Oleh Thobib Al-Asyhar
(Mahasiswa Program Doktor Psikologi Islam UIN Jakarta)
Sehat
dan sakit adalah keadaan biopsikososial yang menyatu dengan kehidupan
manusia. Pengenalan manusia terhadap kedua konsep ini kemungkinan
bersamaan dengan pengenalannya terhadap kondisi dirinya. Keadaan sehat
dan sakit tersebut terus terjadi, dan manusia akan memerankan sebagai
orang yang sehat atau sakit.
Konsep sehat dan sakit merupakan bahasa
kita sehari-hari, terjadi sepanjang sejarah manusia, dan dikenal di
semua kebudayaan. Meskipun demikian untuk menentukan batasan-batasan
secara eksak tidaklah mudah. Kesamaan atau kesepakatan pemahaman tentang
sehat dan sakit secara universal adalah sangat sulit dicapai.
Pengertian
Sehat
(health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita
rasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki
keluhankeluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian
masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk” adalah otrang yang
sehat, dan sebagainya. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga
mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.
Sebagai
satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization
(WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang
sempurnan baik fisik[2], mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar
terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun
tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang
dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi
biologis, psiologis, dan sosial. Kalau demikian adanya, apakah ada
seseorang yang berada dalam kondisi sempurna secara biopsikososial?
Untuk mendpat orang yang berada dalam kondisi kesehatan yang sempurna
itu sulit sekali, namun yang mendekati pada kondisi ideal tersebut
ada.[3]
Dalam kaitan dengan konsepsi WHO tersebut, maka dalam
perkembangan kepribadian seseorang itu mempunyai 4 dimensi holistik,
yaitu agama, organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.Keempat
dimensi holistik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.Agama/spiritual,
yang merupakan fitrah manusia. Ini merupakan fitrah manusia yang
menjadi kebutuhan dasar manusia (basic spiritual needs), mengandung
nilai-nilai moral, etika dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang
taat pada hukum, berarti ia bermoral dan beretika, seseorang yang
bermoral dan beretika berarti ia beragama (no religion without moral, no
moral without law).
b.Organo-biologik, mengandung arti fisik
(tubuh/jasmani) termasuk susunan syaraf pusat (otak), yang
perkembangannya memerlukan makanan yang bergizi, bebas dari penyakit,
yang kejadiannya sejak dari pembuahan, bayi dalam kandungan, kemudian
lahir sebagai bayi, dan setrusnya melalui tahapan anak (balita), remaja,
dewasa dan usia lanjut.
c.Psiko-edukatif, adalah pendidikan yang
diberikan oleh orang tua (ayah dan ibu) termasuk pendidikan agama. Orang
tua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi anak terhadap orang
tuanya. Perkembangan kepribadian anak melalui dimensi psiko-edukatif ini
berhenti hingga usia 18 tahun.
d.Sosial-budaya, selain dimensi
psiko-edukatif di atas kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh
kultur budaya dari lingkungan sosial yang bersangkutan dibesarkan.[4]
Sebagai
kebalikan dari keadaan sehat adalah sakit. Konsep “sakit” dalam bahasa
kita terkait dengan tiga konsep dalam bahasa Inggris, yaitu disease,
illness, dan sickness. Ketiga istilah ini mencerminkan bahwa kata
“sakit” mengandung tiga pengertian yang berdimensi psikososial. Secara
khusus, disease berdimensi biologis, illness berdimensi psikologis, dan
sickness berdimensi sosiologis. (Calhoun, dkk, 1994).
Disease
penyakit berarti suatu penyimpangan yang simptomnya dikatahui melalui
diagnosis. Penyakit berdimensi biologis dan obyektif. Penyakit ini
bersifat independen terhadap pertimbangan-pertimbangan psikososial, dia
tetap ada tanpa dipengaruhi keyakinan orang atau masyarakat terhadapnya,
seperti tumor, influensa, AIDS dan lain-lain.
Illness adalah konsep
psikologis yang menunjuk pada perasaan, persepsi, atau pengalaman
subyektif seseorang tentang ketidaksehatannya atau keadaan tubuh yang
dirasa tidak enak. Sebagai pengalama subyektif, maka illness ini
bersifat individual. Seseorang yang memiliki atau terjangkit suatu
penyakit belum tentu dipersepsi atau dirasakan sakit oleh seseorang
tetapi oleh orang lain hal itu dapat dirasakan sakit.
Sedangkan
Sickness merupakan konsep sosiologis yang berakna sebagai penerimaan
sosial terhadap seseorang sebagai orang yang sedang mengalami kesakitan
(illness atau disease). Dalam keadaan sickness ini orang dibenarkan
melepaskan tanggung jawab, peranm atau kebiasaan-kebiasaan tertentu yang
dilakukan saat sehat karena danya ketidaksehatannya.Kesakitan dalam
konsep sosiologis ini berkenaan dengan peran khusus yang dilakukan
sehubungan dengan perasaan kesakitannya dan sekaligus memiliki tanggung
jawab baru, yaitu mencari ksembuahn.
Karena pengertian “sakit” itu
dapat berdimensi subyektif-kulturalistik, maka setiap masyarakat
memiliki pengertian sendiri tentang sakit sesuai pengalaman dan
kebudayaannya. Peran sakit hanya dilakukan dan diakui oleh masyarakatnya
jika sesuai dengan pertimbangan nilai, keyakinan dan norma
sosialnya.[5]
A. Sudut Pandang Metafisika/Fisik
Dari
sudut pandang fisika dan kajian metafisika telah dihipotesiskan bahwa
“titik” hubungan antara Khalik dan makhluk adalah bion, berupa timbunan
daya (energi) yang menjadi pembawa hayat. Dugaan ini telah diungkapkan
oleh dokter Paryana Suryadipura dalam bukunya Manusia dengan Atomnys
dalam Keadaan Sehat dan Sakit. Perkataan bion itu berasal dari kata
bio-ion yang artinya ion yang hidup, yang dengan perkataan lain disebut
bio-elektricitet. Dalam bahasa Sansekerta dinamakan prana, dan dalam
bahasa Arab disebut ruh.
Semua fungsi hayati dilaksanakan oleh bion
yang dilepaskan oleh badan rohani yang dikenal dengan jismul latifah,
yang dalam istilah metafisika disebut tubuh bioplasmatik. Energi ruh itu
mengalir ke dalam tubuh kasar melalui pusaran energi yang disebut
cakra.Choa Koh Sui, dalam bukunya, The Ancient Science and Art of Pranic
Healing, menjelaskan panjang lebar mengenai cakra ini; begitu pula Ric
A. Weinman dalam bukunya, Your Hands Can Heal, Learn to Channel healing
Energi. Dari kajian mereka, dapat disimpulkan, ada tujuh cakra mayor
yang merupakan kompenen utama dari tubuh elektrik manusia, yaitu cakra
dasar, cakra seks, cakra solar plexus, cakra jantung, cakra tenggorokan,
cakra alis, dan cakra mahkota.
Cakra Dasar
Cara ini merupakan
cakra kelangsungan hidup yang terletak di dasar tulang punggung. Cakra
ini berfungsi mengatur keberadaan fisik dan naluri kelangsungan hidup,
karena itu rasa takut mati muncul di sini. Cakra ini mempengaruhi
kelenjar adrenal, ginjal, kandung kemih, dan semua organ yang berkaitan
dengan rasa takut. Bila hidup selalu merasa aman dan terjamin maka cakra
ini akan bercahaya terang. Akan tetapi, kalau cakra ini redup, maka
akan timbul penyakit pada fisik, di antaranya kanker, leukimia, mudah
alergi, vitalitasi rendah, lemah syahwat, anemia, dan gangguan
psikologis.
Cakra Seks
Cakra ini tidak hanya bertugas
membangkitkan gairah keasmaraan tetapi juga semua bentuk hubungan intim
dan emosi antarpribadi. Cakra ini sangat berpengaruh pada ketenangan dan
kedamaian perasaan yang bertempat di atas tulang kemaluan. Jika
seseorang merasa terangsang secara seksual, banyak energi bergerak
menuju dan memancar dari cakra ini. Cakra ini juga terlibat dalam sistem
reproduksi. Jika terdapat hambatan di sini, cakra ini pada akhirnya
akan mempengaruhi organ seksual, klenjar prostat, dan daerah panggul
sekitarnya.
Cakra Solar Plexus
Cakra ini merupakan pusat keinginan
dan kemauan pribadi, bertempat di daerah perut. Karena itu, stres
mental, emosi dan semua permasalahan timbul karena desakan keinginan
atau kemauan, seperti frustasi, marah, persaingan, pertahanan diri,
cemas bahkan kebencian. Ketegangan yang diakibatkan oleh hal-hal
tersebut dapat mempengaruhi lambung, hati, kandung empedu, terutama
kelenjar pankreas. Maka kegagalan cakra ini dapat menimbulkan sakit
lever, kencing manis, maag, dan macam-macam penyakit yang disebabkan
oleh kadar asam urat tinggi.
Cakra Jantung
Cakra ini merupakan
tempat cinta spiritual tanpa pamrih. Cinta asmara yang emosional meluap
dari cakra kedua yang beresonansi dengan cinta spiritual. Bila cakra
keempat ini terbuka, maka energinya akan beresonansi dengan cakra yang
yang lebih tinggi, dan bila ada hambatan maka akan meluap rasa asing
diri, rasa benci diri akibat trauma emosional yang dalam. Sebaliknya
cakra ini mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, dengan cara melepaskan
emosional itu. Terhadap badan fisik cakra ini mempengaruhi kelenjar
thymus yang terletak dekat cakra ini, yaitu di sekitar jantung. Cakra
inilah yang pertama-tama berhubungan dengan aspek spiritual. Kegagalan
cakra ini dapat menimbulkan sakit jantung yang berhubungan dengan
peredaran darah.
Cakra Tenggorokan
Cakra ini terletak di dasar
tenggorokan yang mengendalikan kreatifitas, komunikasi, dan kemampuan
waskita. Banyak para medium yang dapat menerima berita kegaiban lalu
menginformasikan melalui cakra ini. Cakra ini mempengaruhi kelenjar
tiroid dana paratiroid yang memproduksi hormon tiroksin yang penting
untuk pertumbuhan, serta melancarkan kerja susunan saraf; juga hormon
parathormon yang berfungsi merangsang pengeluaran kalsium dari dalam
tulang. Kurang berfungsinya cakra ini, dapat menimbulkan penyakit
gondok, suara serak, dan sesak napas (asma), yaitu penyakit yang
menghambat kemunikasi/informasi.
Cakra Alis
Cakra yang
mengendalikan pewaskitaan dan persepsi psikis ini merupakan pintu
penerima getaran dari alam gaib. Karena itu, cakra ini dianggap sebagai
“mata batin” atau “mata ketiga”. Ada juga yang memberinya istilah “mata
indera keenam”. Terhadap tubuh fisik, cakra ini mempengaruhi kelenjar
pituitary dan pineal. Kurang berfungsinya cakra ini, dapat menimbulkan
penyakit kanker, alergi, dan sebagian penyakit yang berhubungan dengan
kelenjar endokrin.
Cakra Mahkota
Cakra ini terletak di atas
puncak kepala. Bila cakra ini penuh energi, pusarannya akan membesar
melingkari kepala seperti mahkota. Para ahli metafisikan menganggap
cakra ini merupakan yang tertinggi; energinya dapat menangkap getaran
intelegenci universal. Dengan cakra inilah para nabi menerima wahyu.
Energi cakra ini dapat dipakai untuk penyembuhan telepatik. Kekurangan
energi pada cakra ini dapat menyebabkan sakit gangguan jiwa.
Demikianlah
fungsi cakra- cakra tersebut yang erat hubungannya dengan jasmani dan
ruhani. Dengan analisis ini, dapat terjawab pertanyaan tentang mengapa
manusia itu sakit.[6]
Dalam perspektif reiki sufistik, cakra-cakra
merupakan pintu gerbang spirtual yang harus dibersihkan dan diselaraskan
agar mampu menatik energi ilahi untuk melakukan evolusi spiritual.
Setap cakra memiliki potensi-potensi psikospirtual yang jika berkembang
maka akan bermanfaat dalam peningkatan kesehatan tubuh fisik, ketenagan
(muthmainnah) tubuh psikis, keseimbangan mental (tawazun) dan
kesempurnaan spiritual (insan kamil). Praktik reiki sufistik merupakan
salah satu praktik spirtual menarik energi ilahi untuk pembersihan dan
penylelarasan cakra-cakra sebagai basis bagi peninbgkatan kualitas
manusia, baik sebagai khalifah fil ardl yang harus memiliki ketangguhan
mengelola alam maupun sebagai ‘abd (hamba) yang harus menyembah-Nya
dengan kesungguhan.
Cakra-cakra merupakan pusat aktivitas manusia.
Masing-masing cakra memilki kemampuan psikis yang luar biasa. Sebagai
pusat aktivitas manusia, cakra akan sangat menentukan pola-pola dan
bentuk-bentuk aktivitas manusia. Cakra yang bersih akan mendorong
keyakinan yang lurus (al-aqidah al-hanafiyah), Syariah yang benar
(as-Syariah al-Shahihah) dan moralitas luhur (al-akhlaqul karimah).
Begitu juga sebaliknya, cakra yang kotor akan menyebabkan manusia
berperangai buruk (al-akhlaqul madzmumah). Cakra yang bersih akan
senantiasa berhubungan dengan cahaya, sebaliknya kegelapan akan menjadi
karakter manusia yang cakra-cakranya kotor, sehingga terjatuh dalam
kehidupan binatang ternak (nafsu syahwatiyyah), binatang buas (nafsu
ammarah) atau bahkan kehidupan setan (nafsu syaithaniyyah).
Di dalam
reiki sufistik, istilah cakra biasa disebut dengan lathifah (sesuatu
yang lembut), karena memang cakra bersifat halus (bukan organ tubuh
fisik). Lathifah (organ-organ lembut) sifatnya halus dan tidak
empiris.[7]
Di dalam tubuh manusia terdapat cakra mayor, cakra minir
dan cakra mini yang secara keseluruhan terdapat 365 cakra. Ada juga
yang menyebutkan jumlah cakra secera keseluruhan termasuk cakra-cakra
yang mini sebanyak 88.000. Tetapi cakra-cakra yang efektif mengendalikan
dan memberi energi kepada organ vital dan organ mayor tubuh manusia
hanya 7 (tujuh) cakra seperti yang telah disebut diatas, yang sering
disebut sebagai cakra mayor.[8]
Sedangkan, sehat dan sakit dilihat
dari sudut pandang fisika dikatakan bahwa di Matahari, setiap terjadi
letupan yang berakibat bertambahnya tekanan elektronis di alam. Bila
tekanan itu mengenai bumi, akan timbul kegoncangan elektrostatika,
sehingga lapangan magnetik teganggu, telegram diterima dengan tidak
jelas, penrimaan radio terganggu, udara bergesek menjadi petir, udara
naik dan dingin lalu jadi hujan, badai bertiup maka laut bergelombang ,
dab banyak lagi akibat lain yang tidak disebutkan. Ini semua disebabkan
oleh tekanan elektron. Badai elektron yang melanggar dunia sebagai
akibat letupan di matahari dinamakan catalysmen. Badai elektron itu
disebut cylon. Tekanan elektron ini tidak hayan mempengaruhi alam,
benda, tetapi juga jiwa menusia, karena di dalam diri manusia juga ada
elektron. Hal itu dapat mengakibatkan zat colloid –yang merupakan lendir
itu—menjadi beku, sehingga kuman penyakit akan berkembang biak di
atasnya.
Memang setiap orang membawa berjuta bakteri dan virus
berbagai jenis dinatas kulitnya, namun tidak semua jadi sakit karenanya.
Sebab, datangnya penyakit itu sering terjadi akibat ketidakseimbangan
antara elektron dari luar diri. Seperti, atmosfer yang lembab akan
menjadi pengantar listrik yang dapat mengambil banyak elektron dari
permukaan kulit, yang akan menimbulkan kegoncangan pada keseimbangan
daya listrik pada kulit/organ tubuh, terutama otot. Akibatnya, timbul
penyakit reumatik. Melalui kaki basah, seseorang dapat kehilangan
elektron sehingga menimbulkan penyakit, misalnya penyakit nephritis dan
cytitis.Bagaimana mengupayakan agar energi yang mengalir di dalam saraf
yang halus itu berjalan dengan ukuran tekanan yang normal? Bagaimana
jalan yang telah ditemukan tinggal memilih mana yang lebih tepat untuk
diri kita maisng-masing.[9]
B. Sudut Pandang Biologi
Kita
sudah mengetahui bahkan akal pikiran dan emosi menusia selalu
berubah-ubah dari hari ke hari, dari jam ke jam, malah dari menit ke
menit. Hari ini seseorang merasa berduka yang dalam, tapi esoknya ia
sudah senang, gembira, tapi satu jam berikutnya ia sudah optimis malah
ada yang patah semangat. Apa penyebab semua perubahan ini?
Tidak lain
karena terjadi perubahan hormon yang merupakan unsur dasar dalam
harmonisasi kesadaran dan perasaan hati manusia. Penyakit gila[10]
–sering dianggap akibat kelainan jiwa atau gangguan saraf—disebabkan
oleh ketidakseimbangan hormon di dalam tubuh. Kadangb kekurangan atau
kelebihan hormon, misalnya kekuarangan adrenalin dan kelebihan
noradrenalin, kekuarang hormon yang diproduksi kelenjar seks, mungkin
pula kelenjar hypopise atau epifise yang gagal, bisa terjadi perubahan
tingkah laku atau kelainan fisik. Ada jenis hormon lain yang dikeluarkan
oleh adrenal –disebut kortizon— yang berfungsi mempersiapkan tubuh
untuk melawan kelesuan. Kalau hormon ini tidak diproduksi, seseorang
akan merasa tererangkap dalam kelesuan yang berkepanjangan dan tidak
dapat diatasinya. Kalau diusut, mengapa kelenjar ini bisa gagal? Tidak
lain karena kelenjar ini terlalu letih bekerja. Misalnya, jika tubuh
kita mendapat tekanan dalam jangka waktu yang lama, maka kelenjar
adrenal mendapat tugas yang berat memproduksi kebutuhan tubuh yang
mendesak ini; lama kelamaan ia menjadi cape dan gagal. Apabila kelenjar
ini gagal melaksanakan tugasnya, hidup menusia akan terancam bahaya,
yang berarti malapetaka akan mengintai.
Kalau kita usut lagi, siapa
pula ang megontrol pekerjaan kelenjar ini? Yang mengntrol ini adalah
sifat keturunan yang terdapat di dalam gen yang ada dalam sel. Sel
sebagai satuan hidup dasar makhluk hidup terdiri atas sitoplasma yang di
tengah-tengahnya terdapat sel initi. Inti sel ini mengandung suatu
jaringan dan pada jaringan inilah terdapat “gen” (pembawa sifat
keturunan). Gen-gen terdapat dalam persenyawaan kimia yang stabil:
disiniulah tersimpannya “rahasia kehidupan yang penuh misteri”.
Persenyawaan kimia gen ini merupakan disket yang didalamnya telah
terpogram sifat bawaan manusia, apakah ia pengecut, pemberani, berhati
mulia, berandalan, kuat atau lemah. Persenyawaan kimia ini dinamai
Deoxrybo Nucleat Acid (DNA).
Sifat berani ditimbulkan oleh kadar
hormon noradrenalin yang tinggi dengan sedikit adrenalin; sifat penakut
adalah kebalikannya. Tinggi rendahnya kadar hormon ini bergantung pada
perintah yang dikeluarkan oleh sifat keturuan dan jenis DNA yang
terdapat dalam inti sel. Molekul-molekul DNA ini tersusun dari gula,
asam fosfor, dan empat macam jenis basa: adenin, sitosin, guanin dan
tiamin. Kempatnyua tersususn dalam dua buah pita berbentuk spiral.
Pita-pita itu sendiri terbuat dari gula dan fosfor lalu basa tadi
terlekat di sana. Jadi, bagian terkecil dalam tubuh kita adalah molekul
DNA yang menghasilkan eplika dirinya. DNA memulai prosesnya dengan
membuka resleting tubuhnya.
Semua jaringan hidup tersebut terbuat
dari asam amino yang membentuk protein. Protein merupakan kombinasi dari
kira-kira dua puluh asam amino; perbedaan-perbedaan jenis protein itu
hanyalah perupakan perbedaan kombinasi yang diuntai dalam susunan
tertentu. DNA-lah yang menentukan susunan itu.
Jadi, cakra-caka
tertentu merupakan distributor-distributor tubuh rohani yang bertugas
mendistribusikan energi untuk kelenjar tertentu di tubuh fisik. Kelenjar
bekerja untuk memproduksi hormon di bawah kontrol gen. Di dalam gen
terdapat persenyawaan kimia yang stabil yang dinamai DNA. Jadi hidup
kita secara keseluruhan adalah hasil dari proses kimia belaka.[11]
Para Penguasa di Kerajaan Tubuh
Kalau
dalam tubuh manusia terjadi keadaan yang tidak normal –-seperti
cebol—pertumbuhan melebihi normal, atau seorang perempuan tiba-tiba
menjadi gemuk, cepat menjadi tua, gerak-geriknya yang nervous, dagu
seorang perempuan ditumbuhi jenggot atau tanda kelaki-lakian, itu
menunjukkan adanya ketidaknormalan proses kimia tubuh atau produksi
hormon tertentu yang tidak normal karena kegagalan kelenjar.
Akhir-akhir
ini, para ahli telah berhasil menemukan berjenis-jenis kelenjar hormon
yang terdapat dalam tubuh manusia. Kelenjar-kelenjar hormon ini
memproduksi hormon yaitu zat khusus yang merupakan persenyawaan kimia
hasil produksi kelenjar tubuh yang berfungsi mengatur berbagai proses
kimia jaringan organ tubuh. Di antara sekian banyak kelenjar di dalam
tubuh manusia, ada tujuh yang utama, yaitu sebagai berikut:
1.Kelenjar
pituitary, disebut juga kelenjar hipofise atau kelenjar lendir. Fungsi
kelenjar ini adalah: mengatur kegiatan kelenjar tiroid; mengatur sekresi
dari kelenjar adrenal; mengatur sekresi kelenjar pembiakan; mengatur
pertumbuhan tubuh pada umumnya; mengatur jumlah air yang dibunagn
ginjal; merangsang produksi susu ibu, dan merangsang kontraksi rahim
pada waktu melahirkan.
2.Kelenjar tiroid, berfungsi sebagai berikut:
Mengatur kecepatan dalam mengubah makanan jadi panas dan tenaga di dalam
sel; Membantu pertumbuhan agar normal dan melancarkan kerja susunan
saraf. Kelenjar ini terletak di bagian leher;
3.Kelenjar paratiroid,
yang berfungsi merangsang pengeluaran kalsium dari dalam tulang dan
mengatur kadar kalsium di dalam darah. Kelenjar ini juga terletak di
bagian leher;
4.Kelenjar adrenal, berfungsi: memperkuat hasil
tanggapan susunan saraf terhadap perangsangan takut , marah atau
gembira; Melawan rasa tertekan dan kegoncangan jiwa; Mengatu kesimbangan
garam dan air dalam darah. Kelenjar ini terdapat di atas anak ginjal
yang peranannya sebagai komandan pada komando strategi di dalam kerajaan
tubuh. Karena itu, hubungannya sangat erat dengan panglima tertinggi
kelenjar pituitary.
5.Kelenjar pankreas, berfungsi: mengatur
penggunaan glukosa dalam tubuh; menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
Kelenjar ini terdapat pada bagian kanan belakang lambung.
6.Kelenjar
limfoid (getah bening), berfungsi dalam: Menghasilkan antibodi (protein
pembunuh) yang menolong mengatasi kuman, jamur, dan parasit lain agar
tidak menimbulkan infeksi; Mempercepat proses penyembuhan.Kelenjar ini
tersebar di berbagai bagian tubuh yang merupakan angkatan bersenjata
yang senantiasa siap siaga dalam mempertahankan kondisi tubuh agar tetap
prima.
7.Kelenjar kelamin (seks), berfungsi dalam: Mengatur
perkembangan masa akil baligh; Menghentikan perkembangan tulang yang
memanjang; Mempersiapkan rahim untuk kehamilan; Membentuk sel-sel
kelamin.
Semua kelenjar tersebut di atas dapat bertugas
menjalankan fungsinya masing-masing dengan cara mengeluarkan
hormon-hormon. Misalnya ketika anda dalam keadaan takut, yang
menstabilkan perasaan takut oranda itu adalah kelenjar andrenal.
Kelenjar ini mengeluarkan hormon andrenalin sehingga anda dapat berlari
kencang untuk menghindari kejaran anjing.
Sehingga, dalam pandangan
biologi, sehat atau sakitnya manusia disebabkan oleh harmonis atau
tidaknya hormon-hormon yang dipengaruhi oleh fungsi kelenjar-kelenjar.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasinya, hendaklah menjaga kesehatan
sebelum sakit, memelihara hidup sebelum kematian datang.[12]
C. Sudut Pandang Psikologi
Sejak
lama para ahli psikologi menduga bahwa di dalam jiwa manusia itu
terdapat perasaan, kemauan, dan akal pikiran. Heymans mengistilahkan
dengan emosionalitas, aktifitas dan fungsi skunder. Emosionalitas
bersumber dari hati, sedangkan aktifitas bersumber dari hawa nafsu.
Keduanya merupakan inti jiwa. Adapun akal merupakan kulit jiwa; karena
itu, ia disebut fungsi skunder. Muatan kekuatan ketiga macam potensi
kejiwaan ini tidak sama.
Karena itulah, menurut Heymans, ada delapan
sifat dasar manusia: Tipe amorf, adalah orang yang kurang daya
pikirannya, picik, pembeo, dan kaku dalam pergaulan. Tipe sanguinis,
adalah orang yang bersikap kekanak-kanakan namun cekatan dan berani
(karena kemauannya positif). Tipe flegmatis, adalah orang yang bersikap
tenang, dapat menguasai emosi, bijaksana serta optimis (karena kemauan
dan akalnya posisitf). Tipe apatis, adalah tipe manusia robot, sukar
bergaul dan suka menyendiri tetapi pikirannya tajam (hanya akalnya yang
aktif). Tipe nerves, adalah orang yang sangat dipengaruhi emosi, jiwanya
sukar diduga, berpikir dangkal dan tidak sabar (hanya emosi yang
berkuasa). Tipe koleris, adalah orang yang punya aktivitas tinggi,
lincah, sangat perasa tetapi agak tumpul pikirannya (perasaan dan
kemauan positif). Tipe gepassioner, adalah orang yang stabil antara
emosi, kemauan, dan akalnya, berwatak garang, pemberani, perasa,
pengkritik, tidak sabaran, suka curiga tetapi tekun dan ulet dalam
bekerja. Tipe sintimental, adalah orang yang perayu, rapuh, mudah
tersinggung, pencinta alam dan seni tetapi kurang ulet (karena
kemauannya kurang kuat).
Dari kedelapan tipe ini, kita dapat melihat
tipe 5, nerves adalah orang yang sangat dipengaruhi oleh emosi yang
jiwanya sukar diduga, berpikiran dangkal. Orang seperti inilah yang
mudah terkena goncangan jiwa. Mereka selalu mendengarkan suara hati
tanpa pertimbangan akal sehingga kesadarannya dapat dikalahkan oleh
kekuatan bawah sadarnya.[13]Dalam kehidupan modern ini sering muncul
tingkah laku yang tidak wajar, seperti tindakan kriminal, manipulasi,
korupsi, kejahatan seksual dan perbuatan penyimpangan sosial lainnya
diakibatkan oleh persaingan hidup yang sedemikian ketat. Hal ini
menimbulkan banyak kegelisahan, keresahan, ketakutan, dan ketegangan
batin pada manusia. Akibatnya, tidak sedikit orang yang menderita
ketegangan syaraf dan mengalami stres[14], yang meledak menjadi simpton
penyakit mental. Jadi ketegangan serta ketakutan yang dialami manusia
menjadi persemaian yang subur sekali bagi timbulnya bermacam-macam
penyakit mental.
Apabila jiwa terguncang, pikiran menjadi tidak
setabil, akibatnya mempengaruhi fisik manusia dan dapat menimbulkan
penyakit yang disebut psikosomatik. Penderita psikosomatik bukan hanya
membutuhkan terapi medis atau terapi fisik semata, tetapi juga
membutuhkan terapi sufistik dengan salah satu metodenya, yaitu
tobat.Uraian ini bertolak dari pemikiran bahwa sumber penyakit
psikosomatik dapat disebabkan oleh konflik-konflik psikis atau dapat
juga disebabkan oleh gangguan yang sifatnya organis.
Untuk memahami
penyebabnya itu, kita harus melihat semua aspek yang mempengaruhi
timbulnya gangguan psikosomatik. Diantaranya adalah aspek bio-psikososio
dan spiritual. Apabila penyebabnya berasal dari aspek spiritual,
seperti perasaan dosa, cara untuk menghilangkan keresahan jiwa tersebut
adalah dengan bertobat, sebab tobat dapat membersihkan dan menjadikan
terapi bagi jiwa yang sakit.[15] Karena memang kesehatan jasmani sangat
bisa dipengaruhi oleh kesehatan mental. Untuk mengetahui lebih jauh
terhadap hubungan antara kesehatan jasmani dengan mental, kita harus
terlebih dahulu mengerti apa itu kesehatan mental. Kesehatan mental
(mental hygiene) adalah ilmu yang meliputi sistem tentang
prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk
mempertinggi kesehatan ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang
yang dalam ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan
tenteram.
Menurut H. C. Witherington, permasalahan kesehatan mental
menyengkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat dalam
lapangan psikologi, kedokteran, psikitari, biologi, sosiologi dan
agama.[16] Dalam ilmu kedokteran dikenal istilah psikosomatik
(kejiwabanan). Dimaksudkan dengan istilah tersebut adalah untuk
menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan badan.
Jika jiwa berada dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas,
gelisah, dan sebagainya, maka badan turut menderita.[17] Dalam sebuah
ungkapan hadits Nabi dinyatakan, bahwa kesehatan mental yang dukung oleh
kualitas kesehatan tubuh kita akan meningkatkan kesalehan ritual dan
sosial: Akal (mental) yang sehat itu tergantung dari tubuh yang sehat
(Al-Hadits) Beberapa temuan di bidang kedokteran dijumpai sejumlah
kasus yang membuktikan adanya hubungan tersebut, jiwa (psyche) dan badan
(soma). Orang yang merasa takut, langsung kehilangan nafsu makan, atau
buang-buang air. Atau dalam keadaan kesal dan jengkel, perut seseorang
terasa menjadi kembung. Dan istilah “makan hati berulam jantung”
merupakan cerminan tentang adanya hubungan antara jiwa dan badan sebagai
hubungan timbal balik, jiwa sehat badan segar dan badan sehat jiwa
normal.[18]
D. Sudut Pandang Tasawuf
Sehat dan sakit dalam
pandangan tasawuf memiliki titik singgung dengan pandangan menurut
psikologi karena terkait dengan kejiwaan (mental). Namun dalam pandangan
tasawuf, kejiwaan manusia memiliki cakupan yang lebih luas. Dalam
pandangan tasawuf, jiwa manusia mencakup unsur-unsur roh, akal, nafs,
dan qalb. Dalam pandangan tasawuf, roh itu bagaikan lampu, sedangkan
kehidupan laksana cahaya. Gerakan roh dan penyebarannya ke seluruh tubuh
bagaikan gerakan lampu di dalam rumah. Inilah yang dimaksudkan dengan
“roh” oleh para dokter. Akan tetapi, para dokter yang ingin membimbing
roh menuju wilayah suci tidak menerima makna ini. Arti kedua dari makna
roh adalah latifatul mudrikah atau sebuah organ pengetahuan. Inilah yang
disebut Alquran dalam QS: Al-Isra/17: 85) yang artinya: “katakanlah
bahwa roh itu urusan Tuhan”.
Karena terkait dengan aspek kejiwaan
(roh, akal, nafs dan qalb), sehat dan sakit dalam pandangan tasawuf kita
bisa kaitkan antara kesehatan jiwa[19] dengan aspek agama. Dr. Muhammad
Mahmud Abdul Qadir telah membahas hubungan antara agama dan kesehatan
mental melalui pendekatan teori biokimia. Menurutnya, di dalam tubuh
manusia terdapat sembilan jenis kelenjar hormon yang memproduksi
persenyawaan-persenyawaan kimia yang mempunyai pengaruh biokimia
tertentu, disalurkan lewat pembuluh darah dan selanjutnya memberi
pengaruh kepada eksistensi dan berbagai kegiatan tubuh.
Persenyawa-persenyawaan itu disebut hormon.
Lebih jauh Muhammad
Mahmud Abdul Qadir berkesimpulan bahwa segala bentuk gejala emosi
seperti bahagian, rasa dendam, rasa marah, takut, berani, pengecut yang
ada dalam diri manusia adalah akibat dari pengaruh
persenyawaan-persenyawaan kimia hormon, di samping persenyawaan lainnya.
Tetapi dalam kenyataannya, kehidupan akal dan emosi manusia senantiasa
berubah dari waktu ke waktu. Karena itu, selalu terjadi
perubahan-perubahan kecil produksi hormon-hormon yang merupakan unsur
dasar dari keharmonisan kesadaran dan rasa hati manusia, tepatnya
perasaannya.
Tetapi, jika terjadi perubahan yang terlampau lama,
seperti panik, takut, dan sedih yang berlangsung lama, akan timbul
perubahan-perubahan kimia lain yang akan mengakibatkan penyakit syaraf
yang bersifat kejiwaan. Hubungan penderita dengan dunia luar terputus,
akalnya tertutupi oleh waham dan khayal yang membawanya jauh dari
kenyataan hidup normal. Penderitaan selalu hidup dalam keadaan cemas dan
murung, kebahagiaan hilang, penuh keraguan, takut, rasa berdosa,
dengki, dan rasa bersalah.Timbulnya penyakit emosi seperti itu akibat
dari kegoncangan dan hilangnya keseimbangan kimia tubuh seseorang.
Jika
seseorang berada dalam keadaan normal, seimbang hormon dan kimiawinya,
maka ia akan selalu berada dalam keadaan aman. Perubahan yang terjadi
dalam kejiawaan itu disebut oleh Abdul Qadir sebagai spektrum hidup. Dan
pergeseran arah ke kiri atau ke kanan dari pusat bila terjadi perubahan
dalam proses pemikiran, akan terjadi perubahan kimia dan biologi tubuh.
Dan besar kecilnya perubahan itu tergantung dari kemampuan manusia
untuk menanggapi pengaruh itu. Kalau terjadi keseimbangan, maka akan
kembali menjadi normal. Adapun terjhadinya pergeseran dari kondisi
normal ke daerah yang berbahaya itu, menurut Abdul Qadir sangat
tergantung dari derajat keimanan yang tersimpan di dalam diri manusia,
disamping faktor susunan tubuh serta dalam atau dangkalnya rasa dan
kesadaran manusia itu. (Muhammad Mahmud Abdul al-Qadir, 1979).
Penemuan
Muhammad Mahmud Abdul Qadir, seorang ulama dan ahli biokimia ini,
setidak-tidaknya memberi bukti akan adanya hubungan antara keyakinan
agama dengan kesehatan jiwa.
Barangkali hubungan antara kejiwaan dan
agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan
dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang
terhadap suatau kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu
diduga akan memberi sikap optimistis pada diri seseorang sehingga
muncul perasaan positif seperti bahagian, rasa senang, puas, sukses,
merasa dicintai atau rasa aman. Sikap emosi yang demikian merupakan
bagian dari kebutuhan asasi manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan.
Maka, dalam kondisi yang serupa itu, manusia berada dalam keadaan tenang
dan nromal, yang oleh Abdul Qadir disebutnya berada dalam keseimbangan
persenyawaan kimia dan hormon tubuh. Dengan kata lain, kondisi yang
demikian menjadi manusia pada kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrah
kejadiannya, sehat jasmani dan ruhani.
Agaknya cukup logis kalau
setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya untuk melaksanakan ajarannya
secara rutin. Bentuk dan pelaksanaan ibadah agama, paling tidak akan
ikut berpengaruh dalam menanamkan rasa sukses sebagai pengabdi Tuhan
yang setia. Tindak ibadah setidak-tidaknya akan memberi rasa bahwa hidup
menjadi lebih bermakna. Dan manusia sebagai makhluk yang memiliki
kesatuan jasmani dan ruhani secara tak terpisahkan memerlukan perlakukan
yang dapat memuaskan keduanya.[20]
Dari aspek pembinaan manusia
agar memiliki mental yang utuh disinilah peran agama menemui urgensinya
atas sehat tidaknya mental seseorang. Karena agama adalah sumber dari
segala sumber nilai dan norma yang memberi petunjuk, mengilhami dan
mengikat masyarakat yang bermoral. Salah satu cara untuk menemukan
fungsi agama adalah jalan tasawuf yang memiliki tujuan agar bagaimana
manusia dapat mengerti makna hidup, mengerti akan posisi diri sebagai
hamba dan dekat dengan Tuhannya yang Maha Kuasa. Sehingga penyeimbangan
antara kebutuhan jasmani yang kasar dan kebutuhan ruhani (kejiwaan) yang
sangat halus dapat dipenuhi dengan baik. Dengan jalan spirit tasawuf,
suasana kejiwaan manusia dapat dikendalikan dengan baik setelah melalui
proses-proses riyadhah (olah spirit), sehingga dapat terhindar dari
sakit kejiwaan yang berakibat langsung terhadap sakitnya jasmani. Dan
yang perlu diingat adalah bahwa spiritualitas (kedalaman ruhaniah)
manusia sangat berhubungan dengan hati (qalb) karena hati merupakan inti
dari segala aktifitas jiwa. Jika hati seseorang sakit, menjadi sakitlah
aktivitas kerohaniahannya. Dan hati adalah obyek dari ajaran tasawuf.
Hati
yang sakit berati mentalnya pun sakit. Mental yang sakit ini akan
mempengaruhi seluruh aktifitas manusia. Oleh karena itu, banyak ahli
mencoba merumuskan pendekatan-pendekatan dalam upaya menemukan
pengobatan mental manusia yang sedang terkena penyakit. Disinilah
kemudian berkembang psikoterapi.
Jadi, dalam pandangan tasawuf,
sehat dan sakit merupakan gambaran kejiwaan seseorang. Jiwa yang sakit
akan menampakkan gejala fisiknya yang lesu, lemah, tanpa semangat yang
dapat diatasi dengan pendekatan tasawuf. Sebaliknya, jiwa yang sehat
akan terlihat kondisi fisiknya yang energik, bertenaga dan bebas dari
penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ahmad, Abdul Aziz bin
Abdullah, Kesehatan Jiwa: Kajian Korelatif pemikinan Ivbnu Qayyin dan
Psikologi Modern, (Pustaka Azzam: Jakarta), Januari, 2006
El-Quussiy, Abdul Aziz, Prof. Dr., Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, (Bulan Bintang: Jakarta), 1974
Dadang
Hawari, Prof. Dr., Psikiater, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa, (PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta), Juni, 2004
Darmawan, Rahmat, Kundalini Dharnayoga (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 2004
H.
Jalaluddin, Prof., Dr., Psikologi Agama: Memahami Perilaku Keagamaan
dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi, (PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta), Edisi Revisi, Cetakan ke-9, 2005
Judith Swarth, MS, RD, Stres dan Nutrisi (Bumi Aksara: Jakarta), Juli, 2004, Cetakan ke-3.
Moelyono dan Latipun, Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan, (UMM: Malang), 2001
M.
Sholihin, Dr., M. Ag. Terapi Sufistik, Penyembuhan Penyakit Kejiwaan
Prespektif Tasawuf, (Pustaka Setia: Bandung), Nop., 2004
Nakamura, Kojiro, Metode Zikir dan Doa Al-Ghazali, Edisi Terj., Uzair Fauzan (Bandung: Mizan), 2004
Salaby, Mas Rahim, Mengatasi Kegoncangan Jiwa Perspektif Al-Quran dan Sains, (Rosda Karya: Bandung), Mei, 2001
________________________________________
[2]
Kesempurnaan fisik merupakan gambaran kesehatan jasmani yang diartikan
sebagai keserasian yang sempurna antara bermacam-macam fungsi jasmani,
disertai dengan kemampuan untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang
biasa, yang terdapat dalam lingkungan , disamping secara positif merasa
gesit, kuat dan bersemangat. Lihat Prof. Dr. Abdul Aziz el-Qussiy,
Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, (Bulan Bintang: Jakarta), 1974, hal.
12
[3] Moelyono dan Latipun, Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan, (UMM: Malang), 2001, hal. 3-4.
[4]
Prof. Dr. Dadang Hawari, Psikiater, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa, (PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta), Juni, 2004,
hal. 33-34
[5] Op. Cit, hal 5
[6] Mas Rahim Salaby, Mengatasi Kegoncangan Jiwa Perspektif Al-Quran dan Sains, (Rosda Karya: Bandung), Mei, 2001, hal. 3-8
[7] Kojiro Nakamura, Metode Zikir dan Doa Al-Ghazali, Edisi Terj., Uzair Fauzan (Bandung: Mizan), 2004, hal, 63
[8] Uraian lebih lengkap baca juga Rahmat Darmawan, Kundalini Dharnayoga (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 2004, hal. 17
[9] Ibid, hal. 9
[10]A.
Scott (1961) melakukan penelitian secara mendalam tentang berbagai
pengertian ganguan mental. Dia mengelompokkan terdapat enam macam
kriteria untuk menentukan seseorang mengalami gangguan mental, yaitu:
(a) orang yang memperoleh pengobatan psikiatris, (b) salah penyesuaian
(maladjusment) sosial, (c) hasil diagnosis psikiatris, (d)
ketidakbahagiaan subyektif, (e) adanya simpton-simpton psikologis secara
objektif dan (f) kegagalan adaptasi secara positif. Lihat dalam
Moelyono dan Latipun, Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan, (UMM:
Malang), 2001, hal. 43.
[11] Op. Cit, hal. 9-12
[12] Ibid, hal. 16
[13] Mas Rahim Salaby, hal 17-19
[14]
Stres adalah suatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah,
bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan. Semua
kejadian dalam kehidupan, bahkan yang bersifat positif juga menyebabkan
stres. Tidak semua stres bersifat merusak karena rangsangan, tantangan
dan perubahan akan memberikan keuntungan bagi kehidupan seseorang.
Meskipun demikian, sebagian besar mendertita stres yang berlebihan dan
kemampuan mengatasinya terbatas. Lihat dalam Judith Swarth, MS, RD,
Stres dan Nutrisi (Bumi Aksara: Jakarta), Juli, 2004, Cetakan ke-3, hal.
1-2
[15] Dr. M. Sholihin, M. Ag. Terapi Sufistik, Penyembuhan
Penyakit Kejiwaan Prespektif Tasauf, (Pustaka Setia: Bandung), Nop.,
2004, hal. 123
[16] H. Jalaluddin, Prof., Dr., Psikologi Agama:
Memahami Perilaku Keagamaan dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip
Psikologi, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta), Edisi Revisi, Cetakan
ke-9, 2005, hal. 156.
[17] Ibid
[18] Ibid, hal 157
[19] Ibnu
Qayyim al-Jauziyah menekankan pentingnya kesehatan jiwa yang
disistilahkan dengan “kebahagiaan jiwa” atau pola hidup yang baik dan
sehat kaitannya dengan manusia. Menurutnya, istilah hidup yang sehat
atau kebahagiaan jiwa sebagai ungkapan kesehatan jiwa. Baginya, wahyu
adalah sumber kehidupan roh, sedangkan roh merupakan sumber kehidupan
jasmani. Karenanya, barang siapa yang kehilangan roh, maka ia akan
kehilangan kehidupan yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Lihat Abdul
Aziz bin Abdullah al-Ahmad, Kesehatan Jiwa: Kajian Korelatif pemikinan
Ibnu Qayyim dan Psikologi Modern, (Pustaka Azzam: Jakarta), Januari,
2006, hal. 72
[20] Ibid.
Bimbingan Konseling
- ABKIN
- AD RT ABKIN
- AD RT mgbk
- ADM BK
- AKHMAD SUDRAJAT
- alQiyamah-Muslim Blog
- ARRAHMAH.COM
- AZAS BELAJAR
- BADAN AKREDITASI NASIONAL
- Belajar Psikologi
- Bimbingan Pribadi
- BISNIS ONLINE. berbagi software GRATIIIIIIS
- BK GRESIK
- BK SMP
- BSNP INDONESIA
- BUAT LOGO
- BUKU REFERENSI BK
- CEK DATA GURU SERTIFIKASI
- DINAS PENDIDIKAN KAB PANDEGLANG
- DUNIA GURU
- DUNIA PSIKOLOGI
- EDI TOPAN
- Facebook MGBK Nas Group
- G-Sunnah
- GURU KREATIF
- HARUN YAHYA
- HARUN YAHYA INDONESIA
- INFO PENDATAAN GURU
- INFO SEPUTAR BK
- KEMDIKNAS
- KUMPULAN PP TENTANG DIKNAS
- LAB KONSELING
- Media Pembelajaran Online
- MISTERI OTAK BESAR
- NISN
- NUPTK
- NUPTK
- P4TK Penjas BK
- PEMERINTAH KAB. PANDEGLANG
- PENILAIAN KINERJA GURU BK
- PETUALANG WEB
- PROFIL 33 PROVINSI DI INDONESIA
- psdmp.kemdiknas.
- PSIKOLOGI ISLAM
- PSYCHOLOGYMANIA
- PTBK
- PTBK contoh
- PTBK DAN ADM BK
- PTK GURU
- PUSAT SOAL CPNS
- RPP B. Indo
- RPP BK
- SERTIFIKASI GURU
- TUNJANGAN PROFESI
- WEB KAJIAN PSIKOLOGI & BK
- WIKIPEDIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar