Tentu Anda familiar dengan istilah jam karet. Ya, jam yang
sangat lentur seperti karet. Ketika ada janji pertemuan jam 9 pagi, orang baru
berangkat jam 9 lewat 15 dan tiba di tempat jam 9.30.
Meskipun sudah telat 30 menit ternyata orang lain datang
lebih terlambat lagi. Akhirnya pertemuan baru bisa dimulai jam 10.30.
Bayangkan, satu jam setengah terbuang sia-sia hanya karena semua orang membuat
jam-nya sedemikian lentur.
Suka atau tidak, kita masih sering berhadapan dengan
kebiasaan yang buruk ini. Ketika ada janji jam 10, kita khawatir jika datang
tepat waktu maka kita akan menunggu orang lain terlalu lama. Akhirnya kita
memutuskan baru datang jam 10.30. Ternyata semua orang yang lain pun berpikiran
yang sama. Ada yang datang 10.30 ada pula yang baru datang hampir jam 11.
Jam Karet Merugikan Semua Pihak
Bayangkan ketika hal ini menjadi kebiasaan dan kebudayaan,
berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk menunggu karena orang tidak
tertib dengan waktu mereka. Berapa banyak waktu produktif terbuang karena orang
tidak menghargai waktu.
Padahal pepatah Arab mengatakan “waktu laksana pedang”.
Orang Inggris bilang “Time is money” waktu adalah uang. Dan kita dengan
mudahnya membuang waktu yang sekali disia-siakan tidak akan pernah kembali.
Waktu yang kita miliki sangat terbatas termasuk umur kita pun terbatas.
Belajar Menghargai Waktu
Bekerja di perusahaan multinasional membantu saya berkenalan
dengan orang-orang dari berbagai negara dan latar belakang budaya. Terlebih
dengan kepindahan saya setahun lalu ke Singapura untuk mengelola HR lintas
negara, saya memiliki kesempatan lebih banyak lagi untuk berinteraksi dengan
rekan-rekan dari berbagai negara baik tatap muka maupun lewat media komunikasi
lainnya.
Satu pelajaran penting yang saya dapatkan adalah bagaimana
orang begitu menghargai waktu. Mengelola interaksi lintas negara berarti
bekerjasama dengan orang-orang dari berbagai zona waktu yang berbeda. Siang
hari di satu negara bisa jadi tengah malam di negara yang lain. Jadi Anda bisa
membayangkan jika satu pihak telah berjanji namun tidak mematuhinya, maka
betapa merugikannya buat orang lain.
Dalam budaya yang menghargai waktu, orang-orang akan sudah
bersiap 10 menit sebelum waktu yang dijanjikan. Lima menit sebelum pertemuan
dimulai hampir seluruh peserta sudah duduk rapi di tempat masing-masing. Dan
tepat pada waktunya sebuah pertemuan dilakukan. Jika Anda hadir 5 menit
setelahnya, mohon maaf, Anda sudah masuk kategori terlambat. Tidak akan ada
yang menunggu Anda untuk menunda dibukanya pertemuan. Sebab semua orang tahu
waktu mereka terbatas. Mereka menghargai waktu yang mereka pribadi sekaligus
menghormati waktu orang lain.
Budaya Tepat Mulai dan Tepat Selesai
Inilah budaya yang efektif dan menghargai waktu. Setiap
acara bisa dimulai tepat waktu. Dengan demikian, setiap acara pun bisa selesai
tepat waktu pula. Jika Anda punya janji atau komitmen yang lain setelahnya,
Anda pun bisa hadir tepat waktu. Dengan demikian, waktu dihabiskan dengan
efektif, efisien.
Karena waktu memang mahal. Anda hanya punya 24 jam sehari, 7
hari seminggu. Dan usia Anda pun tidak akan bertambah panjang jika Anda
menyia-nyiakan waktu.
Satu hal yang saya pelajari adalah setiap pemimpin rapat
selalu menetapkan kapan pertemuan dimulai dan kapan pertemuan akan diakhiri.
Dengan demikian tidak ada pertemuan yang berkepanjangan tak tentu akhir.
Semuanya sudah direncanakan dengan baik dan menghargai satu sama lain.
Bayangkan jika kita mengabaikan hal tersebut dan menerapkan
jam karet, maka yang terjadi sebuah pertemuan dimulai terlambat dan berakhir
terlambat pula. Jika Anda punya janji pertemuan berikutnya maka tak dapat
dihindari Anda pun akan terlambat lagi.
Dengan demikian, hidup menjadi berkurang kualitasnya karena
semua hal tidak dikerjakan secara maksimal.
Mari Hargai Diri Sendiri Dan Orang Lain
Memulai budaya tepat waktu dalam setiap aktivitas Anda
berarti menghargai diri sendiri sekaligus menghargai orang lain. Anda
menghargai diri Anda dengan bersikap amanah terhadap waktu yang Anda miliki.
Dan Anda pun menghormati waktu orang lain yang memiliki aktivitas bersinggungan
dengan Anda.
Jika orang-orang di sekitar kita belum melakukannya, maka
mulailah dari diri sendiri. Mungkin awalnya kita akan mengalami situasi di mana
kita menunggu orang lain. Tapi kita mengirim sinyal yang jelas kepada orang
lain untuk belajar menghormati orang lain.
Jadi hargai diri Anda dan hargai orang lain dengan belajar
menghargai waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar