A. Pengertian Menerima Diri Sendiri
Suatu sikap memandang, melihat sebagaimana adanya dan menerima secara baik
disertai rasa percaya diri dan bangga, sambil terus berusaha demi kemajuan
dirinya, dapat dikatakan adalah pengertian menerima diri sendiri.
Mencintai diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan atribut dalam hidup ini
memang susah-susah, gampang. Coba perhatikan, berapa banyakkah orang memutuskan
untuk menjadi trendsetter atau follower. Sebenarnya nggak ada masalah, mau
menjadi trendsetter atau
follower, karena ternyata ada sebagian orang yang memandang bahwa hidup ini
adalah proses, ada juga yang memandang bahwa hidup haruslah “result oriented”,
hasil harus real, nyata dan ada juga yang menggabungkan keduanya. Sepertinya
tidak ada yang salah dengan pilihan-pilihan itu, bukankah inilah yang membuat
cerita hidup jadi makin seru. Apapun pilihannya, semoga pilihan itu selalu
mendekatkan kita pada sang pencipta.
Lalu apa hubungannya dengan mencintai diri sendiri? Mencintai diri sendiri di
sini sebenarnya lebih dimaksudkan kepada penerimaan atas diri sendiri, atas
keadaan/kondisi, strenght and weakness, begitupun juga kejadian dan sejarah
dalam hidup. Kita sebut saja self acceptance ya. Harapannya, dengan menerima
diri kita sendiri sepenuhnya kita bisa selalu bersyukur Sang Pencipta. Begitu
luar biasanya perjalan hidup kita, sejak dari kandungan bunda hingga saat ini.
Begitu Maha Pemurahnya Tuhan, kita tidak dikasih PR, besok bangun pagi kalau
mau nafas, harus beli oksigen di mana, juga sewaktu kita masih dikandungan,
food supply selalu siap, 1 X 24 jam nonstop. Cerita hidup yang jatuh bangun
seharusnyalah menjadi penyemangat pagi untuk lebih baik setiap harinya.
Self Acceptance akan menjadi obat buat yang kurang percaya diri, karena tahu
bahwa setiap manusia punya strenght and weakness, itu juga berlaku buat dirinya
sendiri. Self acceptance juga akan membuatnya bersahabat baik dengan dirinya
sendiri, sehingga tidak perlu extra tenaga untuk “berperang” dengan diri
sendiri karena merasa tidak pernah puas atas dirinya, atas hidupnya. Padahal
masa lalu adalah sejarah. Berapa banyak diantara kita yang tiba-tiba jadi ahli
sejarah? Kita muter-muter aja dengan sejarah masa lalu kita, seperti gasing
yang diputer. Habis energi terkuras mikir yang mubazir. Padahal sejarah itu
hari kemarin. Ada hari ini agar bisa lebih baik dari kemarin. Bukankah hidup
bahagia sangat tergantung dari sudut mana kita memandang hidup itu sendiri?
Seberapa besar usaha kita untuk mensyukurinya.
Ingatkah Anda ketika remaja, berkaca di depan cermin, mengomentari diri sendiri
dengan nada tidak puas. Setiap lekuk wajah, bentuk mata, ukuran hidung, bibir,
jerawat di pipi, rasanya semua mengecewakan. Dan hari itu setelah selesai
berkaca, rasanya kaki terasa berat untuk melangkah karena merasa tidak percaya
diri, tidak PD dengan kondisi fisik yang dimiliki. Tidak bisa menerima kondisi
diri seperti itu.
Mungkin saat ini pun Anda masih sering mencela atau mengkritik diri sendiri
dengan nada tidak puas. Setiap pekerjaan rasanya tidak ada yang bagus, tidak
ada yang baik, akhirnya penilaian terhadap diri sendiri menjadi buruk,
penerimaan diri sendiri pun menjadi negatif. Akhirnya anda juga sering mencela
atau mengkritik orang lain. Pujian menjadi hal yang ‘mahal’ untuk diucapkan
kepada orang lain.
Mengapa seseorang sulit menerima dirinya sendiri ? Tidak pernah puas dengan apa
yang diperoleh dan dimilikinya ? Tidak pernah menghargai usahanya sendiri
bahkan usaha orang lain ? Banyak kemungkinan yang menyebabkan seseorang sulit
untuk menerima diri sendiri. Barangkali anda berasal dari keluarga dimana orang
tua lebih sering mengkritik anak-anaknya ketimbang memuji. Anda tumbuh menjadi
orang yang tidak terbiasa untuk cepat puas, selalu merasa kurang, dan akhirnya
sulit untuk menerima diri sendiri bila ada kekurangan di dalamnya. Apa pun
kondisi anda di masa lalu, saat ini sebagai seseorang yang ingin maju dan
berkembang, anda dituntut untuk dapat menerima diri sendiri.
Orang yang sehat mental adalah orang yang mau menerima kondisi dirinya sendiri
dengan bahagia. Orang yang mampu untuk menerima diri sendiri, biasanya adalah
orang yang juga mampu untuk menerima orang lain apa adanya. Tidak memaksakan
orang lain untuk melakukan yang diminta, menghargai usaha orang lain, bersikap
hormat, tidak dikendalikan oleh ambisi yang tidak realistis, tidak terlalu
banyak mengeluh, tidak mudah tersinggung, belajar mengendalikan kemarahan
dengan benar, tidak terobsesi oleh masa lampau, serta tidak menuntut orang lain
untuk memenuhi semua kebutuhannya.
Coba periksa diri anda sendiri. Apakah anda menjawab “YA” untuk setiap kondisi
berikut di bawah ini (“Seni Mengasihi Diri Sendiri”, Cecil G. Osborne, 2001)
Semakin banyak anda menjawab “YA” untuk kondisi berikut ini, berarti anda belum
memiliki penerimaan diri sendiri yang baik.
1. Apakah Anda dinilai terlalu sensitif oleh teman-teman atau keluarga ?
2. Apakah Anda suka berbantah ?
3. Apakah Anda suka mengecam ?
4. Apakah Anda tidak toleran terhadap orang lain ? Terhadap ide-ide mereka ?
5. Apakah Anda termasuk orang yang sangat mudah marah ?
6. Apakah Anda sulit memberi maaf ?
7. Apakah Anda cemburu buta ?
8. Apakah Anda pendengar yang tidak baik ?
9. Apakah Anda materialistis secara berlebihan ? Takut miskin ?
10. Apakah Anda sangat terpukau pada titel, gelar, kehormatan, dan pangkat ?
11. Apakah Anda orang yang tidak mau kalah ?
12. Apakah Anda sulit menerima pujian ?
Ada sebuah illustrasi. Seorang turis Amerika sedang mengunjungi sebuah puri
kuno di Inggris bersama rombongan tur. Puri kuno tersebut memiliki hamparan
rumput yang sangat luas dan sangat indah. Turis Amerika ini sedang mengagumi
hamparan rumput tersebut. Kemudian ia menghampiri kepala kebun puri yang sedang
bekerja di dekat situ. Ia bertanya kepada kepala kebun tersebut, “Bagaimana
caranya kalian membuat hamparan rumput sebagus dan seindah ini ? Saya sangat
mengagumi hamparan rumput yang hijau dan elok ini.” Jawab si kepala kebun, “ Ah
Pak, biasa saja. Kami hanya menanam bibit rumput yang terbaik, memberi pupuk,
menyiramnya, serta merawatnya selama 500 tahun...”
Menerima diri sendiri merupakan suatu proses yang harus diusahakan atau
diperjuangkan. Butuh kerja keras untuk menerima diri apa adanya. Tujuannya
adalah supaya memiliki pertumbuhan mental yang baik, mampu menerima orang lain
apa adanya, menjalin relasi interpersonal yang lebih baik, serta dapat
menikmati hidup.
Bagaimana untuk bisa menerima diri sendiri.
B. Cara Menerima Diri Sendiri
Ada beberapa saran yang bisa Anda terapkan. Diharapkan Anda juga berusaha untuk
mengembangkan cara-cara untuk menerima diri sendiri.
1. Gunakan kacamata paradigma baru
Mulailah untuk memandang diri sendiri secara berbeda. Tidak lagi cepat menilai
negatif pada diri sendiri. Beri kesempatan pada diri sendiri bahwa Anda layak
untuk dihargai. Fokuskan diri pada sisi positif dan negatif secara berimbang.
2. Tetapkan standar atau target yang realistis
Ada kalanya seseorang sulit untuk menerima diri sendiri karena kegagalan untuk
meraih target atau standar yang ditetapkannya sendiri. Perlu dicermati, target
atau standar yang ditetapkan itu terkadang tidak realistis, terlalu muluk-muluk
sehingga sangat sulit untuk dicapai. Untuk orang-orang yang menaruh penghargaan
diri sendiri berdasarkan prestasi semata, hal ini bisa sangat meruntuhkan rasa
percaya diri. Tetapkanlah standar atau target yang realistis. Bila tidak
tercapai, janganlah terlalu “down” atau merasa sangat kecewa hingga tidak
memberi kesempatan pada diri sendiri untuk mencoba lagi.
3. Lakukan sesuatu yang membuat Anda lebih menyukai diri Anda
Berikanlah kasih, pertolongan, dukungan, perhatian, maaf, pengertian, uang,
sehelai surat sederhana, atau apa pun kepada teman atau orang lain yang anda
rasa perlu.
4. Beri pujian pada orang lain dan diri sendiri
Dengan melakukan hal ini anda akan menghargai diri anda sendiri dan juga orang
lain.
5. Gunakan kata-kata yang positif pada diri sendiri
Misalnya ketika anda diserahkan tanggung jawab untuk mengerjakan proyek
tertentu, katakan pada diri sendiri bahwa, ”Saya mampu dan bisa mengerjakan
tugas ini dengan baik.”
6. Bersyukurlah dengan apa yang Anda miliki
Orang yang bersyukur dengan keberadaan dirinya biasanya lebih mudah untuk
menerima dirinya sendiri. Ia juga tidak mudah untuk marah, tidak mudah
tersinggung, dan mampu memberi bagi orang lain.
7. Galilah Potensi Diri
Menggali potensi diri, dengan cara selalu belajar, meningkatkan kemampuan diri
dan memanfaatkan kesempatam-kesempatan serta peluang-peluang yang ada.
8. Luangkanlah waktu bersama dengan orang lain
Dalam hal ini dalam melakukan kegiatan-kegiatan dalam hal-hal yang positif.
9. Membaca
Membaca buku-buku pengembangan diri, karena pengembangan diri adalah proses
seumur hidup.
”Selalu ada kesempatan untuk orang yang mau merubah dirinya”
C. Tanda-tanda Menerima Diri Sendiri
Dalam hidup sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan atau anjuran untuk
menerima diri sendiri apa adanya, siapapun kita, anjuran ini terdengar indah,
namun kadang sukar untuk dilakukan.
Menurut John Powell dalam bukunya “Happiness Is an Inside Job” menerima diri
sendiri mengandung arti kepuasan yang penuh suka cita menjadi saya.
Tanda-tanda menerima diri sendiri itu bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
Ada 10 tanda yang menurut John Powell tampak dalam diri orang-orang yang
menerima diri mereka seperti apa adanya.
Dengan mengetahui tanda-tanda ini, kita bisa belajar untuk menerima diri
sendiri apa adanya, siapa pun kita, cantik atau jelek, pintar atau bodoh, atau
biasa-biasa saja.
1. Selalu bahagia
Bahagia disini dalam pengertian tidak membandingkan dirinya dengan orang lain.
Para ahli mengatakan, dengan membandingkan diri berarti matinya rasa kepuasan
diri yang sejati.
Pada orang yang menerima diri apa adanya, tidak banyak hal yang membuatnya
tidak bahagia. Jika ada orang yang mengkritik, orang yang menerima diri akan
menganggap, bahwa itu adalah masukan yang berguna bagi pertumbuhan pribadinya.
Dia akan berpandangan bahwa kritik yang sehat adalah sarana untuk memajukan
diri sendiri menjadi pribadi yang lebih bijak dan berwawasan
2. Mudah bergaul dengan orang lain
Semakin besar rasa menerima diri sendiri, semakin senang kita berada di tengah
orang lain karena kita merasa orang-orang itu juga menerima kita, dan senang
bersama kita. Perasaan ini mambuat kita masuk ke ruang yang penuh orang dengan
rasa percaya diri. Kita menganggap diri kita sebagai pemberian untuk diterima
orang lain dan orang lain sebagai pemberian untuk kita terima dengan lemah
lembut.
Tapi, disaat sendiri, orang yang menerima diri apa adanya juga tetap gembira.
Keadaan yang tidak ada orang lain itu terasa damai dan tenteram baginya.
Sebaliknya, bagi yang tidak menerima diri sendiri, keadaan sendiri itu berarti
sepi dan menyedihkan. Orang yang sendiri, kesepian, kosong, akan mencari
penangkal-penangkal kesepian.
3. Terbuka untuk dicintai dan dipuji
Kalau kita menerima eksistensi kita sendiri sebagai pribadi, maka kita
seyogyanya juga berpikiran terbuka, tidak merasa curiga kalau seseorang dengan
tulus memuji kita. Karena dalam hidup ini, kita semua belajar untuk mengatasi
kelemahan2 diri sendiri, tapi sebaliknya juga terbuka untuk pujian atas
kelebihan2 kita.
4. Mampu menjadi diri sendiri yang sejati
Jika kita benar-benar menerima diri sendiri apa adanya, kita akan memancarkan
keunikan yang hanya dapat memancar dari penerimaan diri sejati. Dengan kata
lain, sebelum mampu menjadi diri sendiri, kita harus bisa menerima diri sendiri
dulu. Contohnya, jika kita mencintai atau mengagumi orang lain, maka kita akan
bersikap tulus, menyampaikan kesukaan dan kekaguman secara wajar padanya. Kita
tidak usah takut salah paham atau salah tafsir dengan ke-terus terangan kita
5. Mampu menerima saya yang saat ini, hari ini
Saya yang kemarin adalah sejarah. Saya yang hari esok belum diketahui. Saya
terlepas dari masa lalu. Saya adalah siapa saya hari ini. Sekarang ini. Siapa saya
dimasa lalu, termasuk semua kesalahan saya, sudah tidak penting.
Mengingat secara terus menerus kesalahan yang kita buat dimasa lampau hanya
akan membuat kita menghakimi diri sendiri dengan keras.
6. Dapat menertawai diri sendiri dengan mudah
Terlalu serius dengan diri sendiri merupakan pertanda kita merasa tidak aman.
Ada pepatah Cina kuno yang mengatakan, "Berbahagialah mereka yang dapat
tertawa kepada diri mereka sendiri. Mereka tidak akan pernah berhenti
dihibur." Orang yang mampu menertawai diri sendiri akan bisa menerima dan
mengakui kelemahan dan kebodohanya.
7. Mampu mengenali dan mengurusi kebutuhan-kebutuhannya sendiri
Orang yang menerima dirinya sendiri mengenal kebutuhan-kebutuhannya, baik
kebutuhan fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Mengabaikan
kebutuhan diri sendiri adalah langkah bunuh diri. Kita bisa mengenali kebutuhan
diri sendiri kalau kita mencintai dan sayang pada diri sendiri. Rasa sayang ini
akan membuat kita juga mampu menyayangi dan menghormati orang lain secara
wajar.
8. Mampu menentukan nasib sendiri
Orang yang menerima diri sendiri mengambil petunjuk dari dalam dirinya sendiri.
Bukan dari orang lain. Jika kita benar-benar bergembira dengan diri sendiri,
kita akan melakukan apa saja yang kita pikir baik dan selaras. Bukan menurut
apa yang dikatakan atau dipikirkan orang lain.
9. Bisa berhubungan dengan kenyataan
Sikap menerima diri sendiri membuat kita tidak suka melamun atau mengkhayalkan
seandainya hidup kita seperti orang lain. Kita menerima dengan tabah
kenyataan-kenyataan dalam hidup ini dengan tetap berpegang pada logika kita
10. Bersikap tegas
Orang yang menerima dirinya sendiri tegas dalam menyatakan sesuatu. Kita dengan
tegas menyatakan hak2 kita untuk dipandang secara serius. Hak untuk berpikir dan
memilih. Kita juga tidak merasa terpaksa mengalah atau terpaksa menjadi
penolong orang yang tidak berdaya. Banyak orang enggan bersikap tegas karena
takut keliru. Kita pendam semua pendapat dan keinginan kita. Menerima diri
dengan gembira menantang kita bersikap tegas dalam menyatakan sesuatu.
Menghormati diri sendiri. Menyatakan diri secara tulus dan berani bersikap
terbuka.
Menerima diri sendiri adalah ketika kita bisa menyadari bahwa setiap mahluk
memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan diri kita. Selama kita
hanya melihat diri kita ada kelebihan dan tidak memiliki kekurangan, maka kita
akan menjadi sombong, dan ini hasil dari ketidakjujuran. Sebaliknya, kalau kita
menjadi minder, karena merasa bahwa diri kita ini hanya ada kekurangan, dan
sedikit mempunyai kelebihan, maka itu juga bagian dari ketidakjujuran. Orang
yang menyadari keseimbangan kelebihan dan kekurangannya sendiri, maka dia akan
memiliki batin yang seimbang pula, dan akan lebih percaya diri, dan inilah
hasil kejujuran pada diri sendiri.
Kalau kita sudah bisa melihat kelebihan dalam diri kita, maka kondisikanlah
selalu kelebihan kita itu bisa terus muncul dan bahkan ditingkatkan, sehingga
dengan bertambahnya waktu, kita pun akan semakin baik kualitas hidup maupun
kualitas batinnya.
Sebaliknya, kalau kita telah melihat kekurangan diri kita sendiri, maka kita
pun hendaknya terus berusaha mengendalikan diri agar tidak mengkondisikan
keburukan kita muncul dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kelebihan
yang kita miliki hendaknya terus ditingkatkan, sedangkan kekurangan yang
dimiliki hendaknya terus diperbaiki. Maka dengan demikian, kita bukan hanya
bisa menerima kekurangan dan kelebihan kita sendiri, namun, kita juga bisa
memperbaiki kualitas diri kita sehingga semakin bertambah usia, semakin baik
kualitas diri kita.
Dalam kehidupan sosial di masyarakat, individu seringkali dirundung rasa curiga
dan tidak percaya diri yang kuat sehingga tidak berani menyampaikan berbagai
gejolak atau pun emosi yang ada di dalam dirinya kepada orang lain, apalagi
jika menyangkut hal-hal yang dianggapnya tidak baik untuk diketahui orang lain.
Akibatnya individu tersebut lebih banyak memendam berbagai persoalan hidup yang
akhirnya seringkali terlalu berat untuk ditanggung sendiri sehingga menimbulkan
berbagai masalah psikologis maupun fisiologis. Banyak orang yang mengatakan
bahwa mereka sulit sekali mengungkapkan diri (mengatakan pendapat, perasaan,
cita-cita, rasa marah, jengkel, dsb) kepada orang lain, bahkan tidak pernah
berbagi informasi, jika tidak diminta / ditanya. Hal yang menarik adalah mereka
mengakui bahwa kondisi tersebut sangat tidak nyaman dan cenderung membuat
mereka dijauhi oleh rekan atau pun anggota keluarganya sendiri. Meskipun di
satu sisi mereka merasa ragu dan takut untuk mengungkapkan diri, namun di sisi
lain mereka merasa bahwa hal tersebut sangat diperlukan untuk meringankan beban
diri sendiri.
Menyikapi permasalahan diatas, maka kita perlu mengetahui mengapa pengungkapan
diri perlu dilakukan untuk mengetahui betapa pentingnya menerima diri sendiri.
Mengapa bagi sebagian individu, hal ini amat sulit untuk dilaksanakan.
Pertanyaan mendasar adalah mengapa kita harus memberitahu orang lain tentang
diri kita sendiri. Lalu bagaimana cara mengungkapkan diri secara tepat sehingga
tidak menimbulkan penyesalan bagi diri sendiri dan menambah beban bagi orang
lain.
Pengungkapan diri atau “self disclosure” dapat diartikan sebagai pemberian
informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan
tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi,
pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri haruslah dilandasi
dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi, atau dengan kata
lain apa yang disampaikan kepada orang lain hendaklah bukan merupakan suatu
topeng pribadi atau kebohongan belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik
saja.
Untuk menjawab pertanyaan mengapa seseorang perlu memberitahu orang lain
tentang dirinya sendiri, maka hal tersebut harus dilihat sebagai suatu siklus
yang melibatkan 3 (tiga) hal yaitu pengungkapan diri, hubungan persahabatan dan
penerimaan terhadap diri sendiri.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
-
Merupakan suatu hal yang sangat baik jika anda mengatakan kepada teman atau
orang lain yang berinteraksi dengan anda bagaimana mereka dapat mempengaruhi
anda. Dengan mengungkapkan perasaan dan berbagi pengalaman maka akan dapat
semakin mempererat hubungan persahabatan.
-
Penerimaan teman atau orang lain akan memudahkan anda untuk dapat menerima
kondisi diri anda sendiri.
-
Karena anda sudah dapat menerima diri sendiri dan merasa nyaman dengan
kondisi tersebut, maka anda lebih mudah untuk mengungkapkan diri sehingga
hubungan dengan teman anda terasa lebih menyenangkan.
-
Dengan adanya berbagai masukan dari orang lain, rasa aman yang tinggi, dan
penerimaan terhadap diri, maka anda akan dapat melihat diri sendiri secara
lebih mendalam dan mampu menyelesaikan berbagai masalah hidup.
Meski diakui bahwa pengungkapan diri sangat penting bagi perkembangan individu
dan penerimaan diri sendiri, namun sebagian orang masih enggan untuk
melakukannya. Pada dasarnya keengganan atau kesulitan individu dalam
mengungkapkan diri banyak dilandasi oleh faktor risiko yang akan diterimanya di
kemudian hari, di samping karena belum adanya rasa aman dan kepercayaan pada
diri sendiri. Risiko yang dimaksud dapat berupa bocornya informasi yang telah
diberikan pada seseorang kepada pihak ketiga padahal informasi tersebut
dianggap sangat pribadi oleh si pemberi informasi, atau bisa juga informasi
yang disampaikan justru menyinggung perasaan orang lain sehingga dapat
mengganggu hubungan interpersonal yang sebelumnya sudah terjalin dengan baik.
Selain itu pengungkapan diri pada orang atau kondisi yang tidak tepat justru
akan menjadi bumerang bagi si pemberi informasi. Selain faktor risiko, faktor
pola asuh juga berperan penting. Dalam keluarga atau lingkungan yang tidak
mendukung semangat keterbukaan dan kebiasaan berbagi informasi maka individu
akan sulit untuk bisa mengungkapkan diri secara tepat. Itulah sebabnya mengapa
sebagian orang amat sulit berbagi informasi dengan orang lain, sekali pun
informasi tersebut sangat positif bagi dirinya dan orang lain.
Meskipun pengungkapan diri mengandung risiko bagi si pelaku (pemberi informasi)
namun para ahli psikologi menganggap bahwa pengungkapan diri sangatlah penting.
Hal ini dasarkan pada pendapat yang mengatakan bahwa pengungkapan diri (yang
dilakukan secara tepat) merupakan indikasi dari kesehatan mental seseorang.
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mampu mengungkapkan diri secara
tepat terbukti lebih mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya pada
diri sendiri, lebih kompeten, extrovert, dapat diandalkan, lebih mampu bersikap
positif dan percaya terhadap orang lain, lebih obyektif dan terbuka (David
Johnson, 1981 dalam mentalhelp.net). Selain itu para ahli psikologi juga
meyakini bahwa berbagi informasi dengan orang lain dapat meningkatkan kesehatan
jiwa, mencegah penyakit dan mengurangi masalah-masalah psikologis yang
menyangkut hubungan interpersonal. Dari segi komunikasi dan pemberian bantuan
kepada orang lain, salah satu cara yang dianggap paling tepat dalam membantu
orang lain untuk mengungkapkan diri adalah dengan mengungkapkan diri kita
kepada orang tersebut terlebih dahulu. Tanpa keberanian untuk mengungkapan diri
maka orang lain akan bertindak yang sama, sehingga tidak tercapai komunikasi
yang efektif.
Secara lebih lengkap manfaat-manfaat dari pengungkapan diri dapat disebutkan
sebagai berikut:
Ø
Menerima Diri Sendiri (self-acceptance). Dalam proses pemberian informasi
kepada orang lain, anda akan lebih jelas dalam menilai kebutuhan, perasaan, dan
hal psikologis dalam diri anda. Selain itu, orang lain akan membantu anda dalam
memahami diri anda sendiri, melalui berbagai masukan yang diberikan, terutama
jika hal itu dilakukan dengan penuh empati dan jujur. Jika orang lain dapat
menerima anda maka kemungkinan besar anda pun dapat menerima diri anda.
Ø
Membangun hubungan yang lebih dekat dan mendalam, saling membantu dan lebih
berarti bagi kedua belah pihak. Keterbukaan merupakan suatu hubungan timbal
balik, semakin anda terbuka pada orang lain maka orang lain akan berbuat hal
yang sama. Dari keterbukaan tersebut maka akan timbul kepercayaan dari kedua
pihak sehingga akhirnya akan terjalin hubungan persahabatan yang sejati.
Ø
Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi yang memungkinkan seseorang untuk
menginformasikan suatu hal kepada orang lain secara jelas dan lengkap tentang
bagaimana ia memandang suatu situasi, bagaimana perasaannya tentang hal
tersebut, apa yang terjadi, dan apa yang diharapkan.
Ø
Memecahkan berbagai konflik dan masalah interpersonal. Jika orang lain
mengetahui kebutuhan anda, ketakutan, rasa frustrasi anda, dsb, maka akan lebih
mudah bagi mereka untuk bersimpati atau memberikan bantuan sehingga sesuai
dengan apa yang anda harapkan.
Ø
Memperoleh energi tambahan dan menjadi lebih spontan. Harap diingat bahwa untuk
menyimpan suatu rahasia dibutuhkan energi yang besar dan dalam kondisi demikian
seseorang akan lebih cepat marah, tegang, pendiam dan tidak riang. Dengan
berbagi informasi hal-hal tersebut akan hilang atau berkurang dengan
sendirinya.
Bagi anda yang mengalami masalah dalam mengungkapkan diri kepada orang lain,
demi terwujudnya keinginan untuk dapat menerima diri sendiri, ada 4 (empat)
langkah yang dapat anda lakukan agar pengungkapan diri dapat berjalan efektif.
Keempat langkah tersebut adalah:
Langkah 1:
Tanyakan pada diri sendiri, sejauhmana saya akan membuka diri?
Hal-hal apa yang bisa saya bagi dengan orang lain dan kepada siapa?
Setiap orang memiliki rahasia pribadi. Hal tersebut sangatlah normal karena
setiap orang tentu ingin menjaga agar hal-hal khusus tidak perlu diketahui oleh
orang lain. Sayangnya banyak rahasia yang sebenarnya justru tidak perlu
dirahasiakan karena tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain, tetapi
karena takut orang lain tidak memahami rahasia tersebut maka rahasia ini
disimpan terus-menerus . Hal inilah yang harus diperhatikan oleh anda jika
ingin mengungkapkan diri.
Langkah 2:
Lakukan persiapan sebelum membuka diri. Atasi terlebih dahulu
kekhawatiran dan ketakutan anda.
Untuk mengatasi kekuatiran, ketakutan atau ketidakpercayaan diri, anda dapat
memulai pengungkapan diri dengan memilih topik pembicaraan pada hal-hal yang
ringan dan santai. Contohnya: berbagi cerita tentang acara televisi atau film
yang disukai, perawatan mobil/motor, kegiatan di sekolah atau kantor, dll. Pada
awalnya usahakan untuk tidak mengutarakan berbagai perasaan atau opini pribadi.
Jika tahapan ini sudah anda lalui dan berhasil dengan baik, barulah anda
memilih orang yang dapat anda percayai untuk mengemukakan pendapat pribadi
maupun perasaan anda tentang suatu hal, misalnya utarakan apa yang anda rasakan
dan apa yang anda harapkan dari teman anda. Secara berangsur-angsur lakukan hal
tersebut dengan beberapa yang berbeda. Dengan cara ini anda akan menjadi mudah
untuk memulai komunikasi dan selanjutnya menjadi terbiasa dalam berbagi
informasi
Langkah 3:
Tingkatkan terus ketrampilan anda dalam mengungkapkan diri. Pelajari
cara-cara mengungkapkan diri dan bagaimana memberikan masukan yang bermanfaat.
Pengungkapan diri melibatkan cara-cara penyampaian informasi yang baik dan
jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi orang yang menerima
informasi tersebut. Jika anda ingin berbagi informasi maka kemukakan hal itu
sejelas-jelasnya, hindari ketidakjujuran, kemukakan dengan bahasa sederhana dan
jangan berbelit-belit. Jangan berasumsi bahwa orang lain akan memahami anda,
mengetahui perasaan dan kebutuhan anda tanpa harus anda katakan. Ingatlah bahwa
tidak ada seorangpun yang dapat membaca pikiran anda. Jadi andalah yang harus
mengatakan dan menjelaskan apa perasaan anda, apa kebutuhan anda saat ini dan
apa yang anda harapkan dari orang lain. Jika ada hal-hal yang anda rasakan
kurang jelas, bertanyalah pada saat ini dan jangan berasumsi.
Dalam mengungkapkan diri, secara tidak langsung sebenarnya anda juga memberikan
masukan kepada orang lain dan sebaliknya. Oleh karena itu dalam memberikan
berbagai masukan kepada teman (orang yang diberi informasi) anda perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-
Masukan yang diberikan tidak boleh bernada ancaman. Fokuskan pada
permasalahan dan bukan pada kepribadian si lawan bicara
-
Fokus pada masalah yang sedang dibahas, jangan terlalu jauh lari ke
masalah-masalah lain atau ke masa lalu
-
Jangan memberi masukan jika tidak diperlukan, tidak mungkin dilaksanakan atau
diterima, atau jika usulan tersebut sudah tidak berguna. Berikan hanya masukan
yang benar-benar masuk akal, bersifat membangun dan tidak rumit
Langkah 4:
Ungkapkan diri anda secara tepat dengan pemilihan waktu dan situasi
yang tepat pula.
Agar dapat mengungkapkan diri secara tepat pada waktu atau situasi yang tepat,
perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:Pertama-tama anda harus memiliki suatu alasan mengapa anda perlu membuka
diri.
Dengan siapa anda akan berbicara..teman dekat? orangtua? atasan? kenalan
baru? atau siapa?
Sejauhmana pengungkapan diri anda akan membahayakan diri anda sendiri?
Dengan mempertimbangkan ketiga hal tersebut maka anda akan dapat mengungkapkan
diri secara tepat dan proporsional sehingga akan bermanfaat bagi diri anda dan
orang lain. Bagi anda yang sangat sulit membuka diri kepada orang lain, maka
akan sangat baik jika anda membuat semacam catatan kecil tentang hal-hal yang
telah anda ungkapkan pada orang lain dan pengaruhnya terhadap perkembangan diri
anda.
Mengingat kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan dengan melihat berbagai
manfaat yang akan diperoleh jika seseorang dapat mengungkapkan diri secara
tepat, maka tidak ada pilihan lain bagi setiap individu selain belajar untuk
dapat mengungkapkan diri. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan diri akan sangat
merugikan perkembangan jiwa individu yang bersangkutan.
Meskipun demikian,
keputusan untuk membuka diri dan berbagi informasi dengan orang lain haruslah
dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Dengan melihat beberapa kiat diatas,
individu diharapkan dapat memiliki kepercayaan diri dalam membuka diri bagi
orang lain sehingga dapat tercipta hubungan interpersonal yang sehat. Bahwa
dalam kenyataan pasti ada risiko yang harus ditanggung jika seseorang berani
mengungkapkan diri kepada orang lain, misalnya informasi yang diberikan
dimanipulasi oleh si penerima informasi, atau pun dikhianati oleh orang yang
sangat dipercayai, tentu tidak dapat dipungkiri.
Namun demikian dengan
cara-cara yang bijak dan perencanaan yang baik maka hal itu pasti akan dapat
dikurangi. Jika diambil persamaan maka pengungkapan diri sama saja dengan jatuh
cinta: ada risiko yang harus ditanggung tetapi amat sulit untuk ditolak.
D. Manfaat Menerima Diri Sendiri
- Kita merasa senang terhadap diri sendiri, kita merasa lebih sehat, lebih
semangat dan sepertinya tidak banyak masalah dan beben hidup yang harus kita
tanggung.
- Kita merasa sangat berharga, atau sekurang-kurangnya kita sama dan sejajar
dengan orang lain, disamping dari segala aspek kekurangan-kekurangan dan
kelebihan-kelebihan yang kita miliki.
- Menerima diri berarti menerima kelebihan dan kekurangan serta kekuatan yang
kita miliki, namun bukan berarti dengan kekurangan yang kita miliki menjadi
penghalang untuk maju, justru kekurangan tersebut dapat kita jadikan sebagai
penyemangat agar kekurangan tersebut dapt kita tutupi atau kita kurangi
seminimal mungkin.
- Orang yang berhasil menerima dirinya, akan mempu melaksanakan pekerjaan sebaik
orang lain, atau bahkan lebih. Karena ada keyakinan dalam dirinya.
- Dengan berhasil menerima diri sendiri, berarti kita telah berdamai dengan diri
sendiri.
- Jika saya mampu menerima diri sendiri, maka saya akan mampu menerima orang
lain.