Angka kemiskinan di Indonesia saat ini berayun sekitar 40 juta orang. Dari jumlah itu tentu sebagian besar adalah orang Islam. Angka kemiskinan tersebut berhubungan langsung dengan etos kerja, poduktivitas, dan kualitas sumber daya manusia yang rendah. Umat Islam mengalami keterpurukan, karena mereka tidak hidup sesuai tuntunan dan tidak memiliki Imam yang memikirkan masa depan mereka.
Suatu hari seorang pemuda datang menghadap Rasulullah saw untuk meminta sedekah. Rasulullah saw tidak serta merta memberikan uang kepadanya, tetapi bertanya apakah masih punya sesuatu di rumah. Dia menjawab bahwa dia masih punya sebuah panci. Lalu panci itu dilelang dengan harga 2 dirham. Satu dirham dibelikan bahan makanan dan satu dirham lagi untuk membeli sebuah kapak. Rasulullah saw menyuruhnya pergi ke hutan mencari kayu dan menjualnya di pasar, lalu kembali melapor kepada Rasulullah saw beberapa hari kemudian.
Begitulah cara Rasulullah saw menjadikan umatnya bangkit dari ketidak-berdayaannya, menemukan kembali rasa percaya diri dan bangkit mencari rejeki.
Seandainya semua Ketua RT, Ketua RW, Lurah dan Camat bersikap sama terhadap warganya, maka angka kemiskinan tidak akan separah itu.
Dalam rangka membangun etos kerja yang tinggi Allah berfirman bahwa masing-masing orang akan memperoleh derajat sesuai dengan kerjanya (QS Al An’am 6:132). Mereka yang rajin bekerja akan berbeda derajatnya dibanding dengan yang malas. Untuk mengurangi kemalasan itu Rasulullah saw melarang umatnya untuk tidur setelah shalat subuh. Ibadah itu memang penting tetapi kita dilarang berlama-lama dalam ibadah, lalu mengabaikan kewajiban mencari rejeki Allah. Allah memerintahkan kita untuk mencari karunia-Nya segera setelah selesai shalat Jum’ah (QS Al Jumu’ah 62: 9).
Sejarah mencatat bahwa Umar bin Khaththab pernah mengancam untuk mencambuk seorang pemuda yang berlama-lama beribadah di masjid dengan melalaikan kewajiban mencari nafkah. Dia menggantungkan kebutuhan hidupnya kepada saudaranya.
Sedangkan untuk meningkatkan produktivitas Allah menghasung manusia untuk bekerja sesuai dengan bidang profesinya masing-masing (QS Al Isra’ 17:84; 39:39). Mereka yang bekerja tidak sesuai dengan bidang profesinya akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi dan menguasai bidang baru tersebut. Tentu saja bagi perusahaan keadaan seperti ini akan bersifat kontraproduktif.
Dalam rangka untuk meningkatkan etos kerja umatnya Rasulullah saw pernah bersabda bahwa ada dosa-dosa yang tidak bisa ditebus selain dengan kerja keras dan berkeringat. Bahkan beliau menghasung umat Islam untuk segera keluar di pagi hari mencari rejeki Allah.
Pendeknya masa tidur Rasulullah saw dan para sahabat memungkinkan mereka memiliki cukup waktu untuk bekerja secara optimal demi keberhasilan kerja mereka dunia dan akhirat. Allah mengatakan bahwa lambung mereka jauh dari tempat tidur (QS As Sajdah 32: 16).
Kerja keras Rasulullah dan para saahabat dan kedekatannya kepada Allah pernah menggetarkan Kaisar Romawi, Heraclius. Suatu hari dia terkesima mendengar informasi dari seorang informan yang mengatakan bahwa para pengikut Muhammad itu kalau siang hari bekerja keras seperti penunggang-penunggang kuda yang gagah perkasa. Sedang di malam hari mereka khusyuk beribadah seperti rahib-rahib. Heraclius berkomentar bahwa umat seperti ini tidak bisa dikalahkan.
Etos kerja yang tinggi ternyata tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas, tetapi juga meningkatkan kewibawaan umat di mata pesaing-pesaingnya.