Selasa, 05 Februari 2013

Ikhlas Menuntut Ilmu

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﺗَﻌَﻠَّﻢَ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﻣِﻤَّﺎ ﻳُﺒْﺘَﻐَﻰ ﺑِﻪِ ﻭَﺟْﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪِ‏‎ ‎ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻻَ ﻳَﺘَﻌَﻠَّﻤُﻪُ ﺇِﻻَّ ﻟِﻴُﺼِﻴﺐَ ﺑِﻪِ ﻋَﺮَﺿًﺎ‎ ‎ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺠِﺪْ ﻋَﺮْﻑَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻳَﻮْﻡَ‏‎ ‎ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ
“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya diharapkan dengannya wajah Allah ‘azza wa jalla, tetapi ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, Abu daud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Ath-Targhib: 105)
Juga sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam,
ﻣَﻦْ ﻃَﻠَﺐَ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﻟِﻴُﺠَﺎﺭِﻯَ ﺑِﻪِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀَ ﺃَﻭْ‏‎ ‎ﻟِﻴُﻤَﺎﺭِﻯَ ﺑِﻪِ ﺍﻟﺴُّﻔَﻬَﺎﺀَ ﺃَﻭْ ﻳَﺼْﺮِﻑَ ﺑِﻪِ ﻭُﺟُﻮﻩَ‏‎ ‎ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺃَﺩْﺧَﻠَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ
“Barangsiapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan-pandangan manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka.” (HR. At-Tirmidzi dari Ka’ab bin Malik radhiyallahu’anhu, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 106)
Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata,
ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻻ ﻳَﻌْﺪﻟﻪ ﺷﻲﺀ ﻟﻤﻦ ﺻﺤﺖ ﻧﻴﺘﻪ‎ ‎ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻭﻛﻴﻒ ﺗﺼﺢ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﻳﺎ ﺃﺑﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ؟
ﻗﺎﻝ: ﻳﻨﻮﻱ ﺭﻓﻊ ﺍﻟﺠﻬﻞ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻋﻦ‎ ‎ﻏﻴﺮﻩ
“Ilmu itu tidak dapat ditandingi oleh amalan apapun bagi orang yang niatnya benar (dalam menuntut ilmu).” Mereka bertanya, “Bagaimana benarnya niat wahai Abu Abdillah?” Beliau menjawab, “Seorang meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.”
Bagaimana mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu:
1. Engkau niatkan untuk menjalankan perintah Allah ta’ala.
2. Engkau niatkan untuk menjaga syari’at Allah ta’ala, sebab menjaga syari’at itu dilakukan dengan menghapalnya dalam dada dan menulisnya dalam buku.
3. Engkau niatkan untuk membela syari’at Allah ta’ala, yakni menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang disandarkan kepada syari’at, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok sesat.
4. Engkau niatkan untuk meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Dan engkau tidak mungkin dapat meneladani beliau sampai engkau mengetahui petunjuk beliau shallallahu’alaihi wa sallam.
[Diringkas dari Syarh Hilyah Thalibil ‘Ilmi, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 7-9]
Wallahul muwaffiq.
Sumber: http://nasihatonline.wordpress.com/2012/10/31/yang-dimaksud-dengan-ikhlas-dalam-menuntut-ilmu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar