah untuk menjadi pendengar yang baik. Justru sebaliknya kita mengharapkan orang lain yang mendengarkan omongan kita, tetapi sebetulnya dengan belajar mendengarkan orang lain, kita akan mendapatkan banyak hal baru yang dapat sangat berguna bagi kebahagiaan hidup kita.
8. Jangan Biarkan Frustasi Mengatur dan Bahkan Mengacaukan Hidup Anda
    Kasihanilah diri kita lebih dari apa pun, maksud saya adalah janganlah kita menyerah pada frustasi. Maju terus. Ambillah tindakan-tindakan positif dan lakukanlah dengan konsisten.
9. Bersyukurlah Selalu
    Bersyukur dan berterimakasihlah atas semua yang kita dapatkan, bukan hanya hal yang positif saja tetapi juga hal yang negatif, karena saya percaya dibalik setiap hal yang negatif tersebut ada hal baik yang bisa kita pelajari.
bahagia%2F" class="twitter-share-button" data-url="http://www.akuinginsukses.com/9-tips-untuk-hidup-lebih-bahagia/" data-count="vertical" data-via="" data-lang="" data-text="9 Tips Untuk Hidup Lebih Bahagia » Aku Ingin Sukses #bahagia #ceria #hidup #inspirasi #Kebahagiaan #mo [...]">Tweet

Menerima Diri Sendiri " Self Acceptance"


A. Pengertian Menerima Diri Sendiri

Suatu sikap memandang, melihat sebagaimana adanya dan menerima secara baik disertai rasa percaya diri dan bangga, sambil terus berusaha demi kemajuan dirinya, dapat dikatakan adalah pengertian menerima diri sendiri.

Mencintai diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan atribut dalam hidup ini memang susah-susah, gampang. Coba perhatikan, berapa banyakkah orang memutuskan untuk menjadi trendsetter atau follower. Sebenarnya nggak ada masalah, mau menjadi trendsetter atau follower, karena ternyata ada sebagian orang yang memandang bahwa hidup ini adalah proses, ada juga yang memandang bahwa hidup haruslah “result oriented”, hasil harus real, nyata dan ada juga yang menggabungkan keduanya. Sepertinya tidak ada yang salah dengan pilihan-pilihan itu, bukankah inilah yang membuat cerita hidup jadi makin seru. Apapun pilihannya, semoga pilihan itu selalu mendekatkan kita pada sang pencipta.

Lalu apa hubungannya dengan mencintai diri sendiri? Mencintai diri sendiri di sini sebenarnya lebih dimaksudkan kepada penerimaan atas diri sendiri, atas keadaan/kondisi, strenght and weakness, begitupun juga kejadian dan sejarah dalam hidup. Kita sebut saja self acceptance ya. Harapannya, dengan menerima diri kita sendiri sepenuhnya kita bisa selalu bersyukur Sang Pencipta. Begitu luar biasanya perjalan hidup kita, sejak dari kandungan bunda hingga saat ini. Begitu Maha Pemurahnya Tuhan, kita tidak dikasih PR, besok bangun pagi kalau mau nafas, harus beli oksigen di mana, juga sewaktu kita masih dikandungan, food supply selalu siap, 1 X 24 jam nonstop. Cerita hidup yang jatuh bangun seharusnyalah menjadi penyemangat pagi untuk lebih baik setiap harinya.
Self Acceptance akan menjadi obat buat yang kurang percaya diri, karena tahu bahwa setiap manusia punya strenght and weakness, itu juga berlaku buat dirinya sendiri. Self acceptance juga akan membuatnya bersahabat baik dengan dirinya sendiri, sehingga tidak perlu extra tenaga untuk “berperang” dengan diri sendiri karena merasa tidak pernah puas atas dirinya, atas hidupnya. Padahal masa lalu adalah sejarah. Berapa banyak diantara kita yang tiba-tiba jadi ahli sejarah? Kita muter-muter aja dengan sejarah masa lalu kita, seperti gasing yang diputer. Habis energi terkuras mikir yang mubazir. Padahal sejarah itu hari kemarin. Ada hari ini agar bisa lebih baik dari kemarin. Bukankah hidup bahagia sangat tergantung dari sudut mana kita memandang hidup itu sendiri? Seberapa besar usaha kita untuk mensyukurinya.

Ingatkah Anda ketika remaja, berkaca di depan cermin, mengomentari diri sendiri dengan nada tidak puas. Setiap lekuk wajah, bentuk mata, ukuran hidung, bibir, jerawat di pipi, rasanya semua mengecewakan. Dan hari itu setelah selesai berkaca, rasanya kaki terasa berat untuk melangkah karena merasa tidak percaya diri, tidak PD dengan kondisi fisik yang dimiliki. Tidak bisa menerima kondisi diri seperti itu.
Mungkin saat ini pun Anda masih sering mencela atau mengkritik diri sendiri dengan nada tidak puas. Setiap pekerjaan rasanya tidak ada yang bagus, tidak ada yang baik, akhirnya penilaian terhadap diri sendiri menjadi buruk, penerimaan diri sendiri pun menjadi negatif. Akhirnya anda juga sering mencela atau mengkritik orang lain. Pujian menjadi hal yang ‘mahal’ untuk diucapkan kepada orang lain.

Mengapa seseorang sulit menerima dirinya sendiri ? Tidak pernah puas dengan apa yang diperoleh dan dimilikinya ? Tidak pernah menghargai usahanya sendiri bahkan usaha orang lain ? Banyak kemungkinan yang menyebabkan seseorang sulit untuk menerima diri sendiri. Barangkali anda berasal dari keluarga dimana orang tua lebih sering mengkritik anak-anaknya ketimbang memuji. Anda tumbuh menjadi orang yang tidak terbiasa untuk cepat puas, selalu merasa kurang, dan akhirnya sulit untuk menerima diri sendiri bila ada kekurangan di dalamnya. Apa pun kondisi anda di masa lalu, saat ini sebagai seseorang yang ingin maju dan berkembang, anda dituntut untuk dapat menerima diri sendiri.
Orang yang sehat mental adalah orang yang mau menerima kondisi dirinya sendiri dengan bahagia. Orang yang mampu untuk menerima diri sendiri, biasanya adalah orang yang juga mampu untuk menerima orang lain apa adanya. Tidak memaksakan orang lain untuk melakukan yang diminta, menghargai usaha orang lain, bersikap hormat, tidak dikendalikan oleh ambisi yang tidak realistis, tidak terlalu banyak mengeluh, tidak mudah tersinggung, belajar mengendalikan kemarahan dengan benar, tidak terobsesi oleh masa lampau, serta tidak menuntut orang lain untuk memenuhi semua kebutuhannya.
Coba periksa diri anda sendiri. Apakah anda menjawab “YA” untuk setiap kondisi berikut di bawah ini (“Seni Mengasihi Diri Sendiri”, Cecil G. Osborne, 2001) Semakin banyak anda menjawab “YA” untuk kondisi berikut ini, berarti anda belum memiliki penerimaan diri sendiri yang baik.
1. Apakah Anda dinilai terlalu sensitif oleh teman-teman atau keluarga ?
2. Apakah Anda suka berbantah ?
3. Apakah Anda suka mengecam ?
4. Apakah Anda tidak toleran terhadap orang lain ? Terhadap ide-ide mereka ?
5. Apakah Anda termasuk orang yang sangat mudah marah ?
6. Apakah Anda sulit memberi maaf ?
7. Apakah Anda cemburu buta ?
8. Apakah Anda pendengar yang tidak baik ?
9. Apakah Anda materialistis secara berlebihan ? Takut miskin ?
10. Apakah Anda sangat terpukau pada titel, gelar, kehormatan, dan pangkat ?
11. Apakah Anda orang yang tidak mau kalah ?
12. Apakah Anda sulit menerima pujian ?
Ada sebuah illustrasi. Seorang turis Amerika sedang mengunjungi sebuah puri kuno di Inggris bersama rombongan tur. Puri kuno tersebut memiliki hamparan rumput yang sangat luas dan sangat indah. Turis Amerika ini sedang mengagumi hamparan rumput tersebut. Kemudian ia menghampiri kepala kebun puri yang sedang bekerja di dekat situ. Ia bertanya kepada kepala kebun tersebut, “Bagaimana caranya kalian membuat hamparan rumput sebagus dan seindah ini ? Saya sangat mengagumi hamparan rumput yang hijau dan elok ini.” Jawab si kepala kebun, “ Ah Pak, biasa saja. Kami hanya menanam bibit rumput yang terbaik, memberi pupuk, menyiramnya, serta merawatnya selama 500 tahun...”
Menerima diri sendiri merupakan suatu proses yang harus diusahakan atau diperjuangkan. Butuh kerja keras untuk menerima diri apa adanya. Tujuannya adalah supaya memiliki pertumbuhan mental yang baik, mampu menerima orang lain apa adanya, menjalin relasi interpersonal yang lebih baik, serta dapat menikmati hidup.
Bagaimana untuk bisa menerima diri sendiri.


B. Cara Menerima Diri Sendiri

Ada beberapa saran yang bisa Anda terapkan. Diharapkan Anda juga berusaha untuk mengembangkan cara-cara untuk menerima diri sendiri.

1. Gunakan kacamata paradigma baru
Mulailah untuk memandang diri sendiri secara berbeda. Tidak lagi cepat menilai negatif pada diri sendiri. Beri kesempatan pada diri sendiri bahwa Anda layak untuk dihargai. Fokuskan diri pada sisi positif dan negatif secara berimbang.
2. Tetapkan standar atau target yang realistis
Ada kalanya seseorang sulit untuk menerima diri sendiri karena kegagalan untuk meraih target atau standar yang ditetapkannya sendiri. Perlu dicermati, target atau standar yang ditetapkan itu terkadang tidak realistis, terlalu muluk-muluk sehingga sangat sulit untuk dicapai. Untuk orang-orang yang menaruh penghargaan diri sendiri berdasarkan prestasi semata, hal ini bisa sangat meruntuhkan rasa percaya diri. Tetapkanlah standar atau target yang realistis. Bila tidak tercapai, janganlah terlalu “down” atau merasa sangat kecewa hingga tidak memberi kesempatan pada diri sendiri untuk mencoba lagi.
3. Lakukan sesuatu yang membuat Anda lebih menyukai diri Anda
Berikanlah kasih, pertolongan, dukungan, perhatian, maaf, pengertian, uang, sehelai surat sederhana, atau apa pun kepada teman atau orang lain yang anda rasa perlu.
4. Beri pujian pada orang lain dan diri sendiri
Dengan melakukan hal ini anda akan menghargai diri anda sendiri dan juga orang lain.
5. Gunakan kata-kata yang positif pada diri sendiri
Misalnya ketika anda diserahkan tanggung jawab untuk mengerjakan proyek tertentu, katakan pada diri sendiri bahwa, ”Saya mampu dan bisa mengerjakan tugas ini dengan baik.”
6. Bersyukurlah dengan apa yang Anda miliki
Orang yang bersyukur dengan keberadaan dirinya biasanya lebih mudah untuk menerima dirinya sendiri. Ia juga tidak mudah untuk marah, tidak mudah tersinggung, dan mampu memberi bagi orang lain.
7. Galilah Potensi Diri
Menggali potensi diri, dengan cara selalu belajar, meningkatkan kemampuan diri dan memanfaatkan kesempatam-kesempatan serta peluang-peluang yang ada.
8. Luangkanlah waktu bersama dengan orang lain
Dalam hal ini dalam melakukan kegiatan-kegiatan dalam hal-hal yang positif.

9. Membaca
Membaca buku-buku pengembangan diri, karena pengembangan diri adalah proses seumur hidup.

”Selalu ada kesempatan untuk orang yang mau merubah dirinya”

C. Tanda-tanda Menerima Diri Sendiri

Dalam hidup sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan atau anjuran untuk menerima diri sendiri apa adanya, siapapun kita, anjuran ini terdengar indah, namun kadang sukar untuk dilakukan.

Menurut John Powell dalam bukunya “Happiness Is an Inside Job” menerima diri sendiri mengandung arti kepuasan yang penuh suka cita menjadi saya.

Tanda-tanda menerima diri sendiri itu bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Ada 10 tanda yang menurut John Powell tampak dalam diri orang-orang yang menerima diri mereka seperti apa adanya.
Dengan mengetahui tanda-tanda ini, kita bisa belajar untuk menerima diri sendiri apa adanya, siapa pun kita, cantik atau jelek, pintar atau bodoh, atau biasa-biasa saja.


1. Selalu bahagia
Bahagia disini dalam pengertian tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Para ahli mengatakan, dengan membandingkan diri berarti matinya rasa kepuasan diri yang sejati.
Pada orang yang menerima diri apa adanya, tidak banyak hal yang membuatnya tidak bahagia. Jika ada orang yang mengkritik, orang yang menerima diri akan menganggap, bahwa itu adalah masukan yang berguna bagi pertumbuhan pribadinya. Dia akan berpandangan bahwa kritik yang sehat adalah sarana untuk memajukan diri sendiri menjadi pribadi yang lebih bijak dan berwawasan

2. Mudah bergaul dengan orang lain
Semakin besar rasa menerima diri sendiri, semakin senang kita berada di tengah orang lain karena kita merasa orang-orang itu juga menerima kita, dan senang bersama kita. Perasaan ini mambuat kita masuk ke ruang yang penuh orang dengan rasa percaya diri. Kita menganggap diri kita sebagai pemberian untuk diterima orang lain dan orang lain sebagai pemberian untuk kita terima dengan lemah lembut.
Tapi, disaat sendiri, orang yang menerima diri apa adanya juga tetap gembira. Keadaan yang tidak ada orang lain itu terasa damai dan tenteram baginya. Sebaliknya, bagi yang tidak menerima diri sendiri, keadaan sendiri itu berarti sepi dan menyedihkan. Orang yang sendiri, kesepian, kosong, akan mencari penangkal-penangkal kesepian.

3. Terbuka untuk dicintai dan dipuji
Kalau kita menerima eksistensi kita sendiri sebagai pribadi, maka kita seyogyanya juga berpikiran terbuka, tidak merasa curiga kalau seseorang dengan tulus memuji kita. Karena dalam hidup ini, kita semua belajar untuk mengatasi kelemahan2 diri sendiri, tapi sebaliknya juga terbuka untuk pujian atas kelebihan2 kita.

4. Mampu menjadi diri sendiri yang sejati
Jika kita benar-benar menerima diri sendiri apa adanya, kita akan memancarkan keunikan yang hanya dapat memancar dari penerimaan diri sejati. Dengan kata lain, sebelum mampu menjadi diri sendiri, kita harus bisa menerima diri sendiri dulu. Contohnya, jika kita mencintai atau mengagumi orang lain, maka kita akan bersikap tulus, menyampaikan kesukaan dan kekaguman secara wajar padanya. Kita tidak usah takut salah paham atau salah tafsir dengan ke-terus terangan kita

5. Mampu menerima saya yang saat ini, hari ini
Saya yang kemarin adalah sejarah. Saya yang hari esok belum diketahui. Saya terlepas dari masa lalu. Saya adalah siapa saya hari ini. Sekarang ini. Siapa saya dimasa lalu, termasuk semua kesalahan saya, sudah tidak penting.
Mengingat secara terus menerus kesalahan yang kita buat dimasa lampau hanya akan membuat kita menghakimi diri sendiri dengan keras.

6. Dapat menertawai diri sendiri dengan mudah
Terlalu serius dengan diri sendiri merupakan pertanda kita merasa tidak aman. Ada pepatah Cina kuno yang mengatakan, "Berbahagialah mereka yang dapat tertawa kepada diri mereka sendiri. Mereka tidak akan pernah berhenti dihibur." Orang yang mampu menertawai diri sendiri akan bisa menerima dan mengakui kelemahan dan kebodohanya.

7. Mampu mengenali dan mengurusi kebutuhan-kebutuhannya sendiri
Orang yang menerima dirinya sendiri mengenal kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Mengabaikan kebutuhan diri sendiri adalah langkah bunuh diri. Kita bisa mengenali kebutuhan diri sendiri kalau kita mencintai dan sayang pada diri sendiri. Rasa sayang ini akan membuat kita juga mampu menyayangi dan menghormati orang lain secara wajar.

8. Mampu menentukan nasib sendiri
Orang yang menerima diri sendiri mengambil petunjuk dari dalam dirinya sendiri. Bukan dari orang lain. Jika kita benar-benar bergembira dengan diri sendiri, kita akan melakukan apa saja yang kita pikir baik dan selaras. Bukan menurut apa yang dikatakan atau dipikirkan orang lain.

9. Bisa berhubungan dengan kenyataan
Sikap menerima diri sendiri membuat kita tidak suka melamun atau mengkhayalkan seandainya hidup kita seperti orang lain. Kita menerima dengan tabah kenyataan-kenyataan dalam hidup ini dengan tetap berpegang pada logika kita

10. Bersikap tegas
Orang yang menerima dirinya sendiri tegas dalam menyatakan sesuatu. Kita dengan tegas menyatakan hak2 kita untuk dipandang secara serius. Hak untuk berpikir dan memilih. Kita juga tidak merasa terpaksa mengalah atau terpaksa menjadi penolong orang yang tidak berdaya. Banyak orang enggan bersikap tegas karena takut keliru. Kita pendam semua pendapat dan keinginan kita. Menerima diri dengan gembira menantang kita bersikap tegas dalam menyatakan sesuatu. Menghormati diri sendiri. Menyatakan diri secara tulus dan berani bersikap terbuka.

Menerima diri sendiri adalah ketika kita bisa menyadari bahwa setiap mahluk memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan diri kita. Selama kita hanya melihat diri kita ada kelebihan dan tidak memiliki kekurangan, maka kita akan menjadi sombong, dan ini hasil dari ketidakjujuran. Sebaliknya, kalau kita menjadi minder, karena merasa bahwa diri kita ini hanya ada kekurangan, dan sedikit mempunyai kelebihan, maka itu juga bagian dari ketidakjujuran. Orang yang menyadari keseimbangan kelebihan dan kekurangannya sendiri, maka dia akan memiliki batin yang seimbang pula, dan akan lebih percaya diri, dan inilah hasil kejujuran pada diri sendiri.
Kalau kita sudah bisa melihat kelebihan dalam diri kita, maka kondisikanlah selalu kelebihan kita itu bisa terus muncul dan bahkan ditingkatkan, sehingga dengan bertambahnya waktu, kita pun akan semakin baik kualitas hidup maupun kualitas batinnya.
Sebaliknya, kalau kita telah melihat kekurangan diri kita sendiri, maka kita pun hendaknya terus berusaha mengendalikan diri agar tidak mengkondisikan keburukan kita muncul dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kelebihan yang kita miliki hendaknya terus ditingkatkan, sedangkan kekurangan yang dimiliki hendaknya terus diperbaiki. Maka dengan demikian, kita bukan hanya bisa menerima kekurangan dan kelebihan kita sendiri, namun, kita juga bisa memperbaiki kualitas diri kita sehingga semakin bertambah usia, semakin baik kualitas diri kita.
Dalam kehidupan sosial di masyarakat, individu seringkali dirundung rasa curiga dan tidak percaya diri yang kuat sehingga tidak berani menyampaikan berbagai gejolak atau pun emosi yang ada di dalam dirinya kepada orang lain, apalagi jika menyangkut hal-hal yang dianggapnya tidak baik untuk diketahui orang lain. Akibatnya individu tersebut lebih banyak memendam berbagai persoalan hidup yang akhirnya seringkali terlalu berat untuk ditanggung sendiri sehingga menimbulkan berbagai masalah psikologis maupun fisiologis. Banyak orang yang mengatakan bahwa mereka sulit sekali mengungkapkan diri (mengatakan pendapat, perasaan, cita-cita, rasa marah, jengkel, dsb) kepada orang lain, bahkan tidak pernah berbagi informasi, jika tidak diminta / ditanya. Hal yang menarik adalah mereka mengakui bahwa kondisi tersebut sangat tidak nyaman dan cenderung membuat mereka dijauhi oleh rekan atau pun anggota keluarganya sendiri. Meskipun di satu sisi mereka merasa ragu dan takut untuk mengungkapkan diri, namun di sisi lain mereka merasa bahwa hal tersebut sangat diperlukan untuk meringankan beban diri sendiri.

Menyikapi permasalahan diatas, maka kita perlu mengetahui mengapa pengungkapan diri perlu dilakukan untuk mengetahui betapa pentingnya menerima diri sendiri.
Mengapa bagi sebagian individu, hal ini amat sulit untuk dilaksanakan. Pertanyaan mendasar adalah mengapa kita harus memberitahu orang lain tentang diri kita sendiri. Lalu bagaimana cara mengungkapkan diri secara tepat sehingga tidak menimbulkan penyesalan bagi diri sendiri dan menambah beban bagi orang lain.
Pengungkapan diri atau “self disclosure” dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri haruslah dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan kepada orang lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau kebohongan belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja.

Untuk menjawab pertanyaan mengapa seseorang perlu memberitahu orang lain tentang dirinya sendiri, maka hal tersebut harus dilihat sebagai suatu siklus yang melibatkan 3 (tiga) hal yaitu pengungkapan diri, hubungan persahabatan dan penerimaan terhadap diri sendiri

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
  1. Merupakan suatu hal yang sangat baik jika anda mengatakan kepada teman atau orang lain yang berinteraksi dengan anda bagaimana mereka dapat mempengaruhi anda. Dengan mengungkapkan perasaan dan berbagi pengalaman maka akan dapat semakin mempererat hubungan persahabatan.
  2. Penerimaan teman atau orang lain akan memudahkan anda untuk dapat menerima kondisi diri anda sendiri.
  3. Karena anda sudah dapat menerima diri sendiri dan merasa nyaman dengan kondisi tersebut, maka anda lebih mudah untuk mengungkapkan diri sehingga hubungan dengan teman anda terasa lebih menyenangkan.
  4. Dengan adanya berbagai masukan dari orang lain, rasa aman yang tinggi, dan penerimaan terhadap diri, maka anda akan dapat melihat diri sendiri secara lebih mendalam dan mampu menyelesaikan berbagai masalah hidup.


Meski diakui bahwa pengungkapan diri sangat penting bagi perkembangan individu dan penerimaan diri sendiri, namun sebagian orang masih enggan untuk melakukannya. Pada dasarnya keengganan atau kesulitan individu dalam mengungkapkan diri banyak dilandasi oleh faktor risiko yang akan diterimanya di kemudian hari, di samping karena belum adanya rasa aman dan kepercayaan pada diri sendiri. Risiko yang dimaksud dapat berupa bocornya informasi yang telah diberikan pada seseorang kepada pihak ketiga padahal informasi tersebut dianggap sangat pribadi oleh si pemberi informasi, atau bisa juga informasi yang disampaikan justru menyinggung perasaan orang lain sehingga dapat mengganggu hubungan interpersonal yang sebelumnya sudah terjalin dengan baik. Selain itu pengungkapan diri pada orang atau kondisi yang tidak tepat justru akan menjadi bumerang bagi si pemberi informasi. Selain faktor risiko, faktor pola asuh juga berperan penting. Dalam keluarga atau lingkungan yang tidak mendukung semangat keterbukaan dan kebiasaan berbagi informasi maka individu akan sulit untuk bisa mengungkapkan diri secara tepat. Itulah sebabnya mengapa sebagian orang amat sulit berbagi informasi dengan orang lain, sekali pun informasi tersebut sangat positif bagi dirinya dan orang lain.
Meskipun pengungkapan diri mengandung risiko bagi si pelaku (pemberi informasi) namun para ahli psikologi menganggap bahwa pengungkapan diri sangatlah penting. Hal ini dasarkan pada pendapat yang mengatakan bahwa pengungkapan diri (yang dilakukan secara tepat) merupakan indikasi dari kesehatan mental seseorang.
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mampu mengungkapkan diri secara tepat terbukti lebih mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya pada diri sendiri, lebih kompeten, extrovert, dapat diandalkan, lebih mampu bersikap positif dan percaya terhadap orang lain, lebih obyektif dan terbuka (David Johnson, 1981 dalam mentalhelp.net). Selain itu para ahli psikologi juga meyakini bahwa berbagi informasi dengan orang lain dapat meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah penyakit dan mengurangi masalah-masalah psikologis yang menyangkut hubungan interpersonal. Dari segi komunikasi dan pemberian bantuan kepada orang lain, salah satu cara yang dianggap paling tepat dalam membantu orang lain untuk mengungkapkan diri adalah dengan mengungkapkan diri kita kepada orang tersebut terlebih dahulu. Tanpa keberanian untuk mengungkapan diri maka orang lain akan bertindak yang sama, sehingga tidak tercapai komunikasi yang efektif.

Secara lebih lengkap manfaat-manfaat dari pengungkapan diri dapat disebutkan sebagai berikut:

Ø Menerima Diri Sendiri (self-acceptance). Dalam proses pemberian informasi kepada orang lain, anda akan lebih jelas dalam menilai kebutuhan, perasaan, dan hal psikologis dalam diri anda. Selain itu, orang lain akan membantu anda dalam memahami diri anda sendiri, melalui berbagai masukan yang diberikan, terutama jika hal itu dilakukan dengan penuh empati dan jujur. Jika orang lain dapat menerima anda maka kemungkinan besar anda pun dapat menerima diri anda.

Ø Membangun hubungan yang lebih dekat dan mendalam, saling membantu dan lebih berarti bagi kedua belah pihak. Keterbukaan merupakan suatu hubungan timbal balik, semakin anda terbuka pada orang lain maka orang lain akan berbuat hal yang sama. Dari keterbukaan tersebut maka akan timbul kepercayaan dari kedua pihak sehingga akhirnya akan terjalin hubungan persahabatan yang sejati.

Ø Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi yang memungkinkan seseorang untuk menginformasikan suatu hal kepada orang lain secara jelas dan lengkap tentang bagaimana ia memandang suatu situasi, bagaimana perasaannya tentang hal tersebut, apa yang terjadi, dan apa yang diharapkan.

Ø Memecahkan berbagai konflik dan masalah interpersonal. Jika orang lain mengetahui kebutuhan anda, ketakutan, rasa frustrasi anda, dsb, maka akan lebih mudah bagi mereka untuk bersimpati atau memberikan bantuan sehingga sesuai dengan apa yang anda harapkan.

Ø Memperoleh energi tambahan dan menjadi lebih spontan. Harap diingat bahwa untuk menyimpan suatu rahasia dibutuhkan energi yang besar dan dalam kondisi demikian seseorang akan lebih cepat marah, tegang, pendiam dan tidak riang. Dengan berbagi informasi hal-hal tersebut akan hilang atau berkurang dengan sendirinya.


Bagi anda yang mengalami masalah dalam mengungkapkan diri kepada orang lain, demi terwujudnya keinginan untuk dapat menerima diri sendiri, ada 4 (empat) langkah yang dapat anda lakukan agar pengungkapan diri dapat berjalan efektif. Keempat langkah tersebut adalah:

Langkah 1: 
Tanyakan pada diri sendiri, sejauhmana saya akan membuka diri? Hal-hal apa yang bisa saya bagi dengan orang lain dan kepada siapa?
Setiap orang memiliki rahasia pribadi. Hal tersebut sangatlah normal karena setiap orang tentu ingin menjaga agar hal-hal khusus tidak perlu diketahui oleh orang lain. Sayangnya banyak rahasia yang sebenarnya justru tidak perlu dirahasiakan karena tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain, tetapi karena takut orang lain tidak memahami rahasia tersebut maka rahasia ini disimpan terus-menerus . Hal inilah yang harus diperhatikan oleh anda jika ingin mengungkapkan diri.

Langkah 2: 
Lakukan persiapan sebelum membuka diri. Atasi terlebih dahulu kekhawatiran dan ketakutan anda.
Untuk mengatasi kekuatiran, ketakutan atau ketidakpercayaan diri, anda dapat memulai pengungkapan diri dengan memilih topik pembicaraan pada hal-hal yang ringan dan santai. Contohnya: berbagi cerita tentang acara televisi atau film yang disukai, perawatan mobil/motor, kegiatan di sekolah atau kantor, dll. Pada awalnya usahakan untuk tidak mengutarakan berbagai perasaan atau opini pribadi. Jika tahapan ini sudah anda lalui dan berhasil dengan baik, barulah anda memilih orang yang dapat anda percayai untuk mengemukakan pendapat pribadi maupun perasaan anda tentang suatu hal, misalnya utarakan apa yang anda rasakan dan apa yang anda harapkan dari teman anda. Secara berangsur-angsur lakukan hal tersebut dengan beberapa yang berbeda. Dengan cara ini anda akan menjadi mudah untuk memulai komunikasi dan selanjutnya menjadi terbiasa dalam berbagi informasi

Langkah 3: 
Tingkatkan terus ketrampilan anda dalam mengungkapkan diri. Pelajari cara-cara mengungkapkan diri dan bagaimana memberikan masukan yang bermanfaat.

Pengungkapan diri melibatkan cara-cara penyampaian informasi yang baik dan jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi orang yang menerima informasi tersebut. Jika anda ingin berbagi informasi maka kemukakan hal itu sejelas-jelasnya, hindari ketidakjujuran, kemukakan dengan bahasa sederhana dan jangan berbelit-belit. Jangan berasumsi bahwa orang lain akan memahami anda, mengetahui perasaan dan kebutuhan anda tanpa harus anda katakan. Ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membaca pikiran anda. Jadi andalah yang harus mengatakan dan menjelaskan apa perasaan anda, apa kebutuhan anda saat ini dan apa yang anda harapkan dari orang lain. Jika ada hal-hal yang anda rasakan kurang jelas, bertanyalah pada saat ini dan jangan berasumsi.

Dalam mengungkapkan diri, secara tidak langsung sebenarnya anda juga memberikan masukan kepada orang lain dan sebaliknya. Oleh karena itu dalam memberikan berbagai masukan kepada teman (orang yang diberi informasi) anda perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  • Masukan yang diberikan tidak boleh bernada ancaman. Fokuskan pada permasalahan dan bukan pada kepribadian si lawan bicara
  • Fokus pada masalah yang sedang dibahas, jangan terlalu jauh lari ke masalah-masalah lain atau ke masa lalu
  • Jangan memberi masukan jika tidak diperlukan, tidak mungkin dilaksanakan atau diterima, atau jika usulan tersebut sudah tidak berguna. Berikan hanya masukan yang benar-benar masuk akal, bersifat membangun dan tidak rumit

 Langkah 4:
Ungkapkan diri anda secara tepat dengan pemilihan waktu dan situasi yang tepat pula.
Agar dapat mengungkapkan diri secara tepat pada waktu atau situasi yang tepat, perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:Pertama-tama anda harus memiliki suatu alasan mengapa anda perlu membuka diri.
Dengan siapa anda akan berbicara..teman dekat? orangtua? atasan? kenalan baru? atau siapa?
Sejauhmana pengungkapan diri anda akan membahayakan diri anda sendiri?
Dengan mempertimbangkan ketiga hal tersebut maka anda akan dapat mengungkapkan diri secara tepat dan proporsional sehingga akan bermanfaat bagi diri anda dan orang lain. Bagi anda yang sangat sulit membuka diri kepada orang lain, maka akan sangat baik jika anda membuat semacam catatan kecil tentang hal-hal yang telah anda ungkapkan pada orang lain dan pengaruhnya terhadap perkembangan diri anda.

Mengingat kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan dengan melihat berbagai manfaat yang akan diperoleh jika seseorang dapat mengungkapkan diri secara tepat, maka tidak ada pilihan lain bagi setiap individu selain belajar untuk dapat mengungkapkan diri. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan diri akan sangat merugikan perkembangan jiwa individu yang bersangkutan. 

Meskipun demikian, keputusan untuk membuka diri dan berbagi informasi dengan orang lain haruslah dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Dengan melihat beberapa kiat diatas, individu diharapkan dapat memiliki kepercayaan diri dalam membuka diri bagi orang lain sehingga dapat tercipta hubungan interpersonal yang sehat. Bahwa dalam kenyataan pasti ada risiko yang harus ditanggung jika seseorang berani mengungkapkan diri kepada orang lain, misalnya informasi yang diberikan dimanipulasi oleh si penerima informasi, atau pun dikhianati oleh orang yang sangat dipercayai, tentu tidak dapat dipungkiri. 

Namun demikian dengan cara-cara yang bijak dan perencanaan yang baik maka hal itu pasti akan dapat dikurangi. Jika diambil persamaan maka pengungkapan diri sama saja dengan jatuh cinta: ada risiko yang harus ditanggung tetapi amat sulit untuk ditolak.

D. Manfaat Menerima Diri Sendiri

  • Kita merasa senang terhadap diri sendiri, kita merasa lebih sehat, lebih semangat dan sepertinya tidak banyak masalah dan beben hidup yang harus kita tanggung.
  • Kita merasa sangat berharga, atau sekurang-kurangnya kita sama dan sejajar dengan orang lain, disamping dari segala aspek kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang kita miliki.
  • Menerima diri berarti menerima kelebihan dan kekurangan serta kekuatan yang kita miliki, namun bukan berarti dengan kekurangan yang kita miliki menjadi penghalang untuk maju, justru kekurangan tersebut dapat kita jadikan sebagai penyemangat agar kekurangan tersebut dapt kita tutupi atau kita kurangi seminimal mungkin.
  • Orang yang berhasil menerima dirinya, akan mempu melaksanakan pekerjaan sebaik orang lain, atau bahkan lebih. Karena ada keyakinan dalam dirinya.
  • Dengan berhasil menerima diri sendiri, berarti kita telah berdamai dengan diri sendiri.
  •  Jika saya mampu menerima diri sendiri, maka saya akan mampu menerima orang lain.


Kamis, 25 Oktober 2012

Pentingnya Pendidikan Karakter


Oleh: DJOHAN YOGA

Tulisan ini merupakan posting tamu dari sahabat saya bapak Djohan Yoga. Beliau aktif di bidang pendidikan dan merupakan Instruktur Internasional untuk wilayah Asia dalam bidang Pendidikan Karakter dari Thomas Lickona dan metode Mind Map dari Tony Buzan.

  
Puas, begitulah jawaban spontan dari salah satu pembunuh Deni Januar pada saat ditanya oleh Mendikbud M. Nuh.

Bukan hanya sekali tapi dua kali kata puas diucapkannya meskipun yang kedua dilengkapi dengan kata-kata “agak menyesal”.

Kita semua dapat membayangkan betapa hancur leburnya hati Pak Nuh saat mendengar jawaban itu karena secara logika pasti Pak Nuh mengharapkan jawaban “sangat menyesal atau khilaf” yang kemudian disertai pula dengan tangisan atau sikap lainnya untuk mengungkapkan rasa penyesalan yang mendalam.

Hal yang relatif sama juga terjadi  beberapa waktu yang lalu, saat para siswa yang melakukan perundungan (bullying) terhadap yuniornya juga tidak menunjukkan rasa penyesalan sedikitpun sehingga membuat polisi yang memeriksa mereka marah dan terpaksa melakukan penahanan.


Akademis vs Karakter

Inilah produk dari pendidikan yang selama ini hanya dipusatkan pada sisi akademis dan kurang memperhatikan sisi karakter. Semua pihak seolah hanya ingin mengejar nilai, rangking atau medali Olimpiade sementara proses pembentukan karakter yang sesungguhnya jauh lebih penting dari prestasi akademis terabaikan.

Akibatnya siswa hanya tumbuh menjadi orang yang pintar tapi tidak berkarakter dan ini sangat berbahaya ketika mereka berada di masyarakat. Dengan hanya berbekal kepintaran tanpa ada karakter yang mengendalikannya, tidaklah mengherankan semakin banyaknya terjadi tawuran dan perundungan di sekolah serta semakin masif dan sistematiknya korupsi dan manipulasi diberbagai bidang kehidupan.

  

Dua Tujuan Pendidikan

Seperti yang diucapkan oleh Bapak Pendidikan Karakter Dunia, Prof. Thomas Lickona bahwa pendidikan selalu mempunyai 2 tujuan yaitu membantu orang untuk menjadi pintar (smart) sekaligus juga untuk menjadi baik (good).

Oleh karena itulah Prof. Lickona menambahkan Respect (hormat) sebagai R yang ke-4 dan Responsibility (tanggung jawab) sebagai R yang ke-5 ke dalam 3R yang selama ini kita kenal yaitu : Reading (membaca), wRiting (menulis) dan aRithmatic (menghitung).

3R yang pertama adalah untuk membuat siswa menjadi pintar sedangkan 2R yang terakhir adalah untuk membuat siswa menjadi baik.

Ketimpangan antara materi akademis dengan karakter sudah disadari oleh banyak pihak. Namun sejak Pak Nuh menjadi Mendikbud perhatian terhadap karakter ini menjadi prioritas utama.

Terhitung tahun 2010 yang lalu, pendidikan karakter telah dicanangkan untuk dijadikan gerakan nasional di seluruh tingkat pendidikan yaitu PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi. Pendidikan Karakter akan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, manajemen sekolah dan kegiatan ekstra kurikuler.

Program dari Kemdikbud ini memperoleh dukungan dari semua pihak mulai dari Presiden, Wakil Presiden serta seluruh lapisan masyarakat.


Beberapa Kekeliruan Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Namun sangat disayangkan setelah lebih dari 2 tahun ternyata pelaksanaan pendidikan karakter disekolah tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Hal ini disebabkan oleh beberapa kekeliruan seperti:

Pertama, banyak guru yang beranggapan bahwa pendidikan karakter merupakan mapel baru dan berdiri sendiri sehingga banyak menanyakan kurikulum, silabus dan bukunya. Padahal pendidikan karakter bukanlah mapel karena sesungguhnya sudah ada di dalam setiap mapel yang diajarkan saat ini. Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak membutuhkan kurikulum, silabus atau buku yang khusus.

Kedua, banyak guru yang beranggapan bahwa pendidikan karakter merupakan pengganti mapel PMP atau Budi Pekerti yang ada dulu. Akibatnya banyak yang mencoba menyamakan metode pembelajaran seperti yang banyak dipakai yaitu metode ceramah dan catat. Padahal pendidikan karakter bukanlah mapel pengganti dan proses pembelajarannya bukan lebih ceramah tapi harus digali secara bersama sama oleh guru dan siswa.

Ketiga, banyak guru yang beranggapan bahwa pendidikan karakter adalah tugas dari guru mapel Agama dan PKn saja serta kalau perlu melibatkan guru BK sekiranya terjadi masalah yang terkait dengan karakter siswa. Padahal pendidikan karakter adalah tugas semua guru dari seluruh mapel, karena setiap mapel yang diajarkan pasti memiliki nilai nilai moral yang akan memberi dampak pada kehidupan orang banyak.

Keempat, banyak guru yang beranggapan bahwa pendidikan karakter hanyalah pelengkap atau tambahan saja sehingga tidak perlu diprioritaskan seperti halnya dengan materi akademis. Padahal  pendidikan karakter adalah inti dari suatu kegiatan pendidikan karena alangkah berbahayanya seorang siswa yang hanya berkembang dalam hal akademis tapi tidak dalam hal karakter.

Kelima, banyak yang beranggapan bahwa pendidikan karakter hanyalah sebuah pengetahuan semata (kognitif) sehingga tidak perlu usaha yang khusus dan terencana. Padahal pendidikan karakter adalah sebuah usaha yang holistik sehingga tidak hanya melibatkan sisi kognitif tapi juga sisi afektif dan psikomotor. Dengan demikian, seorang siswa dapat memahami lalu bisa merasakan dan pada akhirnya mau melakukan nilai-nilai yang dianggap baik.

Kekeliruan-kekeliruan seperti inilah yang telah menghambat pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Akibatnya dalam 2 tahun sejak dicanangkan tidak banyak kemajuan yang diperoleh, pendidikan karakter masih tetap berada dalam posisi wacana yang belum dapat dilaksanakan.

Padahal kita semua tahu bahwa pendidikan karakter membutuhkan waktu yang lama dibandingkan materi akademis. Meskipun sudah dilaksanakan dengan sungguh sungguh belum ada yang bisa menjamin tingkat keberhasilannya.


Pendidikan Karakter Memiliki Visi Jangka Panjang

Pendidikan karakter merupakan suatu proyek pendidikan jangka panjang karena sesuai dengan makna dari asal katanya, karakter adalah proses untuk mengukir nilai-nilai yang dianggap baik ke dalam hati sanubari siswa. Oleh karena itu, sekali terukir akan butuh waktu yang lama untuk dapat mengubahnya.

Karakter tidak sama dengan moral, akhlak, norma atau budi pekerti karena karakter langsung digerakkan oleh otak. Karakter seseorang dapat ditunjukkan oleh bagaimana dia bersikap ketika dia tahu tidak ada seorangpun yang melihatnya. Sikap ini akan bersifat otomatis karena langsung digerakkan oleh otak.

Selain itu, faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah adalah beratnya beban kurikulum yang ada saat ini. Dengan banyak jumlah mapel yang ada saat ini dapat dipahami bagaimana sulitnya guru untuk menyediakan waktu untuk pendidikan karakter.

   

Tiga Peran Seorang Guru

Berbeda dengan materi akademis, dalam mengajarkan pendidikan karakter seorang guru harus memainkan 3 peran sekaligus yaitu: sebagai pemberi perhatian (caregiver), sebagai teladan/panutan (model) dan sebagai pembimbing (mentor).

Sangatlah tidak mudah bagi seorang guru untuk dapat memainkan ketiga peran itu dengan baik sehingga dukungan dari semua pihak sangat dibutuhkan. Masalahnya semakin rumit karena sering kali siswa melihat sesuatu yang berlawanan dengan nilai-nilai baik diajarkan di sekolah. Misalnya saat guru Matematika menekankan pentingnya nilai kejujuran tapi yang dijumpai oleh siswa di masyarakat adalah kebalikkanya yaitu makin maraknya para koruptor dan manipulator menguras uang rakyat.

Namun bagaimanapun juga, saat ini pendidikan karakter adalah satu-satunya solusi yang bisa membawa kita keluar dari masalah yang kita alami saat ini meskipun kita juga sadar bahwa semuanya ini butuh waktu dan usaha yang tidak mudah. Keterlibatan semua guru dari semua mapel adalah kunci utama untuk keberhasilan melaksanakan pendidikan karakter di sekolah.

Guru harus mengajak siswa untuk menggali nilai-nilai baik yang terkandung dalam setiap mapel. Penekanan pada makna dari suatu mapel terhadap kehidupan sehari-hari adalah kunci yang utama.

Dengan memahami makna dari setiap mapel yang diajarkan, seorang siswa dapat memperoleh pemahaman yang utuh dan menyeluruh baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor sehingga siswa tahu mana yang baik, bisa merasakannya dan pada akhirnya mau melakukannya.


Petunjuk Praktis Pendidikan Karakter Untuk Berbagai Mata Pelajaran

Bisa kita bayangkan bagaimana efektifnya pelaksanaan pendidikan karakter bila guru-guru dari mapel selain Agama dan PKn ikut berperan aktif. Berikut adalah petunjuk praktis untuk guru-guru dari beberapa mapel:

1. Kesenian

mencari nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah lagu serta mempelajari latar belakang penulisan sebuah lagu termasuk juga karakter dari penciptanya. Mempelajari sejarah dari alat-alat musik tradisional serta pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat.

2. Bahasa

Mendiskusikan karakter positif maupun negatif dari tokoh yang ada dalam suatu artikel serta mencari nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya sastra (puisi, pantun dll). Untuk bahasa asing, mencari arti/makna dari kata-kata baru khususnya yang terkait dengan nilai-nilai yang positif, selanjutnya siswa bisa diminta membuat karangan yang memuat kata-kata baru itu agar bisa menperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

3. Sosial/IPS

Mendiskusikan karakter dari para raja, ratu atau patih serta pengaruhnya terhadap kehidupan rakyatnya. Mempelajari dampak dari suatu kebijakan ekonomi terhadap masyarakat atau pengaruh sosial dari pemberlakuan sebuah aturan atau hukum.

4. Sains/IPA

Dampak positif dan negatif dari perkembangan sains terhadap manusia seperti timbulnya berbagai macaam penyakit dan lingkungan hidup seperti adanya pencemaran atau kepunahan hewan atau tumbuhan.

5. Matematika

Mengkaji aplikasi konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari serta dampak negatif kalau terjadi penyimpangan atau ketidakjujuran dalam penggunaannya. Beri penekanan terhadap kerugian yang harus ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat.

6. Orkespenjas

Pengaruh positif dari kegiatan olahraga bagi kesehatan serta mendiskusikan karakter positif (berlatih teratur dan disiplin) maupun negatif (doping atau pengaturan skor) dari para olahragawan nasional maupun internasional dalam mencapai prestasi.

7. TIK/Teknologi

Mendiskusikan pengaruh positif maupun negatif dari sebuah teknologi. Khusus untuk teknologi informasi, perlunya pengetahuan tentang Media Literacy untuk mencegah efek negatif yang tidak diinginkan. Mempelajari mengenai Cyber-Bullying yang sangat merugikan pihak yang jadi korban.

8. Muatan Lokal

Mendiskusikan perlunya melestarikan bahasa dan budaya daerah serta situs- situs bersejarah yang ada. Mempelajari pengaruh adat istiadat di suatu daerah dalam membentuk karakter orang di sana.


Tak Hanya Pintar, Melainkan Pula Berkarakter

Sebagai penutup perlu ditekankan kembali bahwa tujuan pendidikan bukanlah hanya untuk menjadikan seseorang menjadi pintar tapi juga menjadi baik dan berkarakter.

Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dalam pendidilan harus mau mengubah tujuan yang semula hanya mengejar nilai akademis sekarang harus memprioritaskan pendidikan karakter.

Percayalah untuk membuat seseorang jadi pintar jauh lebih mudah dan cepat dari pada untuk membuat seseorang jadi baik dan berkarakter. Pintar tidaklah cukup tapi harus dilengkapi juga dengan karakter yang baik.

DJOHAN YOGA
Instruktur Internasional untuk wilayah Asia dalam bidang Pendidikan Karakter dari Thomas Lickona dan metode Mind Map dari Tony Buzan.

Menghargai Waktu

Tentu Anda familiar dengan istilah jam karet. Ya, jam yang sangat lentur seperti karet. Ketika ada janji pertemuan jam 9 pagi, orang baru berangkat jam 9 lewat 15 dan tiba di tempat jam 9.30.

Meskipun sudah telat 30 menit ternyata orang lain datang lebih terlambat lagi. Akhirnya pertemuan baru bisa dimulai jam 10.30. Bayangkan, satu jam setengah terbuang sia-sia hanya karena semua orang membuat jam-nya sedemikian lentur.

Suka atau tidak, kita masih sering berhadapan dengan kebiasaan yang buruk ini. Ketika ada janji jam 10, kita khawatir jika datang tepat waktu maka kita akan menunggu orang lain terlalu lama. Akhirnya kita memutuskan baru datang jam 10.30. Ternyata semua orang yang lain pun berpikiran yang sama. Ada yang datang 10.30 ada pula yang baru datang hampir jam 11.

 

Jam Karet Merugikan Semua Pihak

Bayangkan ketika hal ini menjadi kebiasaan dan kebudayaan, berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk menunggu karena orang tidak tertib dengan waktu mereka. Berapa banyak waktu produktif terbuang karena orang tidak menghargai waktu.

Padahal pepatah Arab mengatakan “waktu laksana pedang”. Orang Inggris bilang “Time is money” waktu adalah uang. Dan kita dengan mudahnya membuang waktu yang sekali disia-siakan tidak akan pernah kembali. Waktu yang kita miliki sangat terbatas termasuk umur kita pun terbatas.


Belajar Menghargai Waktu

Bekerja di perusahaan multinasional membantu saya berkenalan dengan orang-orang dari berbagai negara dan latar belakang budaya. Terlebih dengan kepindahan saya setahun lalu ke Singapura untuk mengelola HR lintas negara, saya memiliki kesempatan lebih banyak lagi untuk berinteraksi dengan rekan-rekan dari berbagai negara baik tatap muka maupun lewat media komunikasi lainnya.

Satu pelajaran penting yang saya dapatkan adalah bagaimana orang begitu menghargai waktu. Mengelola interaksi lintas negara berarti bekerjasama dengan orang-orang dari berbagai zona waktu yang berbeda. Siang hari di satu negara bisa jadi tengah malam di negara yang lain. Jadi Anda bisa membayangkan jika satu pihak telah berjanji namun tidak mematuhinya, maka betapa merugikannya buat orang lain.

Dalam budaya yang menghargai waktu, orang-orang akan sudah bersiap 10 menit sebelum waktu yang dijanjikan. Lima menit sebelum pertemuan dimulai hampir seluruh peserta sudah duduk rapi di tempat masing-masing. Dan tepat pada waktunya sebuah pertemuan dilakukan. Jika Anda hadir 5 menit setelahnya, mohon maaf, Anda sudah masuk kategori terlambat. Tidak akan ada yang menunggu Anda untuk menunda dibukanya pertemuan. Sebab semua orang tahu waktu mereka terbatas. Mereka menghargai waktu yang mereka pribadi sekaligus menghormati waktu orang lain.


Budaya Tepat Mulai dan Tepat Selesai

Inilah budaya yang efektif dan menghargai waktu. Setiap acara bisa dimulai tepat waktu. Dengan demikian, setiap acara pun bisa selesai tepat waktu pula. Jika Anda punya janji atau komitmen yang lain setelahnya, Anda pun bisa hadir tepat waktu. Dengan demikian, waktu dihabiskan dengan efektif, efisien.

Karena waktu memang mahal. Anda hanya punya 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Dan usia Anda pun tidak akan bertambah panjang jika Anda menyia-nyiakan waktu.

Satu hal yang saya pelajari adalah setiap pemimpin rapat selalu menetapkan kapan pertemuan dimulai dan kapan pertemuan akan diakhiri. Dengan demikian tidak ada pertemuan yang berkepanjangan tak tentu akhir. Semuanya sudah direncanakan dengan baik dan menghargai satu sama lain.

Bayangkan jika kita mengabaikan hal tersebut dan menerapkan jam karet, maka yang terjadi sebuah pertemuan dimulai terlambat dan berakhir terlambat pula. Jika Anda punya janji pertemuan berikutnya maka tak dapat dihindari Anda pun akan terlambat lagi.

Dengan demikian, hidup menjadi berkurang kualitasnya karena semua hal tidak dikerjakan secara maksimal.


Mari Hargai Diri Sendiri Dan Orang Lain

Memulai budaya tepat waktu dalam setiap aktivitas Anda berarti menghargai diri sendiri sekaligus menghargai orang lain. Anda menghargai diri Anda dengan bersikap amanah terhadap waktu yang Anda miliki. Dan Anda pun menghormati waktu orang lain yang memiliki aktivitas bersinggungan dengan Anda.

Jika orang-orang di sekitar kita belum melakukannya, maka mulailah dari diri sendiri. Mungkin awalnya kita akan mengalami situasi di mana kita menunggu orang lain. Tapi kita mengirim sinyal yang jelas kepada orang lain untuk belajar menghormati orang lain.

Jadi hargai diri Anda dan hargai orang lain dengan belajar menghargai waktu.

Rabu, 24 Oktober 2012

Mengatasi Perilaku Bermasalah Siswa


Sebaik apa pun anda merancang dan menciptakan lingkungan kelas yang positif perilaku bermasalah pada siswa atau murid akan muncul. Anda harus menghadapinya dengan cara  efektif dan tepat waktu.

STRATEGI MANAJEMEN KELAS
Pakar manajemen kelas Carolyn Evertson dan rekannya membedakan antara intervensi minor dan moderasi dalam menangani perilaku bermasalah.

INTERVESI MINOR

Beberapa masalah hanya membutuhkan intervensi minor atau kecil. Masalah-masalah yang kerap muncul biasanya mengganggu aktifitas belajar di kelas. Misalnya, murid mungkin ribut sendiri, meninggalkan tempat duduk tanpa ijin, bercanda sendiri, atau memakan permen di kelas. Strategi yang efektif antara lain adalah:

Gunakan isyarat non verbal
Jalin kontak mata dengan murid. Kemudian beri isyarat dengan meletakkan telunjuk jari di bibir anda, menggeleng kepala, atau menggunakan isyarat tangan untuk menghentikan perilaku tersebut.

Terus lanjutkan aktifitas belajar
Biasanya terjadi suatu jeda dalam transisi aktifitas dalam kegiatan belajar mengajar, dimana pada jeda tersebut murid tidak melakukan apa-apa. Pada situasi ini, murid mungkin akan meninggalkan tempat duduknya, mengobrol, bercanda dan mulai ribut. Strategi yang baik adalah bukan mengkoreksi tindakan mereka tetapi segera melangsungkan aktifitas baru berikutnya.

Mendekati murid
Saat murid mulai bertindak menyimpang. Anda cukup mendekatinya, maka biasanya dia akan diam.

Arahkan perilaku
Jika murid mengabaikan tugas yang kita perintahkan, ingatkan mereka tentang kewajiban itu. Anda bisa berkata, “Baiklah, ingat, semua anak harus menyelesaikan soal matematika ini.”

Beri instruksi yang dibutuhkan
Terkadang siswa melakukan kesalahan kecil saat tidak memahami cara mengerjakan tugas. Untuk mengatasinya anda harus memantau murid dan memberi petunjuk jika dibutuhkan.

Suruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung
Jalin kotak mata dengan murid, bersikap asertif, dan suruh murid menghentikan tindakannya. Buat pernyataan, singkat dan pantau situasi sampai murid patuh. Strategi ini bisa dilakukan dengan mengkombinasikan strategi mengarahkan perilaku murid.

Beri murid pilihan
Berilah murid tanggung jawab dengan memilih dua pilihan, bertindak benar atau menerima konsekuensi negatif. Beri tahu murid apa tindakan benar itu dan apa konsekuensi bila melanggar.

INTERVENSI MODERAT

Beberapa perilaku yang salah membutuhkan intervensi yang lebih kuat ketimbang yang baru saja dideskripsikan pada intervensi minor di atas, misalnya, ketika murid menyalahgunakan aktifitasnya, mengganggu, cabut dari kelas, mengganggu pelajaran, atau mengganggu pekerjaan murid lainnya. 

Berikut adalah strategi yang bisa dilakukan:

Jangan beri privilese atau aktifitas yang mereka inginkan
Bila anda memperbolehkan murid untuk berkeliling kelas atau mengerjakan tugas dengan murid lain dan ia malah menyalahgunakan privilese yang anda berikan atau mengganggu pekerjaan temannya, maka anda bisa mencabutprivilesenya.

Buat perjanjian behavioral
Buatlah perjanjian yang bisa disepakati oleh semua murid. Perjanjian ini harus merefleksikan masukan dari kedua belah pihak yaitu guru dan murid. Jika muncul problem dan murid tetap keras kepala, guru bisa merujuk pada kesepakatan bersama yang telah dibuat.

Pisahkan atau keluarkan murid dari kelas
Bila murid bersenda gurau dan bersikap tidak mengindahkan peringatan, anda bisa memisahkan ia dari murid disekitarnya ataupun mengeluarkannya dari dalam kelas.

Kenakan hukuman atau sanksi
Menggunakan hukuman sebaiknya tidak melakukan tindakan kekerasan, tetapi bisa dilakukan dengan memberikan tugas mengerjakan soal atau menulis halaman tambahan.

Daftar Pustaka
Santrock, John, W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencan Prenada Media Group
Disalin dari : http://www.psikologizone.com